Human Papillomavirus (HPV), Ketahui Penyebab dan Gejalanya

Human Papillomavirus (HPV), Ketahui Penyebab dan Gejalanya

Penulis: Mustika | Editor: Handa

Ditinjau oleh: dr. Bianda Dwida

Terakhir ditinjau: 18 September 2022

 

Human Papillomavirus atau HPV merupakan virus yang menyebabkan infeksi pada permukaan kulit. Infeksi tersebut ditandai dengan tumbuhnya selaput lendir (kutil) di berbagai area tubuh, seperti lengan, tungkai, atau area kelamin. Infeksi virus ini berpotensi menyebabkan kanker serviks.

HPV dapat menular secara langsung melalui kontak kulit dengan penderitanya atau saat berhubungan intim. Setidaknya ada lebih dari 200 jenis HPV. Kurang lebih 40 jenisnya dapat menginfeksi area vulva, leher rahim, vagina, rektum, anus, penis, hingga mulut dan tenggorokan. Hampir seluruhnya tertular melalui kontak seksual.

Baca Juga: Pahami Berbagai Upaya Pencegahan Penyakit Menular Seksual

Gejala HPV

Pada kebanyakan kasus, sistem kekebalan tubuh Anda dapat mengalahkan infeksi HPV sebelum terbentuk kutil. Ketika kutil muncul, bentuknya akan bervariasi tergantung jenis HPV yang Anda alami. Berikut ini beberapa gejala infeksi virus HPV yang perlu Anda ketahui:

1. Tumbuhnya Kutil

Gejala umum dari beberapa jenis HPV adalah tumbuhnya kutil, terutama kutil kelamin. Kutil dapat muncul sebagai benjolan kecil, sekelompok benjolan, atau tonjolan seperti batang. Berikut ini beberapa kutil akibat infeksi virus HPV.

  • Kutil kelamin. Infeksi ini ditandai dengan munculnya lesi datar atau tonjolan kecil (seperti kembang kol atau tonjolan kecil seperti batang) pada kelamin pria maupun wanita. Selain di kulit kelamin, kutil ini juga bisa tumbuh di anus dan menimbulkan rasa gatal.
  • Kutil yang tumbuh di lengan, bahu, atau jari tangan. Kutil yang tumbuh di area tubuh tersebut berbentuk benjolan keras dan terasa kasar. Kutil ini terasa sakit dan rentan terhadap cedera atau pendarahan.
  • Kutil yang tumbuh pada telapak kaki (plantar). Seperti kutil yang tumbuh di lengan, bahu, atau jari tangan, kutil plantar juga berbentuk keras dan terasa kasar, sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman ketika Anda menapak.
  • Kutil di daerah wajah (flat). Kutil di daerah wajah, umumnya memiliki bentuk datar. Kutil ini dapat tumbuh di bagian wajah manapun, namun pada anak-anak biasanya sering muncul di daerah rahang bawah.

2. Kanker Serviks

Tahukah Anda jika hampir seluruh kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus HPV? Walaupun begitu, kanker serviks mungkin membutuhkan waktu 20 tahun atau lebih lama untuk berkembang setelah infeksi HPV.

Infeksi HPV dan kanker serviks dini biasanya tidak menyebabkan gejala secara jelas. Oleh sebab itu, perempuan disarankan melakukan pemeriksaan pap smear secara rutin sebagai langkah awal pencegahan penyakit ini. Pasalnya, pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi perubahan pada leher rahim yang mengindikasikan penyakit ini.

Pemeriksaan pap smear dianjurkan untuk perempuan yang telah berusia 2129 tahun setiap tiga tahun sekali. Sedangkan pada perempuan yang telah berusia 3065 tahun, disarankan pemeriksaan pap smear setiap tiga atau lima tahun sekali.

Jika tiga kali tes berturut-turut menunjukkan hasil negatif, perempuan berusia 65 tahun dapat berhenti melakukan pemeriksaan ini.

Baca Juga: Upaya Mencegah dan Cara Mendeteksi Kanker Serviks

Penyebab HPV

Infeksi HPV terjadi ketika virus masuk melalui luka di kulit Anda. Penyebaran virus ini dapat terjadi melalui kontak langsung dengan kulit penderita.

Selain itu, HPV juga dapat menular melalui hubungan intim dengan penderita. Jika Anda hamil dan memiliki infeksi HPV, kemungkinan bayi Anda juga terkena infeksi ini.

Terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko Anda terkena HPV, yaitu:

  • Sering berganti pasangan seksual. Semakin banyak pasangan seksual yang Anda miliki, semakin besar pula kemungkinan tertular infeksi HPV genital. Berhubungan seks dengan pasangan yang memiliki banyak pasangan seks juga meningkatkan risiko Anda.
  • Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Seseorang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, maka lebih rentan mengidap penyakit ini. Sistem kekebalan tubuh melemah dapat terjadi apabila seseorang mengidap penyakit AIDS, pernah menjalani transplantasi organ, atau mengonsumsi obat-obatan tertentu.
  • Kerusakan kulit. Area kulit yang pernah tertusuk atau mengalami luka juga lebih berisiko menimbulkan kutil biasa yang disebabkan oleh HPV.
  • Usia. Pada usia anak-anak, biasanya tumbuh kutil biasa akibat HPV. Sedangkan kutil kelamin sering ditemukan pada remaja atau orang dewasa.
  • Kontak langsung. Menyentuh permukaan yang telah terpapar HPV secara langsung atau tanpa pelindung juga berisiko tertular penyakit ini. Misalnya kolam renang atau kamar mandi umum.

Penanganan HPV

Secara umum, kutil yang disebabkan oleh HPV akan hilang dengan sendiri tanpa pengobatan apapun. Akan tetapi, pada kasus yang lebih serius, biasanya dokter akan memberikan pengobatan, seperti:

  • Pemberian obat. Untuk mengobati kutil di kulit, biasanya dokter akan memberikan obat oles (salep) yang berisi asam salisilat. Asam ini akan menghilangkan lapisan kulit secara perlahan.
  • Pengangkatan kutil. Jika dengan pemberian salep yang diresepkan dokter tidak bisa mengangkat kutil, maka dokter akan melakukan pengangkatan kutil dengan cara operasi, sinar laser, kauter (pembakaran listrik dengan listrik), atau krioterapi (pembekuan kutil menggunakan cairan nitrogen).

Jika Anda memiliki kutil di area tubuh tertentu, maka segara hubungi dokter untuk mendapatkan diagnosis. Hal ini agar Anda mendapatkan perawatan dengan tepat sebelum kutil tersebut menjadi penyakit yang lebih membahayakan.

Baca Juga: Pentingnya Vaksin Kanker Serviks

 

Sumber
Healthline. (2020). Everything you Need to Know About Human Papillomavirus Infection. www.healthline.com
Mayo Clinic. HPV Infection. www.mayoclinic.com
Medical News Today. (2017). What is human papillomavirus (HPV)?. www.medicalnewstoday.com 
Planned Parenthood. What are the symptoms of HPV?. www.plannedparenthood.org
Verywell Health. (2019). Causes and Risk Factors of HPV. www.verywellheath.com
WebMD. (2019). What’s the Treatment for HPV?. www.webmd.com