Memahami Spirometri (Tes Fungsi Paru)

Memahami Spirometri (Tes Fungsi Paru)

Penulis: Dea | Editor: Umi

Ditinjau oleh: dr. Tommy

Terakhir ditinjau: 3 Juli 2023

 

Spirometri merupakan sejenis tes fungsi paru (PFT), prosedur pemeriksaan standar untuk mengukur atau memeriksa seberapa baik kinerja paru-paru. Tes ini menjelaskan mengenai seberapa cepat pergerakan udara lewat paru-paru saat Anda sedang bernapas ke dalam.

Tujuan spirometri adalah untuk mendiagnosis masalah pernapasan berupa asma, dan menilai seberapa efektif kerja obat.

Ahli medis melakukan spirometri menggunakan sebuah alat bernama spirometer, mesin berukuran kecil yang disambungkan lewat kabel ke corong. Adapun pemeriksaan ini biasa berlangsung selama konsultasi singkat ke rumah sakit atau klinik.

Baca Juga: Kenali Berbagai Jenis Penyakit Paru-paru

Alasan Dilakukannya Spirometri

Perlu Anda ketahui, tes spirometri berguna untuk mendiagnosa gangguan paru-paru bila Anda mempunyai gejala, atau saat dokter merasa Anda berisiko tinggi mengidap masalah paru-paru tertentu.

Berikut beberapa penyakit yang perlu diperiksa menggunakan spirometri:

  • Asma: kondisi pernapasan kronis ketika saluran udara meradang dan menjadi sempit sehingga menyebabkan kesulitan bernapas.
  • PPOK atau penyakit paru obstruktif kronis: peradangan pada paru-paru yang memicu ukuran saluran udara menjadi lebih sempit.
  • Cystic fibrosis: masalah genetik saat paru-paru dan sistem pencernaan terhambat oleh lendir yang kental dan lengket.
  • Fibrosis paru: jaringan parut yang muncul di paru-paru.

Risiko Efek Samping

Spirometri merupakan prosedur yang aman. Anda mungkin hanya mengalami efek samping sesaat, seperti sesak napas, atau merasa pusing sedikit ketika mengambil napas cepat dan dalam.

Batuk juga menjadi salah satu efek samping yang umum terjadi. Gejala-gejala tersebut normal dan akan pulih dengan sendirinya.

Kontraindikasi

Seseorang sebaiknya tidak melakukan tes spirometri apabila:

  • Mengidap nyeri dada atau baru-baru ini mengidap serangan jantung atau stroke
  • Mengidap pneumotoraks
  • Pernah atau baru saja menjalani operasi mata
  • Baru saja menjalani operasi perut atau dada
  • Mempunyai aneurisma di dada, perut, atau otak
  • Menderita TBC
  • Menderita infeksi saluran pernapasan, berupa pilek atau flu.

Selain itu, terdapat kondisi khusus ketika seseorang tidak bisa bernapas seutuhnya, dan berisiko mengacaukan hasil tes.

Meski tidak termasuk ke dalam kontraindikasi, Anda tetap perlu melakukan konsultasi dengan dokter sebelum melakukan tes spirometri.

Pasien dengan kategori tersebut antara lain:

  • Hamil
  • Perut kembung
  • Kelelahan parah
  • Mengidap kelemahan otot
  • Mengalami masalah kesehatan tertentu, misalnya rheumatoid arthritis.

Baca Juga: Fungsi Tabung Oksigen dan Cara Penyimpanannya

Cara Mempersiapkan Tes Spirometri

Ada beberapa hal yang sebaiknya Anda lakukan sebelum menjalani tes spirometri, yakni:

  • Pakailah pakaian yang longgar agar Anda bisa bernapas dengan mudah
  • Bagi perokok aktif, hindari sementara paling tidak 1 jam sebelum tes
  • Jangan mengonsumsi minuman beralkohol
  • Hindari melakukan olahraga atau kegiatan fisik yang berat 30 menit sebelum tes
  • Jangan makan terlalu banyak sebelum tes.

Prosedur Tes Spirometri

Tes spirometri mengharuskan Anda untuk bernapas ke dalam tabung yang tertempel pada mesin bernama spirometer.

Sebelum menjalani prosedur ini, dokter akan memberikan petunjuk khusus. Dengarkanlah dengan saksama, dan tanyakan bila Anda masih belum memahaminya.

Tes harus dilakukan dengan tepat, agar hasil yang didapat akurat. Berikut prosedur pemeriksaannya:

  • Duduk saat tes berlangsung.
  • Pasien akan mengenakan sebuah klip di hidung. Tujuannya agar lubang hidung tetap dalam kondisi tertutup.
  • Selanjutnya tabung spirometer akan ditempatkan pada mulut Anda. Mulut Anda harus serapat mungkin menempel dengan tabung untuk menghindari keluarnya udara.
  • Dokter akan meminta Anda mengambil napas dalam, dan menghembuskan napas sekuat-kuatnya ke dalam tabung selama beberapa detik.
  • Anda diwajibkan melakukan tes sebanyak 3 kali untuk memastikan hasil yang konsisten. Nilai paling tinggi di antara ketiga hasil tes akan dijadikan sebagai hasil akhir pemeriksaan.
  • Umumnya pemeriksaan ini menghabiskan waktu kurang dari 15 menit.

Bila dokter mencurigai adanya gangguan pernapasan dari hasil tes pertama, maka dokter akan memberikan Anda obat inhalasi (bronkodilator) untuk membuka paru-paru Anda. Anda akan diminta menunggu sekitar 15 menit dan melakukan tes spirometri lagi.

Kemudian dokter akan membandingkan hasil dari dua tes sebelumnya untuk mengecek apakah bronkodilator berhasil mengembangkan aliran udara Anda.

Hasil Tes Spirometri

Terdapat 2 pengukuran utama dalam spirometri, yaitu:

  • Kapasitas vital ekspirasi paksa (FVC) mengukur jumlah udara yang Anda hirup masuk dan keluar.
  • Volume ekspirasi paksa (FEV1) mengukur udara yang Anda keluarkan dari paru-paru dalam 1 detik.

Kedua informasi ini bisa membantu dokter menentukan langkah pengobatan selanjutnya. Hasil tes spirometri normal bervariasi pada setiap orang. Hasil rata-rata tergantung pada berbagai faktor, termasuk usia, tinggi badan, dan jenis kelamin.

Bila hasil FVC lebih rendah dari normal maka bisa menunjukkan kemungkinan gangguan pernapasan, seperti penyakit paru obstruktif atau penyakit paru restriktif.

Sedangkan hasil FEV1 membantu dokter menentukan tingkat keparahan masalah pernapasan. Misalnya, jika hasil FEV1 sangat rendah dari normal, maka menandakan gangguan pernapasan sudah dalam tahap yang sangat parah.

Baca Juga: Ketahui Fungsi Tes IGRA dan Prosedurnya

Sumber

Healthline. (2021). Spirometry Procedure: How to Prepare, Side Effects, and Risks. www.healthline.com 

Mayo Clinic. (2017). Spirometry. www.mayoclinic.org

NHS. (2021). Spirometry. www.nhs.uk

Verywell Health. (2021). What to Expect From a Spirometry Test. www.verywellhealth.com

WebMD. (2019). Spirometry. www.webmd.com