Kenali Penyebab dan Gejala Tetanus

Kenali Penyebab dan Gejala Tetanus

Penulis: Dea | Editor: Umi

Ditinjau oleh: dr. Bianda Dwida

Terakhir ditinjau: 25 Desember 2022

 

Tetanus atau disebut juga sebagai lockjaw adalah penyakit serius yang disebabkan oleh infeksi bakteri dan menyerang sistem otak dan saraf. Tetanus menyebar melalui kontak dengan benda yang telah terkontaminasi bakteri penyebab tetanus. Penyakit ini paling sering terjadi akibat luka tusukan yang memudahkan bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh.

Baca Juga: Perlukah Ibu Hamil Mendapat Vaksin Tetanus?

Penyebab Tetanus

Penyebab utama penyakit ini adalah bakteri Clostridium tetani. Clostridium tetani termasuk bakteri Anaerob, di mana jenis bakteri ini dapat bertahan hidup tanpa oksigen dan sebagian besar bakteri ini bisa bertahan dengan kondisi panas, radiasi ultraviolet, atau desinfektan rumah tangga.

Menurut WHO, bakteri Clostridium tetani hidup di tanah, debu, dan pupuk kandang. Bakteri tersebut masuk ke aliran darah melalui luka sayatan atau luka dalam. Begitu masuk ke dalam tubuh, bakteri akan menyebar ke sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) dan memproduksi racun bernama Tetanospasmin.

Kemudian racun tersebut menghalangi sinyal saraf dari tulang belakang ke otot Anda. Hal inilah yang memicu kontraksi otot yang menyakitkan, terutama pada bagian otot rahang dan leher Anda.

Orang-orang dari segala usia bisa terinfeksi tetanus, terutama bayi baru lahir dan ibu yang baru melahirkan. Infeksi ini telah terjadi di seluruh dunia, tetapi kebanyakan terjadi di negara-negara berkembang di mana vaksinasi kurang tersedia di negara-negara tersebut.

Baca Juga: Pentingnya Vaksin Imunisasi bagi Anak

Jenis-Jenis Tetanus

Masa inkubasi atau waktu yang dibutuhkan untuk munculnya gejala tetanus umumnya berkisar antara 3 hingga 21 hari. Semakin jauh lokasi cedera dari sistem saraf pusat, maka semakin lama masa inkubasinya.

Masa inkubasi yang lebih pendek dapat mengakibatkan penyakit yang lebih parah, komplikasi, dan kemungkinan kematian yang lebih tinggi. Tetanus sendiri dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:

1. Tetanus Umum

Tetanus umum adalah bentuk yang paling umum, dengan kisaran kejadian lebih dari 80% kasus. Tanda awal yang paling umum berupa kejang atau rasa kaku pada otot rahang. Gejala awal tersebut biasanya diikuti dengan kejang yang menyakitkan pada otot lain di leher, batang tubuh.

Kelainan sistem saraf, serta berbagai komplikasi yang berhubungan dengan kejang parah juga dapat dialami bagi penderita tetanus umum. Masa inkubasi tetanus umum dapat bervariasi, tergantung pada jumlah racun yang ada, usia dan kesehatan umum pasien.

2. Tetanus Lokal

Tetanus lokal adalah tetanus yang hanya memengaruhi otot-otot di sekitar area infeksi. Gejala yang muncul biasanya berupa kejang yang cenderung ringan dan hanya berlangsung selama beberapa minggu, meskipun terkadang bisa lebih parah dibandingkan tetanus umum.

3. Tetanus Sefalik

Tetanus jenis ini merupakan jenis tetanus paling langka yang menyerang otot-otot kepala. Pada umumnya, tetanus sefalik terjadi setelah seseorang mengalami cedera kepala, seperti patah tulang tengkorak.

Tidak seperti tetanus umum dan lokal, tetanus sefalik menyebabkan kelumpuhan saraf wajah mirip Bell’s palsy. Masa inkubasinya lebih pendek, berkisar 1–2 hari.

4. Tetanus Neonatorum

Tetanus jenis ini menginfeksi bayi baru lahir dari ibunya yang belum mendapatkan vaksin tetanus. Bayi tidak memiliki kekebalan bawaan terhadap bakteri Clostridium tetani.

Karena itu, bayi rentan terkena tetanus neonatorum yang paling sering disebabkan oleh infeksi saat memotong tali pusar dengan alat yang tidak higienis. Pada tetanus neonatal, gejala biasanya muncul sekitar 4 hingga 14 hari setelah lahir.

Baca Juga: Memahami Prosedur & Risiko Tindik Kelamin

Gejala Tetanus

Gejala tetanus biasanya diawali dengan kejang ringan pada otot rahang, yang disebut trismus atau rahang terkunci (lockjaw). Otot wajah juga bisa terpengaruh yang menyebabkan ekspresi menyeringai.

Pada 80% kasus tetanus umum, kejang yang terjadi akan memengaruhi seluruh tubuh. Dari rahang dan wajah, kejang akan bergerak ke bawah sehingga menyebabkan leher kaku, sulit menelan, serta kaku pada otot dada dan betis.

Saat kejang semakin memburuk, tetanus bisa menyebabkan kejang menyakitkan yang disebut dengan Opistotonus. Opistotonus adalah kondisi saat seluruh tubuh akan melengkung ke belakang dan timbul kejang dari kepala, leher, punggung, bokong, dan kaki.

Kejang ini berlangsung selama beberapa menit dan bisa berakibat fatal, karena dapat menyebabkan otot robek dan patah tulang. Kejang juga menutup jalur pernapasan yang berakibat pada sesak napas, tersedak, bahkan Anda tidak bisa bernapas sama sekali.

Kebanyakan penderita tetanus juga akan mengalami gejala lainnya, yaitu:

  • Demam
  • Sakit kepala
  • Sensitif terhadap sentuhan, sehingga mengakibatkan penderita mengalami kejang tubuh yang menyakitkan akibat sentuhan fisik atau hal kecil lainnya (seperti suara keras dan cahaya)
  • Banyak berkeringat
  • Detak jantung cepat
  • Tekanan darah tinggi

Pada kasus tetanus yang parah, penderita bisa mengalami Sympathetic Overactivity (SOA). SOA terjadi saat saraf simpatis yang berfungsi mengatur respons tubuh, mengalami rangsangan secara berlebihan yang memicu penyempitan pembuluh darah.

Gejala-gejala SOA meliputi tekanan darah tinggi secara terus-menerus dan mudah berubah, detak jantung cepat (takikardia), detak jantung tidak teratur (aritmia), berkeringat berlebih, dan demam tinggi. Bila SOA terjadi bersamaan dengan kejang dapat menimbulkan komplikasi mematikan, seperti emboli paru-paru (bekuan darah di dalam paru-paru), dan serangan jantung.

Baca Juga: Pahami Cara Mengobati dan Mencegah Tetanus

 

Sumber

Centers for Disease Control and Prevention. (2020). Tetanus. www.cdc.gov

Healthline. (2018). Tetanus (Lockjaw). www.healthline.com

Mayo Clinic. (2019). Tetanus. www.mayoclinic.org

Medical News Today. (2017). Everything You Need to Know About Tetanus. www.medicalnewstoday.com

Verywell Health. (2020). What Is Tetanus?. www.verywellhealth.com

World Health Organization. Tetanus. www.who.int