Ketahui Hal-hal Seputar Donor Sperma

Ketahui Hal-hal Seputar Donor Sperma

Penulis: Dita | Editor: Umi

Ditinjau oleh: dr. Bianda Dwida

Terakhir ditinjau: 1 Januari 2023

 

Donor sperma merupakan prosedur di mana seorang pria mendonorkan atau menyumbangkan air mani (cairan yang mengandung sperma yang dikeluarkan saat ejakulasi) untuk membantu seseorang atau pasangan memiliki anak.

Sperma yang didonorkan bisa langsung disuntikkan ke dalam organ reproduksi penerima donor (disebut dengan intrauterine insemination). Bisa juga digunakan untuk membuahi sel telur yang sudah matang di laboratorium (dengan proses bayi tabung atau fertilisasi in vitro). Penggunaan sperma hasil donor untuk tujuan memiliki keturunan disebut dengan reproduksi pihak ketiga.

Dalam proses donasi, identitas pria yang menyumbangkan sperma bisa diketahui oleh penerima dan bisa juga tidak (anonim). Donasi sperma yang diberikan pada seseorang yang sudah diketahui disebut dengan directed donation (donasi terarah).

Baca Juga: Ketahui Fakta Menarik Tentang Kloning Manusia, Apakah Nyata?

Mengapa Donor Sperma Dilakukan?

Proses donor sperma dilakukan untuk membantu seseorang atau pasangan yang ingin memiliki anak.

Pendonor bisa memilih untuk memberikan donasi sperma pada mereka yang tidak mungkin memiliki anak secara alami. Misalnya, seorang wanita yang memiliki pasangan infertilitas (mengalami kemandulan atau masalah pada sistem reproduksinya).

Pendonor juga bisa menyumbangkan sperma ke bank sperma. Bank sperma mungkin akan memberikan bayaran untuk setiap donasi yang lolos penyaringan bank sperma.

Bayaran ini dimaksudkan sebagai bentuk kompensasi atas waktu dan hal lain yang perlu dilakukan oleh pendonor saat proses donor dilakukan. Karena nilai kompensasi tidak besar, biasanya uang bukanlah alasan utama seorang pendonor mendonorkan spermanya.

Baca Juga: Memahami Seputar Tes DNA dan Manfaatnya

Syarat untuk Menjadi Pendonor Sperma

Seperti halnya saat akan mendonorkan darah, pendonor sperma juga harus memenuhi sejumlah persyaratan untuk bisa mendonorkan spermanya (termasuk jika penerima adalah orang yang dikenal atau diketahui oleh pendonor).

Misalnya saja, American Society for Reproductive Medicine yang merekomendasikan beberapa tes, seperti:

1. Usia

Sebagian besar bank sperma mensyaratkan usia pendonor berada antara 18–39 tahun. Ada juga bank sperma yang membatasi usia pendonor hanya sampai 34 tahun saja.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan mencakup pengambilan sampel darah dan urine untuk menguji apakah pendonor memiliki riwayat penyakit menular, seperti AIDS, hepatitis B, dan hepatitis C.

Bagi pendonor rutin, pemeriksaan fisik dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk memastikan tidak ada perubahan yang membahayakan pada kesehatan pendonor.

3. Tes sperma

Pendonor akan diminta memberikan sampel berupa air mani. Sebelum memberikan sampel, calon pendonor mungkin dilarang untuk ejakulasi (baik karena berhubungan seksual atau masturbasi) selama 48–71 jam.

Sampel kemudian akan dianalisis dari segi kuantitas, kualitas hingga pergerakan spermanya.

4. Tes genetik

Sampel darah akan diuji untuk melihat apakah pendonor memiliki kondisi genetik tertentu.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Pendonor harus memberikan rincian mengenai riwayat kesehatan keluarga, setidaknya hingga dua generasi sebelumnya.

Jika keluarga pendonor memiliki riwayat penyakit genetik, kemungkinan proses donor sperma tidak bisa dilakukan.

6. Evaluasi psikologis

Beberapa pendonor mungkin merasa khawatir mengenai identitas pribadinya dengan anak mereka nantinya (setelah donor diterima oleh resipien/penerima donor). Bagi pendonor yang mendonorkan sperma pada orang yang mereka kenal, dia mungkin akan diminta membicarakan hubungannya dengan penerima.

7. Riwayat pribadi dan seksual

Pendonor harus memberikan riwayat yang detail tentang aktivitas seksual, penggunaan narkoba, dan hal lainnya untuk memastikan pendonor tidak memiliki faktor risiko untuk mengidap penyakit, seperti HIV, dan penyakit genetik, seperti anemia sel sabit.

Apabila calon pendonor dites positif untuk kondisi medis apa pun selama proses skrining, pendonor akan diarahkan untuk melakukan konseling atau perawatan.

Jika lolos, maka calon pendonor akan diminta menandatangani formulir persetujuan dan hal-hal lain seputar proses donor hingga anak yang akan lahir dengan bantuan sperma pendonor nantinya.

Donor sperma secara umum sangat aman untuk dilakukan dan tidak menyebabkan masalah kesehatan fisik apa pun pada diri pendonor.

Apakah Ada Donor Sperma di Indonesia?

Meski donor sperma adalah hal yang terlihat lumrah, setiap negara di dunia memiliki regulasi yang berbeda-beda. Selain melakukan skrining ketat bagi pendonor, aturan lain juga diberlakukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan akibat adanya donor sperma, termasuk tuntutan hukum.

Tak hanya itu, tidak semua negara memperbolehkan dan bisa menerapkan donor sperma. Di Indonesia sendiri donor sperma tidak diperkenankan secara hukum sehingga tidak ada bank sperma di negara kita.

Berdasarkan Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 dan PP mengenai Kesehatan Reproduksi Tahun 2014 disebutkan bahwa proses inseminasi dan bayi tabung hanya legal dilakukan pasangan suami istri yang sah secara hukum.

Baca Juga: Apa Itu Spermatozoa? Inilah Penjelasan Lengkapnya

 

Sumber

DocDoc. What Is Sperm Donation: Overview, Benefits, and Expected Results. www.docdoc.com

Mayo Clinic. (2020). Sperm Donation. www.mayoclinic.org

What to Expect. (2022). Using a Sperm Donor to Get Pregnant. www.whattoexpect.com

The Conversation. (2022). Sperm Donation is Largely Unregulated, But That Could Soon Change as Lawsuits Multiply. www.theconversation.com