Bayi Tidak Buang Air Besar, Apakah Berbahaya?

Bayi Tidak Buang Air Besar, Apakah Berbahaya?

Penulis: Devita | Editor: Handa

Ditinjau oleh: dr. Putri Purnamasari 

Terakhir ditinjau: 26 Februari 2023

 

Menjadi orang tua, terutama bagi Anda yang baru memiliki bayi tentu harus siap menerima banyak kejutan setiap harinya. Hal ini karena semakin berkembangnya si kecil, banyak hal-hal yang bisa membuat Anda kaget, bingung, khawatir, bahkan panik. Salah satunya yaitu ketika si kecil tidak Buang Air Besar (BAB).

Kondisi ini sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan sebab bayi masih belajar memahami pencernaanya. Jika kondisi bayi menunjukan gejala yang serius, barulah Anda perlu memeriksakannya ke dokter anak terdekat.

Seberapa Sering Sebaiknya Bayi Buang Air Besar?

Semakin bertambahnya usia, bayi akan secara alami mengurangi frekuensi buang air besar. Bayi berusia 2 bulan atau lebih biasanya buang air besar sehari sekali atau lebih sering. Selama bayi Anda menyusu dengan normal dan beratnya bertambah (setengah hingga sekilo  setiap bulan), jangan khawatir tentang jumlah kotoran dan frekuensinya.

Tanda Pencernaan Bayi Normal

Berikut ini tanda pencernaan bayi normal yang perlu Anda ketahui, di antaranya:

1. Nutrisi yang Dikonsumsi

Frekuensi buang air besar pada bayi sangat tergantung jenis makanan yang dikonsumsi. Jika bayi Anda hanya mengonsumsi ASI, seharusnya tidak buang air besar setiap hari. Hal ini karena tubuhnya dapat mencerna semua komponen ASI sebagai nutrisi sehingga zat buangan sangat sedikit.

Setelah 6 minggu pertama, bayi baru lahir bahkan bisa tidak buang air besar selama satu hingga 2 minggu. Jika bayi Anda minum susu formula mungkin buang air besar hingga empat kali sehari atau hanya sekali dalam beberapa hari.

Begitu bayi Anda mulai mengonsumsi makanan pendamping asi (MPASI), Anda baru akan mengetahui makanan apa yang mungkin membuat bayi Anda kembung, susah buang air besar, sering buang air besar dan diare. Ada baiknya jika Anda bertanya terlebih dahulu kepada dokter anak Anda sebelum memberikan si kecil MPASI.

2. Dilihat dari Tekstur, Bau, dan Frekuensi Buang Air Besar

Tekstur, bau, dan frekuensi BAB si kecil berbeda dengan orang dewasa. Hal ini karena sejak dilahirkan, bayi masih belajar memahami sistem pencernaannya. Beberapa tahapan BAB bayi sejak dilahirkan, yaitu:

  • Mekonium. Pada 24 jam kehidupan pertama bayi, jenis feses yang dikeluarkan adalah mekonium. Warna mekonium hitam kehijauan dengan tekstur lengket seperti tar dan sulit dicerna. Mekonium terdiri dari cairan yang dicerna bayi di dalam rahim. Kotoran ini tidak berbau karena belum terkontaminasi bakteri. Pada usia ini, setidaknya bayi harus mengeluarkan satu hingga 2 kali mekonium.
  • 12 minggu pertama. Normalnya kotoran bayi yang minum ASI berwarna kuning dan berbintik-bintik, sedikit encer dan terkadang berbusa. Saat sistem pencernaan bayi mulai menyerap nutrisi dengan lebih efektif, tinja menjadi lebih padat dan tidak terlalu encer. Kotoran bayi yang diberi susu formula biasanya pucat, warnanya lebih terang dan padat daripada kotoran ASI. Bayi yang minum ASI akan BAB dalam waktu 7-10 hari sekali, sedangkan bayi yang minum susu formula 2 hari sekali.
  • Bayi usia 4-6 bulan. Pada usia ini, kotoran bayi akan menyerupai orang dewasa karena lebih padat, berbau, dan gelap. Jenis makanan yang dikonsumsi pada tahap MPASI akan sangat berpengaruh terhadap warna dan frekuensi bayi membuang kotoran.

Baca Juga : BAB Bayi Hijau? Ketahui Penyebabnya

Apakah Bayi yang Tidak Buang Air Besar Mengalami Sembelit?

Jangan dulu menyimpulkan hal tersebut. Anda harus mengetahui ciri sembelit pada bayi sebagai berikut:

  • Tinja yang jarang dan sulit dikeluarkan. Biasanya bayi mengeluarkan ekspresi kesakitan saat mengejan.
  • Mengejan lebih dari biasanya untuk buang air besar.
  • Kotoran berbentuk seperti kerikil kecil yang keras, tinja yang lunak dan lembek atau tinja yang lebar dan besar.
  • Tinja cair atau seperti diare yang mungkin keluar dari kotoran padat yang tertinggal di dalam.
  • Perut bengkak karena gas.
  • Kram yang menyakitkan.

Cara Mengatasi Bayi Buang Air Besar Karena Sembelit

Seperti yang telah dijelaskan, frekuensi bayi buang air besar sebelum usia 6 bulan memang jarang dan bervariasi tergantung jenis nutrisi yang dikonsumsi. Jadi jika bayi Anda tidak buang air besar dalam beberapa waktu, hal itu merupakan kondisi normal asalkan bayi tidak menunjukan gejala gangguan pada pencernaan seperti sembelit.

Jika bayi Anda mengalami sembelit berikut cara mengatasinya:

  • Berikan air atau jus buah. Tambah asupan bayi Anda dengan sedikit air atau jus buah terutama campuran apel dan pir jika bayi Anda sudah MPASI. Jus ini kaya akan kandungan sorbitol, pemanis yang berfungsi seperti pencahar. Berikan sekitar 60 hingga 120 mililiter tergantung kebutuhan bayi.
  • Beralih ke Puree. Jika bayi Anda mengonsumsi makanan padat, berikan bubur kacang polong atau plum, yang mengandung lebih banyak serat dibandingkan buah dan sayuran lainnya. Anda juga bisa memberikan sereal gandum, barley, atau multigrain, yang mengandung lebih banyak serat daripada sereal beras.

Baca Juga : Ini Perbedaan Muntah Bayi yang Normal dan Abnormal

Sumber

Healthline Parenthood (2020). Your Baby’s Not Pooping but Passing Gas? Here’s What You Should Know. www.healthline.com
Mayo Clinic. What are the signs of infant constipation? And what’s the best way to treat it?. www.mayoclinic.com
Nationwide Children. Constipation: Infant. www.nationwidechildren.org
Today’s Parent (2016). Baby poop: Guide to texture, smell and frequency. www.todaysparent.com