{"id":28486,"date":"2022-06-10T23:54:47","date_gmt":"2022-06-10T16:54:47","guid":{"rendered":"https:\/\/gayasehatku.com\/?p=28486"},"modified":"2022-06-10T23:54:47","modified_gmt":"2022-06-10T16:54:47","slug":"demam-rematik","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/gayasehatku.com\/demam-rematik\/","title":{"rendered":"Demam Rematik, Komplikasi Berbahaya Akibat Radang Tenggorokan"},"content":{"rendered":"
Penulis: Silvia | Editor: Umi<\/p>\n
Pernahkah Anda mendengar demam rematik? Demam rematik merupakan masalah kesehatan yang berkembang akibat radang tenggorokan<\/a> atau demam scarlet yang tidak diobati dengan benar.<\/p>\n Penyakit ini adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus<\/a> tipe A. Demam rematik bisa dialami oleh siapa saja di segala usia, tetapi paling sering menyerang anak-anak usia 5\u201315 tahun.<\/p>\n Meski demam rematik tidak dapat ditularkan kepada orang lain, penderita radang tenggorokan dapat menyebarkan infeksi bakteri Streptococcus melalui percikan air liur saat batuk atau bersin.<\/p>\n Baca Juga:\u00a0<\/strong>Meredakan Panas Dalam pada Anak dengan Air Hangat<\/a><\/p>\n Dalam kasus demam rematik, sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan sehat, terutama di jantung, persendian, kulit, dan sistem saraf pusat. Reaksi sistem kekebalan inilah yang menyebabkan peradangan.<\/p>\n Sayangnya, belum diketahui pasti penyebab sistem kekebalan tubuh pada penderita demam rematik menyerang tubuhnya sendiri.<\/p>\n Para peneliti percaya bahwa kondisi ini terjadi karena bakteri Streptococcus<\/a> tipe A memiliki protein yang mirip dengan protein pada jaringan tubuh. Akibatnya, sistem kekebalan justru menyerang jaringan tubuh sendiri, karena menganggapnya sebagai zat asing, seperti bakteri.<\/p>\n Beberapa faktor tertentu juga dapat meningkatkan risiko Anda terkena demam rematik:<\/p>\n Biasanya dibutuhkan waktu sekitar 1\u20135 minggu setelah radang tenggorokan untuk berkembang menjadi demam rematik.<\/p>\n Demam rematik dapat ditandai dengan beberapa gejala, seperti:<\/p>\n Baca Juga:\u00a0<\/strong>Waspadai Bahaya Penyakit Kawasaki Pada Anak, Ketahui Penyebab dan Gejalanya<\/a><\/p>\n Ketika dokter mencurigai Anda mengalami demam rematik, dokter akan menyeka tenggorokan Anda untuk memeriksa bakteri Streptococcus tipe A.<\/p>\n Dokter mungkin akan menggunakan tes radang cepat atau memeriksa kultur tenggorokan.<\/p>\n Tes radang cepat memang dapat memberikan hasil dalam 10 menit, tetapi pemeriksaan ini bisa saja memberikan hasil negatif palsu.<\/p>\n Sementara itu, kultur tenggorokan membutuhkan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasil.<\/p>\n Dokter juga mungkin akan melakukan tes lain bergantung pada gejala yang Anda alami, seperti tes darah untuk memastikan infeksi radang.<\/p>\n Bisa juga melakukan tes jantung<\/a>, seperti elektrokardiogram (EKG)<\/a> dan ekokardiogram (ultrasound jantung)<\/a> untuk mengetahui fungsi jantung Anda.<\/p>\n Adapun beberapa perawatan yang mungkin akan Anda dapatkan jika mengalami demam rematik meliputi:<\/p>\n Karena demam rematik merupakan infeksi bakteri, maka perawatan yang umumnya digunakan adalah menggunakan antibiotik<\/a>.