Sindrom Tourette: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Sindrom Tourette: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Penulis: Lely | Editor: Ratna

Ditinjau oleh: dr. R.A Adaninggar Primadia Nariswari Sp.PD

Terakhir ditinjau: 17 Oktober 2022

 

Sindrom tourette adalah kelainan sistem saraf yang menyebabkan penderita mengalami gerakan, hentakan, atau bersuara dengan tiba-tiba dan dilakukan berulang kali. Hal tersebut disebut dengan tics, dan tidak dapat mereka kendalikan. Selain itu, orang dengan sindrom tourette berisiko mengalami masalah terkait gangguan mental seperti attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), gangguan obsesif kompulsif (OCD), depresi dan masalah dengan tidur.

Sindrom tourette merupakan kelainan bawaan sejak lahir. Meskipun tidak ada obat untuk sindrom tourette, ada banyak perawatan yang tersedia. Kebanyakan penderita sindrom tourette tidak memerlukan perawatan, selama gejala yang muncul tidak mengganggu.

Penyebab dan Faktor Risiko

Meskipun faktor risiko dan penyebab sindrom tourette tidak diketahui. Penelitian saat ini menunjukkan bahwa gen memainkan peran penting terhadap kelainan saraf ini. Hal lain yang mungkin dapat menjadi penyebabnya sebagai berikut, antara lain:

  • Berkaitan dengan genetik. Sekitar 50% kemungkinan orang tua menurunkannya sebagai gen dominan kepada anak-anak mereka.
  • Jenis kelamin laki-laki cenderung 3 sampai 4 kali mewarisi gen tersebut.
  • Sindrom ini dapat juga akibat oleh metabolisme abnormal (pemecahan) zat kimia pada otak yang atau dopamin.

Kemungkinan adanya penyebab lain dan faktor risiko lingkungan yang mungkin berkontribusi terhadap sindrom ini. Faktor-faktor berikut mungkin berkaitan dengan kondisi ini, tetapi penelitian tambahan perlu untuk lebih memahami hubungan ini, antara lain:

  • Merokok saat hamil
  • Komplikasi kehamilan
  • Berat badan lahir rendah
  • Kemungkinan adanya infeksi yang kemungkinan dapat mengembangkan tics

Gejala

Gejala utama dari sindrom ini adalah tics yang sering muncul pada area kepala dan leher. Awal gejala biasanya dimulai saat anak berusia 5 hingga 10 tahun. Tics biasanya meningkat pada saat-saat yang membuat Anda stres, depresi, atau terlalu bersemangat.

Jenis tics tergantung dengan seberapa sering seseorang mengalami gejala yang seringkali berubah dari waktu ke waktu. Meski gejala tics mungkin muncul, hilang, dan muncul kembali. Bisa dikatakan bahwa kondisi ini tergolong kronis. Berikut adalah dua jenis tics:

Tics motorik

Jenis ini melakukan gerakan yang sama secara berulang, termasuk:

  • Tangan atau kepala menyentak
  • Mata berkedip
  • Mengulangi gerakan
  • Mengangkat bahu
  • Mulut bergerak-gerak
  • Mengangguk dan menggelengkan kepala

Tics vokal

Penderitanya umumnya melontarkan kata-kata secara tidak sadar, meliputi:

  • Berteriak
  • Berdeham
  • Batuk
  • Mendengkur
  • Mengulangi kata orang lain
  • Memaki
  • Mendengus
  • Melontarkan kata-kata yang tidak sopan secara spontan dan berulang

Pengobatan dan Perawatan

Jika gejala tics masih ringan, Anda tidak memerlukan perawatan. Namun, saat hal ini mulai menjadi masalah hingga menyebabkan untuk menyakiti diri sendiri, dokter mungkin akan merekomendasikan perawatan dan pengobatan untuk mengontrol tics, meliputi:

Obat-obatan

Jenis obat-obatan yang mungkin dapat membantu, antara lain:

  • Jenis obat untuk mengurangi dopamin yang dapat membantu mengendalikan tics.
  • Injeksi botulinum, suntikan ke otot yang bermasalah untuk meredakan tics.
  • Obat ADHD, mengandung dextroamphetamine yang membantu meningkatkan konsentrasi. Namun, beberapa kondisi sindrom ini dapat ADHD dapat memperburuk kondisi tics.
  • Obat-obatan yang umumnya untuk tekanan darah tinggi dapat membantu mengontrol gejala gangguan perilaku, seperti emosi yang meledak-ledak
  • Obat antidepresan dapat membantu mengontrol gejala kecemasan dan OCD.
  • Obat anti kejang yang berfungsi untuk mengobati epilepsi seperti topamax, dapat membantu meringankan gejala sindrom.

Perlu Anda perhatikan bahwa daftar dari beberapa jenis obat ini tidak boleh Anda konsumsi tanpa adanya aturan dan anjuran dari dokter. Pastikan untuk melakukan pemeriksaan untuk mengetahui obat yang sesuai dengan tingkat kondisi Anda.

Baca Juga: Diagnosis dan Pengobatan Sakit Saraf yang Perlu Diketahui

Terapi

Beberapa jenis terapi yang mungkin dokter rekomendasikan, antara lain:

  • Terapi perilaku adalah perawatan yang mengajarkan penderita sindrom ini agar dapat membantu mengurangi tingkat keparahan tics.
  • Psikoterapi selain membantu mengatasi sindrom, sekaligus mengatasi masalah yang terkait ADHD, depresi, atau kecemasan
  • Perawatan neurologis dengan melakukan stimulasi otak dalam yang tersedia untuk mengobati tics yang parah. Metode ini cocok untuk orang yang menderita tics yang dianggap sulit diobati. Namun, sebelum melakukan perawatan ini Anda harus berbicara pada dokter terkait tentang potensi risiko dan manfaat apakah perawatan ini dapat bekerja dengan baik untuk kebutuhan kesehatan Anda.

Baca Juga: Ketahui Gejala Awal Penyakit Parkinson

Sumber

Mayo Clinic. (2018). Tourette syndrome. www.mayoclinic.org

Centers for Disease Control and Prevention. (2020). Tourette Syndrome (TS). www.cdc.gov

Healthline. (2019). Tourette Syndrome. www.healthline.com

Web MD. (2019). Tourette’s Syndrome. www.webmd.com