Mengenal Berbagai Penyebab Endometriosis

Mengenal Berbagai Penyebab Endometriosis

Penulis: Dita | Editor: Umi

Ditinjau oleh: dr. Bianda Dwida

Terakhir ditinjau: 7 September 2022

Endometriosis merupakan salah satu penyakit yang sering ditemukan pada rahim yang menyerang lapisan rahim (endometrium). Endometriosis terjadi ketika jaringan endometrium tumbuh secara abnormal di luar rongga rahim Anda.

Jaringan yang abnormal ini biasanya tumbuh di bagian ovarium, usus dan jaringan yang melapisi panggul Anda. Kasus tumbuhnya jaringan endometrium di area panggul atau di luar rahim memang jarang terjadi, tetapi bukan berarti tidak mungkin.

Menurut sebuah studi tahun 2016 di Lancet, lebih dari 10 juta wanita diyakini terkena endometriosis di seluruh dunia. Gangguan ini paling sering terjadi pada wanita berusia 30-an dan 40-an.

Baca Juga : Ketahui Penyebab Nyeri Haid Tidak Tertahankan

Penyebab Endometriosis

Sampai saat ini dokter masih belum menemukan penyebab pasti bagaimana endometriosis bisa muncul. Namun, ada beberapa faktor risiko tertentu yang dapat meningkatkan kemungkinan Anda mengembangkan endometriosis, yaitu:

1. Masalah dengan Aliran Menstruasi

Masalah dengan aliran menstruasi atau dalam istilah medis disebut menstruasi retrograde, terjadi ketika darah menstruasi yang mengandung sel endometrium mengalir kembali melalui tuba falopi dan masuk ke rongga panggul bukannya keluar dari tubuh dengan cara biasa.

Kemudian sel-sel endometrium ini akan menempel pada dinding panggul dan permukaan organ panggul, lalu tumbuh, terus menebal, dan berdarah setiap siklus menstruasi.

2. Perubahan Sel Peritoneal

Hormon atau faktor kekebalan tubuh dapat memicu terjadinya perubahan pada sel peritoneal (sel yang melapisi sisi dalam perut) dan membuatnya menjadi sel mirip endometrium.

3. Bedah Perut

Operasi perut seperti operasi caesar (C-section) atau histerektomi terkadang dapat memicu jaringan endometrium. Setiap jaringan yang tersisa dan tidak dihancurkan oleh sistem kekebalan dapat menanamkan dirinya sendiri di luar rahim, sehingga menyebabkan endometriosis.

Analisis dari Swedia menyimpulkan bahwa wanita yang menjalani operasi caesar dengan anak pertama mereka 80% lebih mungkin mengembangkan endometriosis daripada mereka yang melahirkan secara normal karena sel endometrium dapat menempel pada sayatan bedah.

Hal ini karena sel endometrium dapat menempel pada permukaan pisau bedah dan menyebabkan sel ini tertempel pada lapisan kulit yang luka saat proses pembedahan. Akhirnya sel berpindah dan berada di bekas luka bedah sekitar perut.

4. Perpindahan Sel Endometrium

Pembuluh darah atau sistem cairan jaringan (limfatik) dapat membawa sel-sel endometrium ke bagian lain dari tubuh.

5. Gangguan Sistem Kekebalan

Masalah dengan sistem kekebalan dapat membuat tubuh tidak dapat mengenali dan menghancurkan jaringan mirip endometrium yang tumbuh di luar rahim. Akibatnya jaringan ini terus tumbuh secara tidak normal.

6. Faktor Genetik

Sebagian besar ilmuwan setuju bahwa genetika memainkan peran besar dalam perkembangan endometriosis. Misalnya saja menurut penelitian dari Austria, risiko seorang wanita mengidap endometriosis antara 7 dan 10 kali lebih besar jika dia memiliki kerabat (seperti ibu atau saudara perempuan) dengan endometriosis.

Selain faktor pewarisan gen, genetika juga dapat berkontribusi secara tidak langsung dengan memengaruhi produksi hormon. Endometriosis umumnya terjadi karena adanya peningkatan kadar estrogen yang terus-menerus.

Bahkan para ilmuwan telah mengidentifikasi sejumlah mutasi genetik yang terkait erat dengan endometriosis. Namun, terlepas dari temuan ini, belum ada tes genetik yang dapat diandalkan untuk mengidentifikasi atau memprediksi risiko endometriosis.

7. Usia

Selain risiko keluarga, ada sejumlah karakteristik lain yang biasanya terlihat pada wanita dengan endometriosis. Endometriosis umumnya menyerang wanita usia subur, biasanya antara 15 dan 49. Meskipun kadang-kadang endometriosis juga dapat berkembang sebelum menstruasi pertama (menarche).

Baca Juga : Waspadai Gejala Endometriosis

8. Siklus Menstruasi Tertentu

Ada ciri-ciri siklus menstruasi tertentu yang biasa dialami wanita dengan endometriosis, antara lain:

• Memulai menstruasi pertama sebelum usia 12 tahun
• Memiliki siklus haid yang pendek, biasanya kurang dari 27 hari
• Mengalami menstruasi berat yang berlangsung lebih dari 7 hari
• Menopause pada usia yang lebih tua

Kondisi ini juga berlaku untuk tingkat keparahan gejala menstruasi, yang umumnya terjadi dengan karena tingkat estrogen yang tinggi. Semakin tinggi hormon estrogen dalam tubuh Anda (baik dengan memulai menstruasi lebih awal atau berakhir terlambat), maka semakin besar risiko Anda mengembangkan endometriosis.

9. Kelainanan Rahim

Kelainan rahim (uterus) dapat meningkatkan risiko endometriosis. Beberapa kondisi kelainan rahim yang bisa mengembangkan endometriosis, termasuk:

• Fibroid rahim
• Polip rahim
• Retroverted uterus, kondisi di mana rahim miring posisi ke belakang alih-alih ke depan. Nama lain dari kondisi ini adalah rahim terbalik.
• Malformasi rahim bawaan, termasuk kriptomenore (di mana terjadi menstruasi, tetapi tidak dapat dilihat karena obstruksi kongenital)
• Kontraksi vagina asinkron, di mana vagina berkontraksi secara tidak normal dan/atau berlebihan selama menstruasi.

10. Belum Pernah Melahirkan

Wanita yang belum pernah melahirkan berisiko lebih tinggi mengalami endometriosis. Meski tidak jelas mengenai penyebab pastinya, tetapi kehamilan dan menyusui telah dikaitkan dengan penurunan risiko endometriosis.

Hal ini karena saat hamil, tubuh tidak mengalami periode menstruasi, sehingga mengurangi tingkat estrogen dan hormon lainnya (seperti oksitosin dan pelepasan gonadotropin) yang terkait dengan gejala endometriosis.

Baca Juga : Ketahui Stadium Endometriosis dan Cara Mengobatinya