{"id":5545,"date":"2020-06-10T16:47:54","date_gmt":"2020-06-10T09:47:54","guid":{"rendered":"https:\/\/gayasehatku.com\/?p=5545"},"modified":"2020-12-14T12:41:50","modified_gmt":"2020-12-14T05:41:50","slug":"ketahui-6-gangguan-pada-plasenta-yang-membahayakan-janin","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/gayasehatku.com\/ketahui-6-gangguan-pada-plasenta-yang-membahayakan-janin\/","title":{"rendered":"Ketahui 6 Gangguan pada Plasenta yang Membahayakan Janin"},"content":{"rendered":"

Penulis: Marizka | Editor: Handa<\/p>\n

Plasenta merupakan salah satu organ penting yang harus dijaga kesehatannya selama kehamilan. Selain mengalirkan darah, oksigen, dan nutrisi dari ibu ke janin, plasenta juga berfungsi menyaring limbah dan melindungi janin dari infeksi bakteri. Organ ini menjadi tempat tinggal bagi janin selama di dalam kandungan.<\/p>\n

Namun, terkadang plasenta mengalami beberapa komplikasi yang menyebabkan masalah kesehatan janin dan ibu hamil. Bahkan komplikasi pada kehamilan, seperti gangguan plasenta diduga menjadi salah satu penyebab utama kematian janin. Menurut penelitian dari National Institute of Health, <\/em>sebanyak 26 persen kematian janin disebabkan oleh gangguan plasenta.<\/p>\n

Untuk mencegah hal ini, ibu hamil perlu memeriksakan kesehatan secara rutin ke dokter selama kehamilan. Berikut ini beberapa gangguan pada plasenta yang paling umum terjadi:<\/p>\n

1. <\/strong>Plasenta Previa<\/h3>\n

Plasenta previa merupakan kondisi ketika plasenta berada di bagian bawah rahim, sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Normalnya, plasenta memang berada di bagian bawah rahim. Namun, seiring bertambahnya usia kandungan dan perkembangan janin, plasenta akan bergerak ke atas.<\/p>\n

Pada kasus plasenta previa, posisi plasenta tidak bergerak hingga mendekati waktu persalinan. Biasanya, kondisi ini ditandai dengan pendarahan pada trimester kedua atau awal trimester ketiga, kontraksi dan kram perut.<\/p>\n

Plasenta previa lebih sering terjadi pada wanita hamil yang telah berusia 35 tahun atau lebih. Selain itu, perokok, hamil anak\u00a0 kembar, pernah melakukan operasi caesar<\/em> atau operasi rahim lainnya juga berisiko mengalami plasenta previa.<\/p>\n

2. <\/strong>Plasenta Akreta<\/h3>\n

Plasenta akreta merupakan kondisi di mana jaringan plasenta tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan ibu hamil mengalami pendarahan pada trimester ketiga dan kehilangan banyak darah setelah bersalin.<\/p>\n

Pada kondisi yang lebih serius, plasenta melekat di otot rahim atau disebut dengan plasenta inkreta dan saat plasenta tumbuh melewati dinding rahim atau plasenta perkreta. Biasanya dibutuhkan operasi caesar<\/em> untuk menangani kondisi tersebut, bahkan pada sebagian kasus dilanjutkan dengan pengangkatan rahim.<\/p>\n

3. <\/strong>Abrupsi Plasenta<\/h3>\n

Gangguan pada plasenta selanjutnya adalah abrupsi plasenta, yaitu kondisi meluruhnya sebagian atau seluruh plasenta dari dinding rahim sebelum waktu persalinan sehingga nutrisi dan oksigen ke janin terputus. Kondisi tersebut menyebabkan kelahiran prematur.<\/p>\n

Abrupsi plasenta terjadi pada trimester ketiga kehamilan. Gejala yang ditimbulkan, seperti kram perut, pendarahan vagina, ataupun kontraksi pada ibu hamil. Oleh sebab itu, jika Anda mengalami beberapa gejala di atas, segera periksakan kandungan Anda ke dokter kandungan.<\/p>\n

Baca Juga :\u00a0Ketahui 7 Risiko Kehamilan di atas Usia 35 Tahun<\/a><\/strong><\/p>\n

4. <\/strong>Insufisiensi Plasenta<\/h3>\n

Plasenta yang tidak berkembang dengan sempurna atau rusak disebut dengan insufisiensi plasenta. Kondisi ini terjadi karena aliran darah dari sang ibu tidak mencukupi di masa kehamilan.<\/p>\n

Plasenta yang tidak berkembang dengan sempurna, juga menyebabkan janin tidak berkembang. Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai masalah pada bayi, seperti mengalami kelainan (cacat sejak lahir), kelahiran prematur, atau berat badan rendah saat lahir.<\/p>\n

Selain dipicu oleh masalah aliran darah, pola hidup tidak sehat dan penggunaan obat-obatan tertentu juga menjadi akar dari insufisiensi plasenta. Kondisi kesehatan yang secara umum terkait dengan insufisiensi plasenta, seperti diabetes, darah tinggi, penyumbatan pembuluh darah, atau kebiasaan merokok.<\/p>\n

5. <\/strong>Retensi Plasenta<\/h3>\n

Secara normal, proses persalinan mencakup tiga tahapan, yaitu kontraksi atau pembukaan serviks, bayi lahir, dan plasenta keluar. Retensi plasenta terjadi apabila plasenta tertahan atau tidak keluar dari rahim dalam waktu 30 menit setelah bayi dilahirkan.<\/p>\n

Kondisi ini sangat berbahaya dan bisa mengancam jiwa ibu jika tidak ditangani dengan segera. Pasalnya, retensi plasenta dapat membuat ibu kehilangan banyak darah.<\/p>\n

6. <\/strong>Infark pada Plasenta<\/h3>\n

Infark adalah jaringan mati yang ditemukan di dalam plasenta dan biasanya disebabkan oleh komplikasi pembuluh darah. Kondisi ini cukup berbahaya karena dapat menghambat aliran darah dari ibu ke janin. Jika tidak segera ditangani, infark pada plasenta menyebabkan gawat janin bahkan kematian pada janin.<\/p>\n

Faktor Risiko Gangguan<\/strong> pada Plasenta<\/h3>\n

Walaupun belum diketahui penyebab pasti dari gangguan plasenta, namun ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko ibu hamil mengalami gangguan plasenta, seperti:<\/p>\n