Kelainan pada Penis, Ini Fakta Lain Tentang Hipospadia
Kelainan pada Penis, Ini Fakta Lain Tentang Hipospadia
Penulis: Heldania | Editor: Opie
Ditinjau oleh: dr. Tommy
Terakhir ditinjau: 25 Oktober 2022
Sebagian besar anak laki-laki lahir dengan penis normal yang berfungsi dengan baik. Namun, ada beberapa anak laki-laki lahir dengan kondisi umum yang disebut hipospadia. Hipospadia adalah salah satu kelainan bawaan, dimana penis tidak tidak berfungsi dengan baik, serta tidak terlihat normal.
Kelainan bawaan ini membuat pembukaan uretra tidak terletak di ujung, seperti penis pada umumnya. Dari tepat di bawah ujung penis hingga skrotum, pembukaan abnormal dapat terbentuk di mana saja.
Cukup umum terjadi, hipospadia terkadang dapat dibiarkan tanpa perawatan. Namun, dokter dapat melakukan operasi untuk memperbaiki masalah bila diperlukan. Ahli urologi anak juga telah menemukan banyak teknik bedah untuk memperbaiki kondisi yang bisa terjadi dalam kategori ringan atau lebih parah ini.
Baca Juga: Kenali Gejala Peradangan Orchitis pada Penis
Jenis-Jenis Hipospadia
Pada anak laki-laki, jenis hipospadia yang dialami tergantung lokasi pembukaan uretra, seperti:
- Penoscrotal. Letak pembukaan uretra berada di tempat penis dan skrotum bertemu.
- Subcoronal. Letak pembukaan uretra berada di suatu tempat di dekat kepala penis.
- Midshaft. Letak pembukaan uretra berada di sepanjang batang penis.
Penyebab Hipospadia
Dalam kebanyakan kasus, penyebab hipospadia tidak diketahui dengan pasti. Namun, para peneliti menemukan bukti bahwa faktor genetika dan lingkungan berperan penting terhadap pembentukan kondisi ini.
Pada sekitar 7 dari 100 kasus, anak-anak yang memiliki ayah dengan hipospadia juga lahir dengan hipospadia. Para peneliti juga menemukan hubungan genetik dalam kasus hipospadia, yakni:
- Jika satu anak menderita hipospadia, kemungkinan anak kedua akan lahir dengan hipospadia adalah sekitar 12 dari 100
- Jika ayah dan saudara laki-laki anak penderita juga menderita hipospadia, risiko anak kedua menderita hipospadia adalah 21 dari 100
Beberapa faktor selama kehamilan juga dapat meningkatkan risiko hipospadia, seperti:
- Obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil
- Anak yang lahir dari ibu yang berusia 35 tahun atau lebih
- BMI (indeks massa tubuh) lebih besar dari 26 (kelebihan berat badan atau obesitas)
- Menerima perawatan kesuburan
- Mengonsumsi hormon tertentu (seperti progestin) sebelum atau selama kehamilan
- Kondisi lingkungan selama kehamilan
- Makanan dan minuman yang dikonsumsi
Diagnosis Hipospadia
Hipospadia biasanya didiagnosis selama pemeriksaan fisik saat lahir. Dokter akan melihat bahwa meatus tidak terletak di ujung penis.
Indikator lainnya adalah kondisi kulup abnormal, seperti kulup yang tidak terbentuk sempurna di bagian bawahnya.
Dalam beberapa kasus, penis juga sedikit melengkung ke bawah, yang disebut chordee. Lebih dari 50% bayi yang lahir dengan hipospadia juga memiliki penis yang melengkung ketika meatus lebih jauh ke bawah batang.
Sekitar 8 dari 100 anak laki-laki dengan hipospadia juga memiliki testis yang belum sepenuhnya turun ke skrotum.
Pengobatan Hipospadia
Hipospadia diobati dengan operasi. Ahli bedah telah melakukan operasi hipospadia sejak akhir 1800-an dengan lebih dari 200 jenis operasi. Namun, sejak era modern rekonstruksi hipospadia dimulai pada 1980-an, hanya sedikit teknik yang dipakai oleh ahli urologi anak.
Semua operasi hipospadia yang dilakukan bertujuan untuk membuat penis menjadi normal dan lurus dengan saluran kemih yang berakhir pada atau di dekat ujungnya.
Umumnya operasi hipospadia dilakukan dalam 4 langkah utama, yakni:
- Meluruskan poros
- Membuat saluran kencing
- Memposisikan meatus di kepala penis
- Menyunat atau merekonstruksi kulup
Seringnya, jenis operasi ini dilakukan dalam, 90 menit untuk distal dan 3 jam untuk proksimal pada hari yang sama.
Dalam beberapa kasus, operasi dilakukan secara bertahap dan sering berlaku untuk kasus proksimal dengan chordee yang parah.
Ahli urologi anak umumnya akan meluruskan penis sebelum membuat saluran kemih.
Pada anak laki-laki yang cukup bulan dan sehat antara usia 6-12 bulan, ahli bedah bisa melakukan operasi hipospadia lebih mudah. Tetapi, operasi hipospadia bisa dilakukan pada anak-anak segala usia dan bahkan pada orang dewasa.
Jika penis berukuran kecil, dokter mungkin menyarankan pengobatan testosteron (hormon pria) sebelum operasi.
Operasi yang berhasil bisa berlangsung seumur hidup, bahkan saat penis tumbuh selama masa pubertas.
Untuk kondisi hipospadia lebih parah yang memiliki uretra di dekat skrotum atau kelengkungan lebih dari 30 derajat, setidaknya dua operasi biasanya diperlukan untuk pengobatan yang berhasil.
Komplikasi Operasi Hipospadia
Komplikasi paling umum setelah operasi hipospadia adalah lubang atau fistula yang terbentuk di tempat lain pada penis. Ini terjadi ketika jalur baru terbentuk dari uretra (saluran kemih yang direkonstruksi) ke kulit.
Bekas luka dapat terbentuk di saluran atau meatus yang dapat mengganggu buang air kecil.
Karenanya, pasien harus menemui dokter terjadi kondisi-kondisi berikut:
- Mengalami aliran urin yang lambat atau menyembur dari waktu ke waktu
- Urine bocor dari lubang kedua
- Infeksi saluran kencing berkembang setelah operasi
Sebagian besar komplikasi terjadi dalam beberapa bulan pertama setelah operasi, namun fistula atau penyumbatan terkadang berkembang selama bertahun-tahun setelah operasi.
Itulah mengapa penting untuk tetap berkonsultasi dengan ahli urologi anak setelah latihan pispot dan idealnya saat pubertas untuk memastikan anak puas dengan hasil operasi, dengan ereksi yang lurus.
Baca Juga: Waspadai 5 Penyebab Penis Bengkak
SumberBirth Defect Fact Sheet. (2014). Hypospadias. birthdefects.org
Mayo Clinic. (2018). Hypospadias – Symptoms and causes. www.mayoclinic.org
WebMD. (2020). Hypospadias: Causes, Symptoms, Types, Surgery. www.webmd.com
UPMC HealthBeat. (2021). Learn The Facts About Hypospadias. share.upmc.com