Pentingnya Memahami Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak
Pentingnya Memahami Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak
Penulis: Silvia | Editor: Umi
Ditinjau oleh: dr. Tommy
Terakhir ditinjau: 4 Januari 2023
Banyak orang tua yang khawatir terhadap tumbuh kembang buah hatinya. Pada dasarnya, anak-anak tumbuh dengan mengembangkan 4 aspek penting yakni motorik (kemampuan fisik), bahasa dan komunikasi, kognisi, dan sosial-emosional.
Kemampuan kognitif berarti upaya adaptif seorang anak terhadap lingkungan sekitar dengan mengembangkan cara berpikir dan nalar. Kemampuan kognitif dapat dicapai dengan dua hal yaitu asimilasi dan akomodasi.
Dengan kata lain, kemampuan kognitif adalah kemampuan proses berpikir yang di dalamnya meliputi kegiatan mengingat, memecahkan masalah, kritis, dan membuat keputusan dari anak-anak hingga dewasa.
Penting untuk mendorong perkembangan kognitif anak segera setelah ia lahir karena hal itu memberikan landasan yang kuat bagi keberhasilan anak Anda di sekolah dan di kemudian hari.
Baca Juga: Pentingnya Melatih Kemampuan Motorik Anak
Tahap Perkembangan Kognitif Anak
Mengamati perkembangan kognitif merupakan bagian dari cabang ilmu psikologi perkembangan dan kognitif. Jean Piaget, psikolog Swiss, merumuskan teori perkembangan kognitif anak yang membaginya dalam 4 stages atau tahapan, yaitu:
Tahap 1 (usia 0–3 tahun)
Pada tahap ini anak-anak mengeksplorasi lingkungan dan hal-hal di sekitar mereka tanpa kesadaran atau pemahaman.
Selama tahap ini, kemampuan motorik berupa mengisap, bergerak, dan menggenggam berkembang. Oleh karena itu, tahap awal ini juga disebut tahap motorik sensorik.
Tahap 2 (usia 3–7 tahun)
Stage ini juga disebut tahap preemtif atau pra-operasi. Pada tahap ini, Si Kecil mulai membangun fondasi perkembangan bahasanya. Tak hanya mulai mengingat dan mereprsentasikan sesuatu secara simbolis, di tahap ini mereka juga mulai memiliki kebiasaan untuk berimajinasi.
Tahap 3 (usia 7–11 tahun)
Disebut juga tahap operasi konkret di mana anak-anak mulai melakukan dengan cara praktis mulai dari menggabungkan, memisahkan, mengurutkan, dan mengubah objek maupun tindakan.
Pada tahap ini anak-anak mulai berpikir lebih logis dan kritis.
Tahap 4 (usia 12–16 tahun)
Pada tahap ke-4 atau disebut juga operasi logis formal di mana anak-anak memasuki usia remaja, proses berpikir menjadi lebih kompleks. Kemampuan membentuk berpikir abstrak, membentuk ide atau pertanyaan-pertanyaan baru mereka sendiri.
Anak mulai mengobservasi lingkungan sekitar dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, serta pengambilan keputusan dasar.
Penalaran logis dan perumusan hipotesis tentang situasi juga berkembang pada tahap ini.
Baca Juga: Pahami Cara Memaksimalkan Pertumbuhan dan Tinggi Badan Anak
Faktor-faktor yang Memengaruhi Perkembangan Kognitif
Sebagai orang tua, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan agar perkembangan kognitif anak optimal. Berikut beberapa faktor yang bisa memengaruhi perkembangan kognitif anak:
- Kematangan neurologis: membantu anak memahami pengalaman baru dan menggunakan penalaran yang lebih kompleks seiring bertambahnya usia.
- Kesempatan interaksi sosial: melakukan interaksi interpersonal baik di dalam maupun luar rumah, seperti sekolah, bisa mendukung perkembangan kognitif anak.
- Plastisitas neuron: atau kapasitas otak untuk beradaptasi terhadap kebutuhan fungsional. Ini sangat penting untuk proses belajar dan mengingat.
- Mekanisme psikologis internal: membantu anak membantu model kognitif yang kompleks berdasarkan pematangan dan pengalaman.
- Bank neuron: untuk bisa melalui pembelajaran baru secara optimal, tubuh memanfaatkan bank neuron yang diproduksi selama trimester ketiga kehamilan dan awal kehidupan bayi. Setiap neuron mengembangkan sekitar 15 ribu sinapsis pada usia tiga tahun.
- Perkembangan keterampilan motorik kasar dan halus yang baik juga penting bagi anak untuk bisa secara efektif menunjukkan keterampilan kognitif yang dikembangkan.
Gangguan Perkembangan Kognitif
Jika anak mengalami gangguan perkembangan kognitif, hal itu dapat menyebabkan kesulitan belajar dan masalah terkait sekolah, serta kehidupan sosialnya di kemudian hari. Adapun beberapa gangguan perkembangan kognitif antara lain:
- Autisme
- Gangguan kesulitan membaca (disleksia)
- Gangguan pemusatan perhatian hiperaktif (ADHD)
- Kesulitan dengan perhitungan matematis (diskalkulia).
Sebenarnya, cakupan konsep disabilitas kognitif masih sangat luas dan tidak terdefinisikan dengan baik. Psikologi anak yang terganggu juga dapat memengaruhi kinerja kognitifnya dan kinerja skolastik.
Anak-anak dengan masalah depresi ternyata bisa menyebabkan cognitive error atau kesalahan kognitif. Adapun 2 jenis kesalahan kognitif yang paling umum adalah personalisasi dan pemikiran dikotomis.
Pemikiran personalisasi pada anak cenderung membuat mereka berpikir bahwa hal-hal buruk yang terjadi dan tidak diinginkan adalah kesalahan mereka. Sementara pemikiran dikotomis menyebabkan anak menilai segala hal hanya dalam dua area, hitam dan putih, benar dan salah.
Dua hal kesalahan kognitif tersebut akan berimbas pada ketidakmampuan anak dalam melihat kemungkinan pilihan lain ketika dihadapkan pada situasi tidak menyenangkan di masa depan.
Contohnya, anak yang tidak mendapatkan peringkat atas dalam perlombaan akan menilai diri sebagai anak bodoh atau pecundang.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua memantau segala perkembangan kognitif anak dari kemampuan yang paling terlihat, misalnya bahasa. Lakukan komunikasi dan diskusi sejak dini agar Anda dapat melihat perkembangan secara lebih runtut dan rinci.
Baca Juga: 9 Kecerdasan Majemuk pada Anak
SumberCincinnati Children’s. (2020). Cognitive Development. www.cincinnatichildrens.org
Cue Math. (2021). The ‘Why, What and How’ of Cognitive Development. www.cuemath.com
Child Health Explanation. (2021). Cognitive Development: The Core of Child’s Intelligence. www.childhealth-explanation.com
Mom Junction. (2021). Cognitive Development in Children: Stages and Activities. www.momjunction.com
Psychology Career Center. (2017). Cognitive Development in Childhood. www.psychologycareercenter.org