Penyebab Perdarahan Setelah Berhubungan Seksual

Penyebab Perdarahan Setelah Berhubungan Seksual

Penulis: Dita | Editor: Umi

Ditinjau oleh: dr. Tommy

Terakhir ditinjau: 19 Juli 2023

 

Pernahkah Anda berhubungan seksual dengan pasangan dan mendapati darah di area kewanitaan, padahal Anda sedang tidak menstruasi dan bahkan waktu menstruasi masih lama? Lantas, apa penyebab perdarahan pada vagina setelah berhubungan seks? Berbahayakah kondisi ini?

Perdarahan pada vagina setelah berhubungan seksual bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Mulai dari vagina yang kering, adanya robekan, infeksi atau sesuatu yang tumbuh di rahim (seperti kanker atau polip).

Baca Juga: Durasi Ideal Foreplay Sebelum Berhubungan

Penyebab Perdarahan pada Vagina Setelah Berhubungan Seksual

Penyebab paling umum terjadinya perdarahan vagina setelah berhubungan seksual umumnya dimulai pada bagian serviks atau leher rahim. Serviks atau leher rahim wanita merupakan bagian dari saluran reproduksi yang berfungsi sebagai pintu masuk menuju rahim dari vagina.

1. Servisitis

Servisitis adalah peradangan pada serviks yang sering kali terjadi akibat infeksi atau iritasi. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan pada vagina atau keputihan tidak normal.

Beberapa infeksi yang dapat menyebabkan peradangan jaringan di vagina meliputi:

  • Infeksi menular seksual (IMS), seperti klamidia dan gonore berhubungan dengan gejala vagina, seperti nyeri panggul, gatal, terbakar, keputihan, dan sering buang air kecil yang menyakitkan. Setiap IMS memiliki gejalanya masing-masing, tetapi peradangan akibat infeksi apa pun dapat menyebabkan perdarahan setelah berhubungan seks.
  • Vaginosis bakterial, atau ketidakseimbangan bakteri alami di vagina. Meskipun ini bukan penyebab yang umum terjadi, terkadang peradangan dapat menyebabkan pendarahan setelah berhubungan seks. Bakteri yang berlebihan di dalam vagina dapat menyebabkan iritasi sehingga mengakibatkan rasa sakit saat berhubungan seks.
  • Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease atau PID) yaitu  infeksi pada organ reproduksi di perut bagian bawah, yang meliputi saluran tuba, ovarium, leher rahim, dan rahim.

Meskipun infeksi bakteri dan virus penyebab servisitis menular, kondisi ini dapat diobati dengan antibiotik atau antijamur

2. Polip

Pertumbuhan jaringan yang tidak normal pada serviks (polip serviks) atau rahim (polip rahim atau endometrium) adalah penyebab umum perdarahan selama atau setelah berhubungan seksual.

Polip biasanya berwarna merah atau ungu dengan struktur, seperti tabung yang memiliki banyak kapiler dan mudah berdarah saat disentuh. Kebanyakan polip merupakan tumor jinak (bukan kanker). Meski begitu, kondisi ini harus tetap diwaspadai karena dapat berkembang menjadi ganas (kanker).

3. Trauma atau cedera

Selama gairah seksual, jaringan vagina mengeluarkan pelumas alami yang membantu mencegah kekeringan dan mengurangi gesekan selama hubungan seksual. Tanpa kelembapan/pelumasan yang cukup atau jika penetrasi terlalu kuat, gesekan kulit-ke-kulit selama hubungan seksual dapat menyebabkan iritasi atau lecet pada serviks atau dinding vagina.

Perdarahan dalam jumlah kecil terkadang bisa terjadi setelah berhubungan seks, tetapi biasanya akan hilang dalam satu atau dua hari.

