Ciri-ciri Perdarahan Normal dan Abnormal Setelah Melahirkan

Ciri-ciri Perdarahan Normal dan Abnormal Setelah Melahirkan

Penulis: Lely | Editor: Ratna

Ditinjau oleh: dr. Putri Purnamasari

Terakhir ditinjau: 27 Maret 2023

 

Selama kehamilan, tubuh Anda mengalami banyak perubahan dan perubahan ini tidak serta merta berhenti saat Anda melahirkan. Tubuh Anda membutuhkan waktu untuk pulih, yang artinya Anda mungkin masih memiliki beberapa gejala-gejala selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu setelah melahirkan.

Setelah bayi dilahirkan, rahim Anda biasanya akan terus berkontraksi (pengencangan otot rahim) dan mengeluarkan plasenta. Setelah plasenta keluar, kontraksi ini dapat membantu menekan pembuluh darah yang berdarah di area tempat plasenta menempel.

Jika rahim Anda tidak berkontraksi cukup kuat, pembuluh darah yang disebut atonia uteri ini mengeluarkan darah dengan bebas dan terjadi perdarahan. Dan berikut adalah ciri-ciri dari pendarahan normal dan abnormal pasca melahirkan:

Pendarahan Normal

Jika Anda melahirkan dengan cara normal atau operasi caesar, Anda akan mengalami pendarahan dan keputihan setelah melahirkan. Kondisi ini dikenal sebagai lokia, begitulah cara tubuh Anda membuang darah dan jaringan ekstra di rahim Anda yang membantu bayi Anda tumbuh.

Lochia biasanya lebih berat dan lebih tahan lama daripada siklus menstruasi Anda. Darah yang Anda keluarkan akan berwarna merah cerah, dan Anda mungkin melihat beberapa gumpalan selama beberapa hari pertama setelah Anda melahirkan.

Kondisi ini juga memiliki beberapa komponen yang tidak akan Anda temukan dalam periode menstruasi normal, seperti adanya lendir dan jaringan dari rahim Anda, sebagian besar dari tempat plasenta menempel.

Pendarahan terberat akan berlangsung selama sekitar tiga sampai 10 hari setelah persalinan dan melahirkan, dan kemudian akan berkurang menjadi pendarahan ringan atau bercak. Meskipun begitu, lochia akan berbeda pada setiap orang dan perdarahan pasca persalinan dapat berakhir cepat atau lambat.

Pendarahan Abnormal

Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang berlebihan setelah melahirkan bayi. Sekitar 1 hingga 5 % wanita mengalami perdarahan pasca persalinan dan lebih mungkin terjadi pada operasi caesar. Dan jumlah kehilangan darah setelah melahirkan bayi tunggal pada persalinan pervaginam adalah sekitar 500 ml. Dan jumlah rata-rata kehilangan darah untuk prosedur caesar adalah sekitar 1 liter.

Perdarahan postpartum sangat serius. Ini dapat menyebabkan penurunan besar dalam tekanan darah Anda. Jika tekanannya terlalu rendah, organ Anda tidak akan mendapatkan cukup darah, hingga mengakibatkan syok dan bisa menyebabkan kematian.

Segera dapatkan bantuan medis jika Anda memiliki gejala atau tanda seperti berikut:

  • Pendarahan berwarna merah cerah setelah hari ketiga setelah melahirkan.
  • Gumpalan darah lebih besar dari normalnya.
  • Lochia yang berbau tidak sedap, karena lochia normal seharusnya berbau seperti haid normal.
  • Pendarahan yang mengharuskan Anda untuk memakai lebih dari satu pembalut dalam satu jam. Dan tidak melambat atau berhenti.
  • Pembengkakan dan nyeri di sekitar vagina atau perineum, area di antara vagina dan rektum.
  • Jantung berdebar.
  • Penglihatan kabur.
  • Pingsan.
  • Sesak napas.
  • Menggigil atau demam.
  • Kulit lembab.
  • Detak jantung cepat.
  • Pusing.
  • Kelemahan.
  • Mual.

Risiko

Beberapa wanita berada pada risiko yang lebih besar untuk mengalami perdarahan post partum daripada yang lain. Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko perdarahan post partum meliputi:

  • Pelepasan awal placenta dari rahim.
  • Plasenta yang menutupi atau berada di dekat pembukaan serviks, atau disebut dengan plasenta previa.
  • Pembesaran rahim yang berlebihan, karena terlalu banyak cairan ketuban atau ukuran bayi besar.
  • Kehamilan ganda, atau lebih dari satu plasenta dan overdistensi uterus.
  • Hipertensi gestasional atau preeklampsia, suatu kondisi tekanan darah tinggi selama kehamilan.
  • Telah melakukan banyak kelahiran sebalumnya.
  • Proses persalinan lama.
  • Infeksi.
  • Obesitas atau kegemukan.
  • Obat-obatan untuk menginduksi persalinan.
  • Obat yang difungsikan untuk menghentikan kontraksi, bagi persalinan prematur.
  • Penggunaan forsep atau persalinan dengan bantuan vakum.
  • Anestesi umum.

Perdarahan post partum dapat disebabkan oleh banyalk faktor lain termasuk:

  • Robekan pada serviks atau jaringan vagina.
  • Robeknya pembuluh darah rahim.
  • Pendarahan ke area jaringan tersembunyi atau ruang di panggul yang berkembang menjadi hematoma, umumnya di area vulva atau vagina.
  • Gangguan pembekuan darah, seperti koagulasi intravaskular diseminata.
  • Plasenta akreta, plasenta yang melekat secara tidak normal pada bagian dalam rahim.
  • Plasenta inkreta adalah jaringan plasenta menyerang otot rahim.
  • Plasenta perkreta, adalah jaringan plasenta masuk sepenuhnya ke dalam otot rahim dan dapat menembus atau ruptur.

Meskipun faktor-faktor tersebut jarang terjadi, ruptur uteri dapat mengancam jiwa ibu. Kondisi yang dapat meningkatkan risiko ruptur uteri termasuk pembedahan untuk mengangkat tumor jinak dan bekas luka caesar sebelumnya.

Bekas luka caesar sebelumnya pada rahim di bagian atas memiliki risiko ruptur uteri yang lebih tinggi dibandingkan dengan bekas luka horizontal di bawah rahim yang disebut dengan sayatan transversal bawah. Hal ini juga dapat terjadi sebelum melahirkan dan menempatkan janin Anda dalam risiko juga.

Baca Juga: 10 Cara Efektif Penyembuhan Pasca Melahirkan

Sumber

The Children’s Hospital of Philadelphia. (2022). Postpartum Hemorrhage. www.chop.edu

What to Expect. (2021). Postpartum Bleeding (Lochia). www.whattoexpect.com

BabyCenter. (2022). Postpartum hemorrhage (PPH). www.babycenter.com

Cleveland Clinic. (2022). Postpartum Hemorrhage. my.clevelandclinic.org

WebMD. (2021). Vaginal Bleeding After Birth: When to Call a Doctor. www.webmd.com