Spiramycin: Fungsi, Dosis, dan Efek Sampingnya

Spiramycin: Fungsi, Dosis, dan Efek Sampingnya

Penulis: Nunik | Editor: Ratna

Spiramycin termasuk salah satu obat yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri dan infeksi parasit, seperti toksoplasmosis. Obat spiramycin  ini sering digunakan untuk mengatasi toksoplasmosis terhadap ibu hamil.

Penggunaan dari spiramycin dalam pengobatan toksoplasmosis pada wanita hamil berguna sebagai terapi pengganti ketika obat anti toxoplasma, seperti pirimetamin dan sulfadiazin, tidak bisa digunakan.

Mengenal Apa itu Obat Spiramycin

Spiramycin atau biasa dikenal dengan spiramisin adalah obat yang biasanya digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri. Spiramycin dapat digolongkan sebagai kelas obat antibiotik, khususnya jenis makrolida yang bekerja untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

Obat ini terbilang sering digunakan untuk mengobati infeksi toksoplasmosis pada wanita hamil. Sementara itu, spiramisin juga bisa mengatasi infeksi bakteri dan parasit lainnya, terutama yang termasuk ke dalam bakteri gram positif dan negatif seperti berikut ini.

  •   Streptococcus pyogenes atau penyebab dari radang tenggorokan, tonsilitis, selulitis, demam rematik.
  •   Staphylococcus aureus atau penyebab infeksi saluran pernapasan atas.
  •   Corynebacterium diphtheriae atau penyebab difteri.
  •   Neisseria meningitidis atau penyebab meningitis.
  •   Bordetella pertussis atau penyebab batuk rejan, dan
  •   Campylobacter atau salah satu penyebab keracunan makanan dan diare.

Dikarenakan spiramisin termasuk antibiotik, obat ini tidak bisa digunakan untuk mengobati demam, flu, atau penyakit lainnya yang disebabkan oleh infeksi virus.

Kegunaan Obat

Spiramycin yang termasuk antibiotik makrolida akan dihasilkan oleh Streptomyces ambofaciens, dimana bekerja untuk menghambat sintesa protein bakteri. Obat Spiramycin lebih efektif terhadap kuman stafilokokus, streptokokus, pneumokokus serta Bordetella pertusis.

Spiramycin biasanya digunakan untuk terapi infeksi rongga mulut dan saluran nafas seperti pneumonia, sinusitis, tonsilitis, faringitis, bronkitis, dan otitis media. Obat ini juga seringkali digunakan untuk mengobati toksoplasmosis pada wanita hamil.

Hal ini karena bisa menurunkan risiko penyebaran infeksi pada bayi yang belum lahir. Toksoplasmosis sendiri termasuk infeksi yang disebabkan oleh parasit yang bernama Toxoplasma gondii atau T. gondii, dimana sering kali ditemukan pada kotoran kucing yang terinfeksi.

Parasit ini dapat menginfeksi sebagian besar hewan berdarah panas, seperti sapi, domba, serta anjing, termasuk manusia.

Dosis dari Spiramycin

Dosis yang akan diberikan tergantung dari kondisi dan usia pasien. Berikut ini sudah ada dosis oral yang umum diberikan untuk mengatasi infeksi seperti toksoplasmosis, cryptosporidiosis, atau infeksi parasit.

  • Dewasa dan remaja: 500 mg sampai 1 gram (1.500.000–3.000.000 IU) sebanyak 3 kali sehari dan 1–2 gram atau (3.000.000–6.000.000 IU) diminum 2 kali sehari. Namun, untuk infeksi berat, dosisnya sebesar 2–2,5 gram (6.000.000–7.500.000 IU) sebanyak 2 kali sehari.
  • Anak-anak: 25 mg (75.000 IU) per kg (11,4 mg per pon) sesuai berat badan diminum 2 kali sehari, dan 17 mg (51.000 IU) per kg (7,7 mg per pon) berat badan 3 kali sehari.

Namun, terkadang obat ini dapat diberikan melalui infus. Pemberian obat ini harus dilakukan oleh dokter di rumah sakit.

Efek Samping

Efek samping yang biasanya akan muncul sesudah mengkonsumsi obat spiramycin, yaitu:

  • Mual, muntah
  • Nyeri perut, diare
  • Berpotensi Fatal seperti terjadinya Kolitis pseudomembran; anafilaksis; blokade neuromuskular; aritmia ventrikel, pemanjangan interval QT.
  • Kesemutan, dan lainnya

Selain efek samping di atas, obat ini akan memberikan interaksi seperti  di bawah ini:

  • Dapat memberikan resiko distonia akut atau gangguan yang menyebabkan otot bergerak sendiri tanpa sadar.
  • Mampu menurunkan absorbsi dari carbidopa dan konsentrasi levodopa
  • Serta meningkatkan resiko terkena aritmia ventrikular apabila dikonsumsi bersama dengan cisapride, astemizole, dan terfenadine

Jika gejala di atas tidak reda atau malah semakin memburuk, alangkah baiknya periksakan langsung ke dokter. Segeralah temui dokter bila terjadi reaksi alergi obat atau efek samping yang lebih serius, seperti terjadinya gangguan saraf, kolitis pseudomembran, serta tidak teraturnya denyut jantung (aritmia).

Disarankan untuk mengonsumsi Obat spiramycin harus sesuai dosis, agar mencegah terjadinya efek samping yang berbahaya. Sebelum menggunakan obat ini sebaiknya menemui dokter terlebih dahulu untuk konsultasi.

Baca Juga: Ketahui Penyebab Toksoplasmosis dan Cara Pencegahannya

Sumber

Drugs. (2022). Spiramycin. www.drugs.com 

Mayo Clinic. (2022). Spiramycin (Oral Route, Injection Route, Rectal Route). www.mayoclinic.org

Medicover. SPIRAMYCIN. www.medicoverhospitals.in

Practo. (2018). Spiramycin. www.practo.com