{"id":26215,"date":"2022-04-07T20:15:29","date_gmt":"2022-04-07T13:15:29","guid":{"rendered":"https:\/\/gayasehatku.com\/?p=26215"},"modified":"2023-04-12T02:39:52","modified_gmt":"2023-04-11T19:39:52","slug":"penyebab-busung-lapar","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/gayasehatku.com\/penyebab-busung-lapar\/","title":{"rendered":"Ketahui Penyebab Busung Lapar"},"content":{"rendered":"
Penulis: Ossy | Editor: Opie<\/p>\n
Ditinjau oleh: dr. Tommy<\/a><\/p>\n Terakhir ditinjau: 11 April 2023<\/p>\n <\/p>\n Masalah kesehatan gizi, terutama pada anak-anak terdiri dari malnutrisi<\/a> dan obesitas<\/a>.<\/p>\n Menurut WHO, sekitar 45% kematian pada anak di bawah usia 5 tahun terkait dengan kekurangan gizi atau busung lapar. Sedangkan menurut Pusdatin Kemenkes RI, masalah gizi buruk pada anak-anak terdiri dari obesitas, kurangnya asupan vitamin A<\/a> dan KEP (Kurang Energi Protein).<\/p>\n KEP mengintai anak-anak Indonesia dan terdiri dari 3 tipe yaitu marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor atau yang kita kenal dengan busung lapar.<\/p>\n Kata “busung” sendiri berarti gembung. Busung lapar diartikan sebagai penyakit busung yang disebabkan karena kekurangan gizi.<\/p>\n Perut yang membuncit ini disebabkan karena anak mengalami oedema atau pembengkakan hati<\/a>. Pada masa pendudukan Jepang, busung lapar dikenal dengan istilah “honger oedeem<\/em>” (HO).<\/p>\n Baca Juga: <\/strong>Hindari Gizi Buruk, Ini Cara Pencegahan Stunting untuk Anak<\/a><\/p>\n Seorang yang mengalami busung lapar biasanya menampilkan kombinasi gejala marasmus dan kwashiorkor.<\/a> Sejumlah gejalanya meliputi:<\/p>\n Kita dapat membagi penyebab busung lapar menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.<\/p>\n Penyebab langsung adalah suatu hal yang langsung mengakibatkan busung lapar.<\/p>\n Selanjutnya, penyebab tidak langsung adalah sebab-sebab yang secara tidak langsung memicu adanya busung lapar.<\/p>\n Kurangnya energi, protein<\/a>, dan nutrisi menjadi penyebab utama terjadinya busung lapar.<\/p>\n Hal ini berkaitan dengan kurangnya makanan yang dimakan atau asupan makanan yang kurang bergizi atau tidak seimbang.<\/p>\n Kurangnya asupan makanan berkaitan erat dengan penyebab tidak langsung seperti kemiskinan, pola asuh, dan sanitasi<\/a> yang kurang.<\/p>\n Ketika seorang anak terinfeksi penyakit, seringkali penyakit atau obat-obatan yang dimakan menyebabkan mereka mengalami hal-hal berikut ini:<\/p>\n Contoh penyakit tersebut seperti kanker<\/a>, diare, masalah mulut dan gigi yang membuat sulit menelan, penyakit jantung bawaan, serta gangguan penyerapan nutrisi makanan seperti penyakit Crohn<\/em><\/a> atau kolitis ulserativa.<\/p>\n Baca Juga: <\/strong>Masalah Gizi yang Umum Terjadi di Indonesia<\/a><\/p>\n Busung lapar seringkali dikaitkan dengan kemiskinan. Di Indonesia, busung lapar lebih sering terjadi di daerah dengan tingkat kemiskinan dan ketertinggalan yang tinggi dibandingkan daerah perkotaan.<\/p>\n Kemiskinan memberikan pengaruh besar terhadap status gizi anak dan keluarga. Hal ini menyebabkan tingkat konsumsi energi atau nutrisi kurang dari yang dibutuhkan.