4. Vagina kering

Vagina kering adalah kondisi ketika vagina kehilangan kelembapan atau pelumas alaminya. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab paling umum dari perdarahan setelah berhubungan seksual. Beberapa faktor yang bisa menyebabkan vagina kering antara lain:

  • Genitourinary syndrome of menopause (GSM) atau disebut juga atrofi vagina: Kondisi berkurangnya pelumas alami, ketebalan, dan elastisitas jaringan vagina.
  • Pengangkatan ovarium
  • Sedang dalam fase perimenopause, menopause, atau pasca menopause
  • Baru melahirkan atau sedang menyusui
  • Tidak sepenuhnya terangsang saat berhubungan seksual
  • Iritasi kimia akibat penggunaan dari spermisida atau lateks di kondom
  • Sering melakukan douching (membersihkan atau mencuci vagina)
  • Penggunaan obat-obatan yang mengganggu hormon estrogen. Misalnya obat anti-estrogen, obat flu, steroid, obat penenang, dan beberapa antidepresan.
  • Efek samping kemoterapi dan terapi radiasi
  • Menderita Sindrom Sjögren.

5. Kanker

Kanker yang memengaruhi sistem reproduksi dapat mengubah jaringan vagina dan kadar hormon, sehingga membuatnya lebih rentan terhadap kerusakan. Pendarahan vagina yang tidak teratur, termasuk pendarahan setelah berhubungan seks adalah gejala umum kanker serviks atau kanker rahim.

Faktanya, menurut tinjauan literatur dari tahun 2021 menunjukkan hingga 3,8% wanita dengan perdarahan setelah berhubungan seksual menderita kanker serviks. Pendarahan pascamenopause juga bisa menjadi gejala kanker rahim.

Baca Juga: Ini Cara Membersihkan Daerah Kewanitaan yang Benar setelah Berhubungan Intim

Faktor Risiko Perdarahan Pasca Berhubungan Seksual

Ada faktor lain yang membuat Anda berisiko mengalami perdarahan setelah berhubungan seksual yakni:

  • Perdarahan rahim yang normal (biasanya muncul pada menstruasi hari pertama atau hari terakhir)
  • Luka genital yang disebabkan oleh herpes atau kondisi medis lain
  • Prakanker pada serviks
  • Ektropion serviks
  • Prolaps organ panggul (kondisi ini terjadi ketika organ panggul, seperti kandung kemih atau rahim, menonjol atau jatuh tepat di luar dinding vagina)
  • Displasia serviks, terjadi ketika sel-sel prakanker abnormal tumbuh di lapisan saluran serviks.
  • Kecemasan atau keengganan seputar hubungan intim.

Kapan Harus Ke Dokter?

Gejala yang muncul bersamaan dengan perdarahan vagina pasca berhubungan seksual mungkin berbeda-beda, tergantung penyebabnya. Jika Anda belum menopause dan tidak memiliki faktor risiko, serta hanya mengalami perdarahan berupa bercak yang sedikit, Anda mungkin tidak perlu ke dokter.

Jika Anda mengalami perdarahan vagina setelah menopause, ada baiknya segera berkonsultasi ke dokter. Selain itu, kunjungan ke dokter mungkin diperlukan jika Anda memiliki gejala sebagai berikut:

  • Vagina gatal atau terasa seperti terbakar
  • Sensasi terbakar atau menyengat saat buang air kecil
  • Hubungan seksual yang menyakitkan
  • Perdarahan hebat
  • Sakit perut yang parah
  • Nyeri pada punggung bawah
  • Mual atau muntah
  • Keputihan yang tidak biasa.

Anda bisa berkunjung ke dokter umum atau bidan terlebih dahulu. Namun, jika perdarahan cukup berat, ada baiknya segera berkonsultasi dengan dokter kandungan.

Dokter akan menanyakan gejala, tingkat kepekatan darah hingga riwayat aktivitas seksual yang Anda lakukan. Dengan cara ini dokter akan menentukan diagnosis serta langkah pengobatan yang tepat.

Baca Juga: Kentut dari Vagina, Berbahayakah?

Sumber

Healthline (2022). What Causes Bleeding After Sex? www.healthline.com

Mayo Clinic (2023). Vaginal Bleeding After Sex. www.mayoclinic.org

NHS (2021). What Causes a Women to Bleed After Sex? www.nhs.uk

Verywell (2022). Vaginal Bleeding After Sex. www.verywellhealth.com

WebMD (2022). Bleeding After Sex. www.webmd.com