3 Tahapan Perkembangan Infeksi HIV
3 Tahapan Perkembangan Infeksi HIV
Penulis: Dita | Editor: Umi
Ditinjau oleh: dr. Tommy
Terakhir ditinjau: 30 Mei 2023
HIV adalah virus yang menginfeksi manusia kemudian merusak sistem kekebalan tubuh. Sampai saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan HIV. Namun, ada perawatan yang bisa dilakukan untuk mengurangi efek sehingga penderitanya bisa melakukan aktivitas harian dengan normal.
Baca Juga: Mengenal Lebih Jauh tentang Tes HIV
HIV sendiri berkembang dengan tahapan-tahapan tertentu. Masing-masing tahapan memiliki gejala yang berbeda. Setiap penderita juga memiliki tingkat perkembangan yang berbeda-beda. Ada pasien yang mengalami perkembangan gejala yang cepat di awal. Ada juga yang lambat.
Tahap akut HIV bisa berlangsung selama 2–4 minggu. Setelah itu, gejala akan hilang secara spontan ketika tubuh mulai bisa mengendalikan virusnya. Kehadiran HIV di dalam tubuh tidak lantas hilang melainkan bergerak ke fase berikutnya yang dikenal dengan latensi klinis.
Infeksi HIV terjadi dalam 3 tahapan stadium. Tanpa pengobatan, kondisi akan semakin parah dan pada akhirnya mengalahkan sistem kekebalan tubuh penderitanya. Gejala yang dialami oleh setiap pasien berbeda-beda, tergantung pada tingkatan stadiumnya.
Baca Juga: Buah Merah dari Papua, Benarkah Bisa Sembuhkan HIV/AIDS?
Tahap Pertama: Gejala Infeksi HIV Akut
Kebanyakan orang tidak tahu kapan waktu pasti mereka telah terinfeksi HIV. Namun, penderita HIV mungkin akan mengalami sejumlah gejala dalam 2 sampai 6 minggu setelah mereka terkena virus.
Masa tersebut adalah saat sistem kekebalan tubuh pasien melawannya. Kondisi ini disebut dengan sindrom retroviral akut atau infeksi HIV primer.
Gejalanya mirip dengan penyakit virus lainnya dan kerap dibandingkan dengan flu. Gejala ini biasanya berlangsung selama 1 atau 2 minggu kemudian hilang. Tanda-tandanya antara lain:
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Nyeri otot
- Sakit tenggorokan
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Ruam merah yang tidak gatal, biasanya di tubuh
- Demam
- Muncul bisul atau luka di mulut, kerongkongan, anus, atau alat kelamin Anda
Jika Anda memiliki gejala seperti di atas dan merasa telah melakukan kontak dengan penderita HIV dalam 2–6 minggu terakhir, periksakan diri Anda dan lakukan tes HIV. Jika Anda memiliki gejala dan mencurigai kondisi ini, lakukan tes juga.
Terdapat dua alasan mengapa tes di tahap awal penting Anda lakukan. Pertama, pada tahap ini tingkat HIV dalam darah dan cairan tubuh Anda sangat tinggi. Hal ini menyebabkan virus menjadi sangat menular.
Kedua, memulai pengobatan sesegera mungkin akan membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan meringankan gejala Anda.
Kombinasi obat (berupa obat HIV, terapi antiretroviral, atau ARV) dapat membantu melawan HIV, menjaga sistem kekebalan Anda tetap sehat, dan mencegah Anda menyebarkan virus. Jika Anda minum obat ini dan menerapkan kebiasaan sehat, infeksi HIV Anda mungkin tidak akan bertambah parah.
Baca Juga: Cara Tepat Mencegah Penularan HIV Ibu ke Bayi
Tahap Kedua: Gejala Latensi Klinis
Setelah sistem kekebalan tubuh Anda kalah dalam pertempuran melawan virus HIV, gejala seperti flu akan hilang. Meski begitu, sebenarnya ada banyak hal yang terjadi dalam tubuh Anda. Dokter menyebut tahap ini sebagai periode tanpa gejala atau infeksi HIV kronis.
Dalam tubuh kita, ada sel yang disebut sel T CD4 yang bertugas mengoordinasikan respons sistem kekebalan. Selama tahap ini, HIV yang tidak diobati akan membunuh sel CD4 dan menghancurkan sistem kekebalan Anda.
Dokter dapat memeriksa berapa banyak sel yang Anda miliki dengan tes darah. Tanpa pengobatan, jumlah sel CD4 akan turun, dan Anda akan lebih mungkin terkena infeksi lain.
Kebanyakan penderita tidak mengalami gejala yang bisa dilihat atau dirasakan. Anda mungkin tidak menyadari bahwa Anda telah terinfeksi dan bisa menularkan HIV kepada orang lain.
Jika Anda menggunakan pengobatan ARV, Anda mungkin akan tetap berada dalam fase ini selama beberapa tahun. Anda bisa menularkannya kepada orang lain, tetapi jika Anda minum obat secara rutin, Anda bisa mencegah penularannya.
Tahap Ketiga: Gejala AIDS
AIDS merupakan stadium lanjut dari infeksi HIV. Pada tahap ini biasanya terjadi ketika jumlah sel darah T CD4 turun drastis di bawah 200 dan sistem kekebalan tubuh Anda rusak parah.
Pasien juga mungkin akan mengalami infeksi oportunistik, penyakit yang sering terjadi pada mereka yang memiliki kekebalan tubuh rendah. Beberapa pasien mengalami sarkoma Kaposi (jenis kanker kulit) dan pneumocystis pneumonia.
Jika pasien tidak mengetahui bahwa sebelumnya dirinya sudah terinfeksi, maka pasien umumnya bisa mengetahui dengan melihat beberapa gejala yang dialaminya termasuk:
- Merasa lelah sepanjang waktu
- Pembengkakan kelenjar getah bening di leher atau selangkangan
- Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari
- Keringat malam
- Penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas
- Muncul bintik-bintik ungu di permukaan kulit yang tak kunjung hilang
- Sesak napas
- Diare parah yang berlangsung lama
- Infeksi jamur di mulut, tenggorokan, atau alat vital.
Pasien juga mungkin mengalami gejala neurologis, seperti kehilangan ingatan, kebingungan, kejang, perubahan perilaku hingga perubahan penglihatan. Untuk mencegah kondisi semakin parah, ada baiknya pasien melakukan pemeriksaan sejak awal dan menjalani pengobatan secara rutin.
Baca Juga: Jangan Sampai Salah, Pahami Perbedaan HIV dan Aids
SumberHIV Ireland. (2021). Stage if HIV Infection. www.hivireland.ie
Healthline. (2020). A Timeline of HIV Symptoms. www.healthline.com
Verywell Health. (2021). Signs and Symptoms of HIV. www.verywellhealth.com
Webmd. (2021). HIV Symptoms. www.webmd.com