<\/p>\n Selain itu, seringkali adanya “misalokasi” pengeluaran sebagai akibat rendahnya pengetahuan dan kesadaran sering terjadi pada kasus busung lapar pada keluarga dengan pendapatan rendah.<\/p>\n Misal, menggunakan uang untuk membeli rokok ketimbang bahan makanan yang lebih berkualitas.<\/p>\n Pada masa penjajahan, busung lapar terjadi karena kekurangan bahan pangan. Kekurangan bahan pangan dapat disebabkan karena bencana kekeringan, serangan hama dan bencana alam lainnya.<\/p>\n Pada masa kekurangan pangan, makanan yang dimakan tentunya sangatlah kurang dari segi kualitas dan kuantitas.<\/p>\n Jika terus-menerus terjadi, maka secara bertahap tubuh akan kekurangan berat badan.<\/p>\n Kekurangan asupan energi dan protein yang berkelanjutan dapat menimbulkan cairan di jaringan tubuh hingga terjadilah busung lapar.<\/p>\n Tak hanya kemiskinan dan kekurangan asupan, pola asuh yang kurang memadai dapat berdampak pada kasus busung lapar.<\/p>\n Seorang ibu yang kurang memperhatikan gizinya saat masa menyusui, atau tidak memberikan ASI secara layak dari segi kualitas dan kuantitas dapat menimbulkan status gizi buruk.<\/p>\n Selain itu, kebiasaan memberikan makanan yang asal kenyang dan cenderung kurang memperhatikan nutrisi yang terkandung di dalamnya dapat meningkatkan risiko busung lapar.<\/p>\n Kebiasaan ini seringkali disebabkan tingkat pengetahuan orang tua akan gizi dan nutrisi yang kurang.<\/p>\n Kurangnya air bersih, sanitasi dan kebersihan rumah yang kurang sangat berdampak ke kesehatan. Anak jadi mudah terserang penyakit seperti diare, cacingan<\/a>, serta penyakit lain yang dapat menghambat penyerapan nutrisi.<\/p>\n Kurangnya pengetahuan dan wawasan orang tua erat kaitannya dengan pelayanan kesehatan yang kurang memadai, sulit diakses, atau sulit terjangkau secara ekonomi.<\/p>\n Orang tua yang aktif mengikuti posyandu atau dekat dengan pelayanan kesehatan yang terjangkau tentu memiliki pengetahuan yang lebih baik terhadap gizi anaknya.<\/p>\n Adanya posyandu dan pelayanan kesehatan yang memadai juga dapat membantu memantau dan segera memberikan intervensi terhadap permasalahan kesehatan anak.<\/p>\n Pokok masalah busung lapar di sebuah masyarakat seringkali berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan pemberdayaan orang tua dan keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat dan pelayanan kesehatan.<\/p>\n Mengatasi busung lapar tidak sekadar memberikan sumber makanan, tetapi juga memberikan pengetahuan, melakukan pemantauan, dan pembiasaan hidup bersih dan sehat.<\/p>\n Baca Juga: <\/strong>Apa itu Pedoman Gizi Seimbang?<\/a><\/p>\nSumber<\/span> NHS. (2020). Malnutritio<\/a>n www.nhs.uk<\/span><\/p>\n Medical News Today. (2020). Malnutrition: What you need to know<\/a>.\u00a0 medicalnewstoday.com<\/span><\/p>\n Martianto, D. (2006). Meluruskan Pemahaman Masyarakat Tentang Busung Lapar<\/a>. Prosiding Lokakarya Nasional II Penganekaragaman Pangan<\/span>Gejala Busung Lapar<\/strong><\/h3>\n
\n
Penyebab Busung Lapar<\/strong><\/h3>\n
1. Penyebab langsung<\/strong><\/h3>\n
\n
\n
\n
\n
2. Penyebab tidak langsung<\/strong><\/h3>\n
\n
\n
\n
\n
\n
\nWHO. (2021). Malnutrition.<\/a> www.who.int<\/span><\/p>\n