Sindrom Guillain-Barré: Penyebab, Gejala, & Pengobatan

Sindrom Guillain-Barré: Penyebab, Gejala, & Pengobatan

Penulis: Gradita | Editor: Alhasbi

Ditinjau oleh: dr. R.A Adaninggar Primadia Nariswari Sp.PD

Terakhir ditinjau: 28 Oktober 2022

 

Sindrom guillain-barré merupakan kelainan autoimun yang tergolong langka, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang saraf perifer. Saraf perifer berfungsi untuk menghubungkan otak ke seluruh tubuh dan mengirim sinyal ke otot untuk menggerakan tubuh Anda. Sehingga, hilangnya respons otot mungkin terjadi karena adanya kerusakan pada saraf perifer.

Sindrom guillain-barré bukan gangguan menular serta tidak bisa menurun secara genetik. Gangguan ini dapat menyerang dengan cepat, penderita umumnya mengalami beberapa gejala seperti kesemutan, nyeri otot, refleks otot yang lambat, hingga kesulitan dalam berbicara.

Menurut National Institute of Neurological Disorder and Stroke, gangguan sindrom guillain-barré hanya menyerang 1 dari 100.000 orang di Amerika. Meskipun termasuk dalam golongan langka, gangguan sindrom ini bisa terjadi kepada siapa saja tanpa pandang usia. Akan tetapi, seorang paruh baya lebih rentan terkena sindrom guillain-barré dari pada usia muda.

Penyebab Sindrom Guillain-Barré

Hingga saat ini, penyebab seseorang terkena sindrom guillain-barré masih belum diketahui. Namun, faktor yang paling umum yaitu adanya infeksi campylobacter atau bakteri penyebab diare.

Bakteri campylobacter biasanya ditemukan pada makanan yang kurang matang, terutama pada olahan unggas. Selain itu, gangguan ini terjadi pada seseorang yang sebelumnya mengidap gejala flu akibat virus influenza.

Pada beberapa kasus, penyebab sindrom guillain-barré adalah adanya virus cytomegalovirus (penyebab herpes) dan virus HIV (penyebab AIDS).

Baca Juga: Penyebab dan Risiko Sindrom TORCH

Gejala Sindrom Guillain-Barré

Seperti halnya penyakit yang menyerang sistem saraf, gejala sindrom guillain-barré mirip dengan gejala neurologis lain. Akan tetapi, gangguan ini mempunyai gejala awal, yaitu kesemutan, lemah otot, dan mati rasa.

Selain itu, gejala gangguan akan berlanjut menjadi beberapa hal berikut.

  • Jantung berdebar
  • Nyeri pada otot tangan, kaki, atau tulang punggung
  • Radang tenggorokan
  • Gangguan penglihatan
  • Gangguan pencernaan
  • Kelumpuhan otot sementara
  • Tidak sadarkan diri

Komplikasi Sindrom Guillain-Barré

Jika terkena sindrom guillain-barré, lemah otot dan lumpuh sementara mungkin akan terjadi di beberapa bagian tubuh.

Adapun komplikasi yang mungkin terjadi bila tidak ditangani dengan baik dan tepat adalah sebagai berikut.

  • Tekanan darah tinggi
  • Melambatnya fungsi usus dan kandung kemih
  • Pembekuan darah
  • Kelumpuhan pada seluruh tubuh

Baca Juga: Sindrom Asperger: Tanda, Diagnosis, dan Pengobatan

Cara Pengobatan

Sebelum pengobatan, dokter tentu akan menanyakan tentang riwayat kesehatan dan gejala yang terjadi. Pastikan Anda memberitahu riwayat penyakit yang pernah Anda alami atau yang baru saja muncul. Selain itu, beritahu dokter jika Anda merasakan gejala spesifik.

Faktanya 85% penderita sindrom guillain-barré dapat sembuh secara total dalam rentang waktu 6 sampai 12 bulan dan risiko untuk terkena kembali sangatlah kecil.

Pengobatan gangguan ini dapat bervariasi, tergantung dari penyebabnya. Walaupun sindrom guillain-barré dapat sembuh dengan sendirinya, namun penderita tetap membutuhkan pengobatan untuk mengurangi gejala dan memperkecil risiko terjadinya komplikasi.

Berikut adalah beberapa cara untuk mengobati sindrom guillain-barré.

1. Plasmapheresis

Pertukaran plasma darah atau plasmapheresis merupakan proses pengeluaran plasma darah yang tidak sehat untuk diganti dengan plasma darah yang sehat. Cara ini tentunya menggunakan alat bantu khusus.

Plasmapheresis bertujuan untuk menghilangkan antibodi yang menyerang saraf perifer dari dalam darah.

2. Imunoglobulin intravena (IVIg)

Melalui injeksi intravena, imunoglobulin yang berdosis tinggi dapat membantu menghalangi antibodi yang menyerang saraf perifer. Imunoglobulin mengandung antibodi sehat dari pendonor.

Pengobatan imunoglobulin memiliki efektivitas yang sama dengan plasmapheresis jika dilakukan secara rutin. Namun, pengobatan plasmapheresis dianggap lebih mudah dan aman daripada pengobatan imunoglobulin.

3. Terapi okupasi

Terapi okupasi dilakukan untuk melatih dan memudahkan penderita dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari agar berjalan dengan lancar. Untuk mendapatkan hasil maksimal, terapi ini harus berjalan dengan rutin, umumnya 2-3 kali seminggu.

Terapi ini dapat dilakukan di mana saja, dokter atau ahli medis dapat mendampingi Anda melakukan terapi tanpa harus ke rumah sakit.

4. Fisioterapi

Fisioterapi merupakan proses rehabilitasi individu agar terhindar dari cacat fisik dan mengurangi risiko penyakit yang fatal. Dokter mungkin menganjurkan cara ini untuk mengurangi nyeri punggung dan mengembalikan fungsi tubuh.

Terapi ini dapat dilakukan secara manual dengan meningkatkan gerak tubuh, melatih fungsi otot secara bertahap, dan kemampuan berkomunikasi agar tidak mengalami kesulitan dalam berbicara.

Umumnya, pemulihan memerlukan waktu 1-3 minggu pasca pengobatan. Selain itu, penting bagi penderita untuk berolahraga secara rutin, mengatur pola makan sehat, dan istirahat yang cukup.

Baca Juga: Sindrom Tourette: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Sumber

Verywell Health. (2019). Guillain-Barré Treatment and Recovery. www.verywellhealth.com

Health Line. (2019). Guillain-Barré Syndrome. www.healthline.com

WebMD. (2020). What is Guillain-Barré Syndrome?. www.webmd.com

Mayo Clinic. (2020). Guillain-Barré Syndrome. www.mayoclinic.org