Sindrom Kompartemen: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Sindrom Kompartemen: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Penulis: Justina | Editor: Ratna

Sindrom kompartemen yaitu sebuah kondisi yang memicu peningkatan tekanan pada kompartemen otot. Gangguan kesehatan ini dapat diketahui lewat gejalanya yaitu nyeri otot yang parah setelah mengalami cedera atau ketika sedang berolahraga.

Kompartemen sendiri merupakan sebuah kelompok yang terdiri atas jaringan otot, pembuluh darah, dan saraf yang terdapat pada lengan dan kaki yang dikelilingi oleh membran yang sangat kuat yang disebut sebagai fasia. Fasia tidak dapat mengembang sehingga pembengkakan yang terjadi di kompartemen dapat mengakibatkan peningkatan tekanan di dalam kompartemen. Hal tersebut dapat memicu cedera pada pembuluh darah, otot, dan saraf yang ada di dalam kompartemen.

Baca Juga: Berbagai Macam Gangguan pada Otot yang Perlu Diketahui

Penyebab Sindrom Kompartemen

Sindrom kompartemen dapat terjadi ketika ada pendarahan atau pembengkakan yang terjadi di dalam kompartemen. Hal tersebut dapat menimbulkan tekanan yang meningkat di dalam kompartemen dan dapat mencegah aliran darah. Sindrom kompartemen juga dapat menimbulkan kerusakan permanen jika tidak segera diobati karena otot dan saraf tidak bisa mendapatkan nutrisi dan oksigen yang mereka butuhkan. Jika kondisi tersebut tidak segera diobati, maka dapat menyebabkan amputasi.

Jenis dan Gejala Sindrom Kompartemen

Berikut ini merupakan jenis sindrom kompartemen serta gejalanya, sebagai berikut:

1. Sindrom Kompartemen Akut

Sindrom kompartemen akut dapat terjadi usai mengalami cedera besar. Meski begitu, cedera ringan juga dapat menyebabkan sindrom kompartemen akut tapi jarang terjadi. Sindrom kompartemen akut dapat terjadi karena beberapa cedera seperti:

  • Patah tulang
  • Cedera yang membuat kaki dan lengan menjadi remuk
  • Menggunakan gips atau perban yang terlalu ketat
  • Otot yang mengalami memar yang parah
  • Konsumsi narkoba

Gejala yang sering terjadi adalah munculnya rasa nyeri atau sakit yang parah dan tidak kunjung membaik usai menjaga area yang cedera tetap tinggi atau minum obat. Kaki atau lengan juga bisa terasa lebih buruk ketika melakukan peregangan atau sedang menggunakan otot yang mengalami cedera.

Gejala lain yang dapat terjadi seperti perasaan sesak di otot atau kesemutan di kulit sekitar area yang terkena. Selain itu, area yang terkena bisa mengalami mati rasa atau kelumpuhan yang merupakan tanda kerusakan permanen.

2. Sindrom Kompartemen Kronis

Hal ini dapat terjadi ketika berolahraga dan sering dialami oleh orang yang berusia di bawah 40 tahun. Meski begitu, Anda tetap berisiko mengalaminya pada usia berapa pun.

Anda lebih  berisiko terkena sindrom kompartemen kronis jika melakukan aktivitas olahraga seperti tenin, berlari, atau berenang. Olahraga yang intens juga dapat meningkatkan risiko Anda.

Gejala yang terjadi akibat sindrom kompartemen kronis yaitu muncul sensasi nyeri atau kram ketika berolahraga. Namun, setelah berhenti berolahraga, rasa sakit atau kram bisa hilang dalam waktu 30 menit. Jika Anda tetap melakukan aktivitas olahraga yang dapat menyebabkan kondisi tersebut, maka rasa sakit yang ditimbulkan akan berlangsung lebih lama.

Gejala lain yang bisa terjadi yaitu mati rasa, muncul tonjolan pada otot yang terkena, serta mengalami kesulitan saat menggerakkan lengan, kaki, atau area tubuh yang terkena sindrom kompartemen kronis.

Pengobatan Sindrom Kompartemen

Jika Anda mengalami kondisi sindrom kompartemen akut, maka Anda memerlukan tindakan operasi agar terhindar dari matinya jaringan saraf dan otot. Kondisi ini jika tidak diobati segera maka justru dapat menyebabkan kelumpuhan serta matinya jaringan pada lengan dan kaki.

Dokter bedah akan membantu memperluas saluran hematoma untuk mengatasi tekanan yang terjadi pada rongga tubuh. Pada umumnya, luka tersebut akan dibiarkan terbuka selama 2 sampai 3 hari lalu dijahit. Pasien juga perlu mendapatkan tindakan operasi transplantasi kulit yang diperoleh dari bagian tubuh lainnya untuk mengganti kulit yang telah membusuk.

Sedangkan untuk pasien yang mengalami sindrom kompartemen kronis, biasanya dokter akan melakukan metode perawatan non bedah terlebih dahulu, seperti:

  • Terapi fisik untuk membantu peregangan otot
  • Obat anti inflamasi
  • Mengubah jenis permukaan tempat Anda melakukan olahraga
  • Memilih melakukan aktivitas olahraga dengan intensitas rendah
  • Mengangkat ekstremitas
  • Mencoba istirahat setelah melakukan aktivitas
  • Mendinginkan ekstremitas usai melakukan aktivitas

Jika metode yang dilakukan di atas tidak berhasil, maka pasien memerlukan tindakan operasi. Tindakan pembedahan pada umumnya justru lebih efektif daripada metode non bedah untuk mengatasi sindrom kompartemen kronis.

Baca Juga: Sakit dan Nyeri pada Betis, Ketahui Apa Saja Penyebabnya

Sumber

Healthline. (2018). Compartment Syndrome. healthline.com

Mayo Clinic. (2021). Chronic Exertional Compartment Syndrome. mayoclinic.org

NHS. (2019). Compartment Syndrome. www.nhs.uk

WebMD. (2020). Compartment Syndrome. webmd.com