Obat Pelancar Kencing untuk Kencing Tidak Lancar

Obat Pelancar Kencing untuk Kencing Tidak Lancar

Penulis: Gradita | Editor: Alhasbi

Selain BAB tidak lancar, gangguan yang terjadi pada sistem pengeluaran zat-zat sisa dalam tubuh yaitu berupa kencing tidak lancar. Adapun cara mengatasi kencing tidak lancar salah satunya adalah dengan mengonsumsi obat pelancar kencing.

Namun, penggunaan obat pelancar kencing untuk mengatasi kencing tidak lancar perlu menyesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. Pasalnya, setiap obat memiliki cara kerja yang berbeda-beda dan memiliki efek samping yang perlu Anda perhatikan.

Penyebab kencing tidak lancar

Sulit buang air kecil atau kencing tidak lancar dapat terjadi karena beberapa faktor seperti melemahnya otot kandung kemih dan sumbatan pada saluran kencing akibat batu atau tumor. Sulit buang air kecil (BAK) bisa menyebabkan retensi urine di dalam kandung kemih serta menimbulkan masalah yang lebih serius.

Terdapat beberapa kondisi atau penyakit yang dapat menjadi penyebab sulit buang air kecil, seperti:

  • Striktur uretra atau terbentuknya jaringan parut, sehingga menyumbat aliran urine.
  • Gangguan saraf yang mengatur proses buang air kecil.
  • Efek samping obat-obatan, seperti obat antidepresan dan antialergi.
  • Merupakan efek samping pasca operasi pada saluran kemih atau daerah panggul.
  • Mengidap penyakit tertentu seperti infeksi saluran kemih, batu kandung kemih atau saluran kemih, pembesaran prostat (BPH), kanker prostat, atau diabetes.

Obat pelancar kencing

Umumnya, obat ini berguna untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan mengurangi cairan dan garam yang terdapat dalam pembuluh darah.

Oleh sebab itu, obat pelancar urin biasanya diberikan untuk penderita hipertensi sebagai obat pertama untuk tekanan darah tinggi untuk membantu penderitanya mengeluarkan kadar garam dari tubuh lewat air seni.

Obat pelancar kencing atau diuretik juga berfungsi membantu kinerja ginjal dan jantung, termasuk menanggulangi gangguan ginjal, gagal jantung, gagal hati, penumpukan cairan dalam tubuh atau edema, serta menurunkan tekanan darah dalam tubuh dengan mengurangi peredaran cairan dalam pembuluh darah.

Terdapat beberapa jenis obat pelancar kencing yang biasanya diresepkan oleh dokter, antara lain sebagai berikut.

1. Diuretik loop

Dokter umumnya memberikan obat pelancar kencing diuretik loop untuk mengatasi gagal jantung. Terdapat beberapa contoh obat diuretik loop seperti furosemide, torsemide, dan bumetanide.

2. Diuretik thiazide

Dokter memberikan obat diuretik thiazide sebagai pelancar kencing pada pasien yang mengalami hipertensi.

Adapun obat pelancar kencing ini bekerja dengan tidak mengurangi cairan dalam tubuh, melainkan membantu melemaskan pembuluh darah. Terdapat beberapa contoh obat diuretik thiazide seperti chlorthalidone, indapamide, dan metolazone.

3. Diuretik potassium-sparing

Jenis obat diuretik potassium-sparing bekerja dengan cara menurunkan kadar cairan dalam tubuh tanpa mengeluarkan potasium dari dalam tubuh.

Oleh sebab itu, obat pelancar kencing jenis ini dapat diberikan untuk orang yang rentan mengalami penurunan kadar potasium atau mengonsumsi obat yang dapat menurunkan kadar potasium dalam tubuh.

Terdapat beberapa contoh obat diuretik potassium-sparing seperti amiloride, triamterene, dan spironolactone.

Baca Juga : Mengapa Kencing Terasa Sakit Setelah Berhubungan Intim?

Hal yang perlu diperhatikan sebelum mengonsumsi obat

Ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebelum mengonsumsi obat pelancar kencing, seperti:

  • Semua jenis obat ini tidak boleh Anda konsumsi secara sembarangan, sehingga Anda harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter serta memberitahu obat, suplemen, atau herbal apa yang sedang Anda konsumsi,
  • Memberitahu dokter, apabila Anda mengalami kondisi medis tertentu seperti diabetes, lupus, gangguan ginjal, sering dehidrasi, pankreatitis, lupus, gangguan menstruasi, dan asam urat.
  • Obat pelancar sebaiknya tidak untuk wanita hamil atau sedang menyusui.
  • Sebaiknya tidak mengonsumsi obat ini bersamaan dengan obat antidepresan, cyclosporine, atau obat tekanan darah tinggi tertentu.
  • Hindari mengonsumsi alkohol atau obat tidur saat sedang mengonsumsi obat pelancar karena keduanya dapat meningkatkan efek samping dari diuretik.
  • Ada baiknya Anda mengonsumsi air putih yang cukup, tidak sering menahan buang air kecil, serta tidak sering minum kopi atau minuman beralkohol.

Efek samping pelancar kencing

Obat pelancar kencing memiliki beragam efek samping yang mungkin saja muncul, seperti:

  • Sakit kepala
  • Pusing
  • Sering merasa haus
  • Dehidrasi
  • Diare
  • Ruam kulit
  • Lebih sering buang air kecil daripada biasanya
  • Kadar potasium yang rendah
  • Terlalu banyak potasium dalam darah akibat obat pelancar kencing jenis diuretik potassium-sparing
  • Kadar sodium yang rendah
  • Impotensi
  • Kram otot
  • Peningkatan kadar kolesterol
  • Asam urat
  • Peningkatan kadar gula darah

Meski jarang terjadi, terdapat beberapa efek samping berbahaya yang bisa terjadi saat mengonsumsi obat kencing tidak lancar, seperti:

  • Reaksi alergi
  • Detak jantung yang tidak beraturan
  • Gagal ginjal

Apabila Anda mengalami efek samping dari obat pelancar kencing, jangan langsung berhenti mengonsumsinya, ada baiknya segera melakukan konsultasi ke dokter. Umumnya, dokter akan memberikan obat yang berbeda atau kombinasi obat lain untuk mengurangi efek samping dari obat pelancar.

Baca Juga : Benarkah Minum Air Kencing Berkhasiat untuk Kesehatan?

Sumber

Health. (2019). What to Know About Diuretics. www.healthline.com

Mayo Clinic. (2021). Diuretics. www.mayoclinic.org

RxList. (2021). TYPES OF DIURETICS MEDICATIONS. www.rxlist.com

WebMD. (2021). Diuretics (Water Pills) for High Blood Pressure. www.webmd.com