Mengenal PTSD, Penyebab dan Gejalanya

Mengenal PTSD, Penyebab dan Gejalanya

Penulis: Dita | Editor: Umi

Ditinjau oleh: dr. Tommy

Terakhir ditinjau: 8 Agustus 2023

 

Post-traumatic Stress Disorder atau PTSD merupakan kondisi mental yang dipicu ketika seseorang mengalami kejadian yang menyebabkan trauma, seperti kecelakaan, pelecehan seksual, bullying dan lain sebagainya.

Orang yang mengidap PTSD biasanya akan mengalami beragam gejala mulai dari munculnya kembali bayangan tentang kejadian traumatis tersebut (flashback), mimpi buruk hingga gangguan kecemasan. Penderita juga mungkin akan memiliki berbagai pemikiran buruk yang tidak terkontrol terkait peristiwa tersebut.

Perasaan trauma sebenarnya adalah hal yang wajar. Setelah mengalami kejadian yang mengejutkan, untuk beberapa waktu Anda mungkin akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dan kembali ke aktivitas normal.

Namun, kondisi ini biasanya akan membaik seiring berjalannya waktu. Kalau gejalanya semakin parah hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dan mengganggu aktivitas harian, Anda mungkin mengalami PTSD.

Baca Juga: Kalahkan Rasa Insecure Dengan Cara Berikut

Penyebab PTSD

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, PTSD bermula saat seseorang menyaksikan atau mengalami sesuatu yang membuatnya trauma. Kecelakaan, bencana alam, pertempuran militer hingga penganiayaan bisa menjadi salah satu penyebabnya.

Beberapa orang mungkin akan mengalami trauma selama beberapa waktu. Namun, hanya sebagian kecil yang berkembang menjadi PTSD.

Trauma merupakan faktor yang bisa mengubah cara kerja otak. Sebuah studi tahun 2018 menunjukkan bahwa orang-orang dengan masalah PTSD memiliki hipokampus yang lebih kecil. Hipokampus sendiri merupakan bagian otak yang terlihat dalam pemrosesan memori dan emosi.

Namun, tidak diketahui secara pasti apakah ukuran hipokampus yang kecil terjadi setelah mereka mengalami trauma atau justru menjadi penyebab dari trauma itu sendiri. Oleh karena itu, masih dibutuhkan penelitian lanjutan mengenai hal ini.

Orang dengan PTSD juga kemungkinan memiliki tingkat hormon stres yang tidak normal. Efeknya, otak akan memberikan respons yang berlebihan saat menghadapi trauma.

Selain trauma akibat kejadian yang disaksikan, beberapa kondisi berikut ini juga berpotensi menyebabkan seseorang mengalami PTSD:

  • PTSD karena peristiwa medis. Kondisi darurat medis yang mengancam jiwa bisa sama traumatisnya dengan kekerasan atau kecelakaan. Riset menunjukkan bahwa 1 dari 8 orang yang mengalami serangan jantung mengalami PTSD setelahnya.
  • Postpartum PTSD. Melahirkan merupakan hal yang membahagiakan. Namun, bagi sebagian wanita, ini adalah pengalaman yang menantang. Berdasarkan sebuah penelitian tahun 2018 ditemukan bahwa 4% wanita mengalami PTSD pasca melahirkan. Anda berisiko mengalami postpartum PTSD jika memiliki masalah depresi, takut melahirkan, atau punya pengalaman buruk dengan kehamilan sebelumnya.

Baca Juga: Kenali Lebih Jelas, 3 Perbedaan Dasar Gangguan OCD dan OCPD

Gejala PTSD

Tidak semua kasus PTSD disebabkan oleh peristiwa yang berbahaya. Kehilangan orang yang dicintai secara tiba-tiba dan tak terduga juga bisa menyebabkan seseorang mengalami PTSD.

Gejalanya biasanya muncul lebih awal dalam waktu 3 bulan setelah orang tersebut mengalami peristiwa traumatis. Tapi ada juga orang yang baru mengalami PTSD bertahun-tahun setelahnya.

Gejala PTSD umumnya dikelompokkan menjadi 4 jenis meliputi ingatan yang mengganggu, berusaha menghindar (dari hal-hal yang mengingatkan pada trauma), perubahan negatif dalam pemikiran dan suasana hati, serta perubahan reaksi fisik dan emosional. Setiap orang mengalami gejala yang berbeda dan bervariasi dari waktu ke waktu.

1. Ingatan yang Mengganggu (Intrusive Memories)

Gejalanya meliputi munculnya kenangan menyedihkan yang berhubungan dengan peristiwa traumatis, mengalami flashback, mimpi buruk serta tekanan emosional atau reaksi fisik yang parah yang mengingatkan pada peristiwa traumatis tersebut.

2. Penghindaran (Avoidance)

Penderita umumnya akan berusaha menghindari pemikiran maupun pembicaraan yang berhubungan dengan peristiwa traumatis tersebut. Penderita juga akan berusaha menghindari tempat, aktivitas, atau orang-orang yang mengingatkan pada peristiwa traumatis yang dialaminya.

3. Perubahan Negatif dalam Pemikiran dan Suasana Hati

Munculnya pikiran negatif tentang diri sendiri, orang lain, atau lingkungan, merasa putus asa pada masa depan, tidak mau mengingat semua aspek yang berhubungan dengan peristiwa traumatis tersebut, kesulitan merasakan emosi yang positif hingga merasa mati rasa secara emosional.

4. Perubahan Reaksi Fisik dan Emosional

Penderita PTSD kemungkinan akan mudah terkejut dan takut, selalu waspada terhadap bahaya, melakukan perilaku yang merusak diri sendiri, sulit berkonsentrasi, dan muncul tindakan yang agresif.

PTSD juga bisa dialami oleh anak-anak dengan berbagai gejala. Ada yang berusaha memperagakan kembali peristiwa traumatis yang dialaminya lewat permainan, sampai mengalami mimpi yang menakutkan.

Kapan Anda Harus ke Dokter?

Seperti halnya kondisi kejiwaan lainnya, PTSD harus didiagnosis oleh dokter spesialis. Jika Anda memiliki pemikiran yang mengganggu atau rasa trauma berlebihan terhadap sesuatu yang pernah terjadi di masa lalu, ada baiknya Anda berkonsultasi ke psikiater.

Terlebih jika gejala yang muncul sampai mengganggu aktivitas harian Anda. Mendapatkan pengobatan lebih cepat akan mencegah memburuknya gejala PTSD yang Anda alami.

Baca Juga: Tips Mencari dan Memilih Psikiater yang Sesuai dan Tepat

Sumber

American Psychiatric Association. (2020). What Is Posttraumatic Stress Disorder?. www.psychiatry.org

Healthline. (2019). Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). www.healthline.com

Mayo Clinic. (2018). Post-traumatic Stress Disorder (PTSD). www.mayoclinic.org

National Institute of Mental Health. (2019). Post-Traumatic Stress Disorder. www.nimh.nih.gov