{"id":27254,"date":"2022-05-08T20:06:53","date_gmt":"2022-05-08T13:06:53","guid":{"rendered":"https:\/\/gayasehatku.com\/?p=27254"},"modified":"2022-05-08T20:13:27","modified_gmt":"2022-05-08T13:13:27","slug":"ruam-kulit-pada-penderita-hiv-penyebab-hingga-pengobatan","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/gayasehatku.com\/ruam-kulit-pada-penderita-hiv-penyebab-hingga-pengobatan\/","title":{"rendered":"Ruam Kulit pada Penderita HIV: Penyebab Hingga Pengobatan"},"content":{"rendered":"
Penulis: Dita | Editor: Umi<\/p>\n
Ketika sistem kekebalan tubuh melemah karena infeksi virus HIV, kulit bisa mengalami ruam, luka maupun lesi. Kondisi pada kulit ini bisa menjadi salah satu tanda awal HIV dan dapat muncul selama tahapan primernya.<\/p>\n
Faktanya, sekitar 90% penderita HIV mengalami masalah pada kulit selama perkembangan penyakitnya. Biasanya masalah kulit yang dialami mencakup salah satu dari 3 kategori, yakni:<\/p>\n
Ruam kulit pada penderita HIV bisa menimbulkan rasa gatal dengan warna merah atau ungu yang terasa menyakitkan. Tingkat keparahan lesi kulit sendiri dapat bervariasi. Ruam kulit ini dapat berkembang akibat dari HIV itu sendiri, infeksi oportunistik, atau efek samping obat HIV, yang disebut obat antiretroviral.<\/p>\n
Baca Juga:\u00a0<\/strong>3 Tahapan Perkembangan Infeksi HIV<\/a><\/p>\n HIV tidak secara langsung memengaruhi kulit. Namun, HIV merusak atau menghancurkan sel sistem kekebalan bernama CD4.<\/p>\n Hal ini dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sehingga meningkatkan risiko masalah kesehatan tertentu, termasuk masalah kulit.<\/p>\n Masalah dermatologis memang umum terjadi pada penderita HIV. Beberapa sumber menyatakan bahwa 69% penderita HIV memiliki kelainan kulit.<\/p>\n Infeksi tertentu pada penderita HIV sering disebut infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik adalah infeksi yang biasanya mengakibatkan gejala ringan, tetapi dapat menyebabkan gejala parah bagi seseorang dengan sistem kekebalan yang lemah.<\/p>\n Beberapa infeksi oportunistik yang memengaruhi kulit antara lain:<\/p>\n Selain itu, beberapa obat HIV juga dapat menyebabkan efek samping berupa lesi atau ruam kulit. Bahkan beberapa obat antiretroviral lebih mungkin menyebabkan ruam kulit, termasuk nevirapine, efavirenz, dan abacavir.<\/p>\n Ada banyak kondisi yang bisa menyebabkan seseorang mengalami ruam kulit. Pada penderita HIV, ruam paling sering muncul di wajah, badan, dan terkadang pada badan atau kaki.<\/p>\n Selain kondisi imun yang melemah akibat infeksi virus, ruam juga bisa muncul sebagai efek samping dari pengobatan. Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan berikut ini!<\/p>\n HIV melemahkan sel-sel tubuh yang biasanya melawan infeksi. Seiring waktu, ketika penderita tidak minum obat HIV, tubuh mungkin akan kesulitan memerangi infeksi yang menyebabkan ruam.<\/p>\n Sejumlah infeksi yang dapat memengaruhi penderita HIV meliputi:<\/p>\n Sifilis<\/a> menyebar melalui hubungan seks tanpa kondom dengan orang yang terinfeksi. Gejala sifilis pertama kali muncul sebagai luka kecil tanpa rasa sakit yang disebut chancre<\/em> pada alat kelamin, rektum, atau mulut.<\/p>\n Pada tahap sekunder, sipilis mulai menyebabkan ruam di seluruh tubuh, terutama telapak tangan dan telapak kaki selama 2\u20138 minggu setelah infeksi.<\/p>\n Infeksi virus ini bisa menyebabkan benjolan kecil berwarna daging yang bisa muncul di bagian tubuh mana saja. Infeksi ini bisa dengan mudah menular.<\/p>\n Herpes<\/a> umum menyerang pasien dengan HIV dan AIDS. Salah satunya yaitu herpes zoster yang bisa menyebabkan ruam atau lesi kulit menyerupai lepuh air yang terasa menyakitkan. Ruam bisa menutupi seluruh tubuh, tetapi yang paling umum adalah lengan, kaki, dan wajah.<\/p>\n Ini adalah jenis kanker kulit yang menyebabkan lesi kulit yang tampak, seperti bintik-bintik gelap berwarna coklat, ungu, atau merah. Sarkoma kaposi biasanya terjadi pada penderita AIDS.<\/p>\n Obat yang digunakan untuk mengobati HIV dan infeksi terkait bisa menimbulkan efek samping berupa ruam kulit. Ruam pada kulit ini bisa hilang dalam beberapa hari atau minggu setelah pasien berhenti minum obat.<\/p>\n Namun, penderita HIV atau AIDS tidak disarankan menghentikan konsumsi obat apapun sebelum berkonsultasi dengan dokter.<\/p>\n Jika pasien mengalami ruam kulit yang disertai dengan demam, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, sakit perut, dan muntah, mungkin orang tersebut mengalami reaksi hipersensitivitas yang bisa terjadi karena beberapa jenis obat HIV, seperti:<\/p>\n Jika Anda mengalami salah satu gejala di atas atau mengalami demam, ruam merah atau keunguan yang menyakitkan, serta lepuh yang menyebar di sekitar mulut, mata, dan hidung, ini bisa menjadi tanda sindrom Stevens-Johnson.<\/p>\n Sindrom Stevens-Johnson merupakan sebuah bentuk reaksi hipersensitivitas yang parah. Meskipun jarang terjadi, kondisi ini bisa mengancam jiwa.<\/p>\n Pengobatan untuk mengatasi ruam karena HIV\/AIDS tergantung pada penyebabnya. Jika ruam kulit pada penderita HIV disebabkan oleh efek samping obat, maka dengan menghentikan konsumsi obat tersebut bisa membantu menghilangkan ruam.<\/p>\n Jika Anda tidak yakin apa yang menyebabkan ruam muncul, segera konsultasikan dengan dokter. Beberapa langkah lain yang bisa Anda lakukan antara lain:<\/p>\n Itulah beberapa informasi penting terkait ruam pada penderita HIV yang perlu Anda ketahui. Mengonsumsi obat HIV sesuai dengan petunjuk dokter bisa menjadi salah satu cara meminimalisasi munculnya ruam kulit selama fase perkembangan penyakit HIV yang Anda alami.<\/p>\n Baca Juga:<\/strong>\u00a0Mengenal Lebih Jauh tentang Tes HIV<\/a><\/p>\nSumber<\/span>Bagaimana HIV Bisa Memengaruhi Kulit?<\/strong><\/h3>\n
\n
Jenis-jenis dan Penyebab Ruam Kulit pada Penderita HIV<\/strong><\/h3>\n
1. Ruam pada Penderita HIV yang Disebabkan oleh Infeksi<\/strong><\/h4>\n
\n
\n
\n
\n
2. Ruam pada Penderita HIV yang Disebabkan oleh Pengobatan<\/strong><\/h4>\n
\n
Penanganan terhadap Masalah Ruam pada Penderita HIV\/AIDS<\/strong><\/h3>\n
\n