<\/p>\n Dokter akan meresepkan antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri yang mendasarinya. Umumnya, dokter akan memberikan antibiotik penisilin melalui suntikan.<\/p>\n Pasien akan diberikan antibiotik setiap 28 hari, minimal selama 5 tahun atau hingga anak berusia 21 tahun.<\/p>\n Sementara pada pasien yang mengalami kerusakan pada katup jantung, antibiotik akan diberikan selama 10 tahun atau lebih.<\/p>\n Meski tubuh sudah terasa lebih baik atau gejala sudah hilang, jangan menghentikan pengobatan ini tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Menghentikan pengobatan tanpa anjuran dokter bisa menyebabkan demam rematik kambuh kembali dan kerusakan katup jantung yang lebih parah.<\/p>\n Selain pemberian antibiotik, dokter juga akan meresepkan obat antiradang<\/a>, seperti aspirin<\/a> atau ibuprofen<\/a> untuk mengurangi peradangan atau pembengkakan di seluruh tubuh.<\/p>\n Anda mungkin juga akan mendapatkan obat yang lebih kuat, seperti kortikosteroid<\/a>, bila gejala tidak kunjung membaik.<\/p>\n Dokter dapat meresepkan obat antikejang<\/a>, seperti carbamazepine<\/a> atau asam valproat<\/a>, untuk mengatasi kejang<\/a> pada pasien yang disebabkan oleh Sydenham chorea<\/em>.<\/p>\n Pengobatan demam rematik lainnya bisa disesuaikan tergantung pada kondisi pasien itu sendiri. Jadi, pilihan perawatan antara satu pasien bisa berbeda dengan pasien lainnya.<\/p>\n Intinya, dokter akan berusaha untuk memberikan pengobatan yang terbaik demi kesembuhan pasien.<\/p>\n Bahkan dalam kasus yang sangat parah, pasien mungkin memerlukan operasi jantung atau perawatan sendi untuk mengobati komplikasi serius akibat demam rematik ini.<\/p>\n Komplikasi yang paling umum terjadi jika demam rematik tidak ditangani, termasuk kerusakan jantung jangka panjang atau disebut juga dengan penyakit jantung rematik<\/a>.<\/p>\n Penyakit jantung rematik ini dapat melemahkan katup antara bilik jantung sehingga perlu penanganan serius karena bisa menyebabkan kematian.<\/p>\n Mengingat demam rematik bisa menyebabkan gejala dan komplikasi yang serius, maka Anda perlu berhati-hati akan penyakit yang satu ini.<\/p>\n Salah satu cara untuk menghindarinya, yakni dengan melakukan pencegahan. Pencegahan terbaik yang bisa Anda lakukan adalah dengan menjaga kebersihan.<\/p>\n Jadi, rajinlah mencuci tangan, terutama setelah batuk atau bersin, dan sebelum menyiapkan atau menyantap makan.<\/p>\n Selain itu, Anda harus mengobati radang tenggorokan atau demam scarlet setuntas mungkin ketika mengalaminya sehingga tidak menyebabkan infeksi bakteri.<\/p>\n Baca Juga:\u00a0<\/strong>Kenali Gejala Demam Paratifus dan Faktor Penyebabnya<\/a><\/p>\nSumber<\/span>Penyebab dan Faktor Risiko Demam Rematik<\/strong><\/h3>\n
\n
Gejala Demam Rematik<\/strong><\/h3>\n
\n
Diagnosis Demam Rematik<\/strong><\/h3>\n
Cara Mengatasi Demam Rematik<\/strong><\/h3>\n
1. Antibiotik<\/strong><\/h4>\n
2. Perawatan Anti-inflamasi<\/strong><\/h4>\n
3. Obat antikonvulsan<\/strong><\/h4>\n
4. Terapi Lainnya<\/strong><\/h4>\n
Pencegahan Demam Rematik<\/strong><\/h3>\n