Pemfigus, Kelainan Kulit yang Menyebabkan Lepuh dan Lecet

Pemfigus, Kelainan Kulit yang Menyebabkan Lepuh dan Lecet

Penulis: Silvia | Editor: Umi

Pada beberapa kasus, bagian tubuh bisa mengalami masalah, termasuk kulit. Salah satu masalah pada kulit adalah pemfigus. Apa itu pemfigus?

Pemfigus merupakan penyakit kulit langka yang dapat menyebabkan lepuh yang terasa menyakitkan disertai dengan selaput lendir. Lepuh dan lecet ini biasanya terjadi pada bagian kulit yang sama dan dapat terjadi terus-menerus, bahkan bertahun-tahun.

Apabila tidak ditangani dengan tepat, pemfigus bisa menyebar dengan cepat ke area yang lebih luas dan kondisi ini dapat mengancam keselamatan jiwa. Hal ini karena, rasa sakit akibat lepuh dan lecet di kulit bisa sangat menyiksa.

Baca Juga: 7 Jenis Penyakit Kulit Menular yang Wajib Diwaspadai

Jenis-jenis Pemfigus dan Gejalanya

Ada beberapa jenis pemfigus yang tingkat keparahannya bervariasi. Dua jenis utama dibedakan berdasarkan kedalaman lesi serta lokasinya di tubuh.

Dua jenis utama pemfigus terbagi berdasarkan lokasi lesi dan ditandai dengan gejala berbeda, antara lain:

1. Pemfigus Vulgaris

Pemfigus vulgaris ditandai dengan lepuh di bagian mulut dan menjalar kulit, dan menjalar ke selaput lendir pada alat kelamin.

Lepuh pada kulit, seperti hidung, mata, mulut, dan tenggorokan ini tidak dirasai gatal. Namun, akan terasa sangat menyakitkan ketika lepuh yang disertai cairan pecah.

Mulut dan tenggorokan yang mengalami lepuh juga biasanya dapat membuat Anda sulit untuk mengunyah maupun menelan.

2. Pemfigus Foliakus

Jenis pemfigus lainnya, yakni pemfigus foliakus yang ditandai dengan lecet atau lepuh di bagian dada, punggung, dan bahu. Lecet pada kulit yang umumnya menyerang tubuh bagian atas ini biasanya terasa sangat gatal.

Pemfigus foliakus juga hanya menyerang kulit bagian luar. Ketika lepuh ini pecah, bagian tubuh yang terkena pun akan membentuk lesi berkerak dan menyebar untuk menutupi area kulit yang luas.

Penyebab Pemfigus

Perlu Anda ketahui bahwa, kelainan kulit bernama pemfigus ini biasanya lebih rentan terjadi pada orang yang lebih tua antara usia 50 dan 60 tahun.

Lantas, apa yang menyebabkan kondisi ini? Pemfigus terjadi karena kondisi autoimun. Itu artinya, ada yang salah pada kekebalan tubuh Anda.

Di mana sistem kekebalan yang merupakan pertahanan tubuh terhadap infeksi ini justru menyerang jaringan yang sehat.

Hingga saat ini, belum diketahui pasti mengapa hal itu terjadi. Namun, sebagian besar mengatakan bahwa gen tertentu dapat meningkatkan risiko terjadinya pemfigus.

Meski demikian, kelainan kulit ini tidak cenderung diturunkan dalam keluarga. Pemfigus juga tidak menular.

Diagnosis Pemfigus

Diagnosis pemfigus bisa saja sangat rumit. Sebab, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan.

Awalnya, dokter akan menanyakan tentang riwayat kesehatan pasien. Misalnya, dengan menanyakan jenis obat apa yang pernah Anda minum sebelumnya. Hal ini karena beberapa obat mungkin dapat menyebabkan pemfigus.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan kulit yang dilakukan dengan menggunakan jari atau kapas untuk menggosok sebagian kulit Anda yang tidak tertutup lepuh.

Apabila bagian kulit yang terkena mudah terkelupas, Anda mungkin mengalami pemfigus.

Selanjutnya, dokter akan melakukan biopsi atau mengambil sampel jaringan kulit untuk diuji di laboratorium.

Tes darah juga bisa saja dilakukan untuk mengetahui apakah darah Anda memiliki antibodi spesifik yang disebut desmogleins. Jika Anda menderita pemfigus, jumlah antibodi yang ada di dalam darah biasanya akan lebih banyak daripada biasanya.

Terakhir, dokter mungkin akan melakukan endoskopi apabila Anda telah memiliki gejala berupa lepuh di bagian mulut.

Dalam proses endoskopi, dokter akan menggunakan tabung tipis dan fleksibel yang disebut endoskop untuk melihat ke bagian tenggorokan Anda.

Pengobatan Pemfigus

Penderita pemfigus akan sangat merasa tidak nyaman bahkan menderita rasa sakit yang menyiksa. Untuk mengatasinya, dokter akan melakukan hal berikut sebagai bentuk perawatan pemfigus:

1. Kortikosteroid

Obat kortikosteroid bekerja untuk mengurangi gejala dan pembengkakan atau peradangan. Kortikosteroid bisa diberikan secara oral, dengan suntikan, atau topikal berupa krim/losion.

2. Imunosupresan

Imunosupresan merupakan obat yang dapat mengendalikan respons autoimun sehingga meminimalisir penyerangan jaringan sehat oleh sistem kekebalan tubuh Anda.

3. Plasmapheresis

Plasmapheresis adalah prosedur yang bertujuan untuk mengurangi jumlah antibodi dengan mengeluarkan plasma atau cairan dari darah.

4. Perawatan Luka

Karena pemfigus ditandai dengan lepuh dan lecet yang dapat menyebabkan luka, maka perawatan luka sangat diperlukan sebagai bagian dari pengobatan.

Jika lecetnya sangat parah, Anda mungkin perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan luka secara khusus.

Dokter mungkin akan memberikan cairan dan elektrolit IV jika Anda kehilangan terlalu banyak cairan melalui keluarnya lepuh di kulit.

Komplikasi Pemfigus

Beberapa komplikasi serius dapat terjadi dengan pemfigus. Diantara mereka:

  • Infeksi kulit
  • Sepsis
  • Penurunan berat badan
  • Kekurangan gizi
  • Depresi

Beberapa jenis pemfigus juga dapat menyebabkan kematian jika tidak diobati.

Selain itu, obat-obatan untuk mengobati pemfigus juga dapat menyebabkan efek samping yang serius, mencakup:

  • Infeksi
  • Ruam kulit
  • Tekanan darah tinggi
  • Osteoporosis
  • Sakit kepala
  • Nyeri sendi
  • Mual
  • Berat badan bertambah.

Meski pengobatan dapat menimbulkan efek samping, penderita pemfigus tetap harus minum obat seumur hidup dan melakukan kontrol ke dokter secara rutin untuk mencegah kambuhnya gejala pemfigus

Jika Anda mengalami lepuh tanpa penyebab yang jelas, Anda sebaiknya memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Baca Juga: Ruam Kulit pada Penderita HIV: Penyebab Hingga Pengobatan

Sumber

Cleveland Clinic. (2019). Pemphigus. my.clevelandclinic.org

Healthline. (2018). Pemphigus Vulgaris. www.healthline.com

Mayoclinic. (2020).  Pemphigus. www.mayoclinic.org

National Health Service. Pemphigus vulgaris. www.nhs.uk

WebMD. (2020). Pemphigus. www.webmd.com