Ketahui Prosedur Pengobatan Depresi

Ketahui Prosedur Pengobatan Depresi

Penulis: Anita | Editor: Ratna

Masalah depresi tidak hanya terjadi di luar negeri saja, tapi juga di Indonesia! Bahkan, menurut WHO, terdapat sekitar 5% orang yang mengalami gangguan depresi di seluruh dunia. Masalah mental ini sering dianggap angin lalu orang beberapa orang, padahal depresi bisa berujung pada bunuh diri.

Oleh sebab itu, penting untuk bisa memeriksakan diri ke profesional dan menerima prosedur pengobatan depresi. Telaah artikel ini untuk dapat memahami prosedur pengobatan depresi secara rinci!

Baca Juga: Macam-Macam Depresi yang Wajib Anda Pahami

Bagaimana Gangguan Mental Depresi Dideteksi?

Sebelum menjalani prosedur pengobatan depresi, orang yang mengalami gejala depresi harus melalui pemeriksaan dari tenaga kesehatan profesional, seperti psikolog dan psikiater.

Nantinya, Anda akan diminta untuk menjalani beragam tes untuk mencari tahu apakan gejala yang dialami memang karena depresi atau masalah pada kesehatan fisik. Biasanya, Anda akan menjalani pemeriksaan fisik, tes darah, dan tes tiroid.

Setelahnya psikolog atau psikiater akan mengobservasi dan memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan emosi, pemikiran, perilaku, dan gejala depresi yang dialami serta mencocokkannya dengan buku panduan DSM-5.

Apa Prosedur Pengobatan Depresi?

Faktanya, segala masalah mental tidak bisa disembuhkan, termasuk depresi. Pengobatan yang dilakukan akan lebih berfokus pada membantu penderita mengatasi gejala dari gangguan mentalnya dan membuatnya bisa beraktivitas seperti sedia kala.

Secara garis besar terdapat tiga macam prosedur pengobatan untuk depresi, yaitu pengobatan dengan medikasi, pengobatan melalui terapi, pengobatan lainnya.

1. Prosedur Pengobatan Depresi berupa Medikasi

Jika seseorang didiagnosis mengalami depresi, maka psikiater dapat meresepkan obat berupa anticemas, antipsikotik, penstabil suasana hati, dan antidepresan untuk mengatasi gejala yang dirasakan.

Terkadang dibutuhkan waktu untuk mencari obat antidepresan yang cocok untuk pasien. Psikiater bisa memberikan lebih dari satu antidepresan pada penderita depresi. Berikut adalah beberapa obat antidepresan yang biasa diberikan oleh dokter:

  • Antidepresan Atipikal. Obat antidepresan yang masuk ke jenis ini kebanyakan adalah obat antidepresan baru yang dapat memberikan efek yang berbeda dari obat antidepresan biasanya.
  • Trisiklik dan Tetrasiklin. Biasanya, obat antidepresan trisiklik dan tetrasiklik hanya diresepkan ketika penderita tidak mempan dengan obat jenis SSRI. Meskipun antidepresan ini efektif, tapi obat jenis ini bisa menyebabkan efek samping yang parah. Antidepresan trisiklik dan tetrasiklik bekerja dengan menghambat penyerapan norepinephrine dan serotonin ke dalam sel saraf.
  • N-methyl D-Aspartate (NDMA) Antagonists. NDMA membantu mengatasi gejala depresi dengan menaikkan kadar glutamat dalam otak. Namun, medikasi ini hanya digunakan jika penderita depresi tidak cocok dengan jenis obat antidepresan lainnya.
  • Penghambat Monoamin Oksidase (MAOIs). Saat semua jenis obat antidepresan tidak memberikan efek yang positif pada pasien, psikiater dapat meresepkan MAOI. Antidepresan ini membantu mengatur suasana hati dengan menghambat enzim monoamin oksidase dan meningkatkan kadar serotonin, dopamin, dan tiramin dalam otak. Akan tetapi, penggunaan obat ini memerlukan pengawasan yang ketat karena memiliki efek samping yang serius dan pantangan makanan serta obat-obatan yang beragam.
  • Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SNRIs). Serupa dengan antidepresan trisiklik, SSRI bekerja dengan menghambat penyerapan norepinephrine dan serotonin.
  • Serotonin-Norepinephrine Reuptake Inhibitors (SSRIs). SSRI adalah obat antidepresan pilihan pertama yang akan diresepkan oleh psikiater. Antidepresan ini menghalangi penyerapan serotonin dan cenderung aman untuk digunakan serta hanya menimbulkan sedikit efek samping

2. Prosedur Pengobatan Depresi Melalui Psikoterapi

Penderita depresi yang tidak parah bisa mencoba prosedur pengobatan depresi melalui psikoterapi yang melibatkan psikolog, konselor, terapi, atau psikiater. Berikut adalah beberapa psikoterapi yang bisa diikuti oleh penderita depresi:

  • Konseling. Konseling membantu para penderita depresi untuk mencari cara baru yang lebih sehat dalam menangani gejala depresi yang dialami.
  • Terapi Interpersonal (IPT). Terapi interpersonal akan menelusuri masalah dalam hubungan penderita depresi dengan orang lain. Misalnya, kesulitan untuk berkomunikasi atau ditinggalkan orang terdekat.
  • Terapi Perilaku Dialektika (DBT). Terapi yang satu ini lebih berpusat pada penerimaan pemikiran, perilaku, serta perasaan yang tidak menyenangkan. Melalui penerimaan tersebut, penderita diharapkan bisa memiliki harapan untuk berubah dan menjadi lebih baik.
  • Terapi Perilaku Kognitif (CBT). Melalui CBT, penderita depresi akan diajarkan untuk bisa menyadari pola pikir negatif yang bisa merusak diri mereka. Pasien akan diminta untuk mengganti pemikiran tersebut menjadi pemikiran yang lebih positif.
  • Terapi Psikodinamis. Berbeda dengan DBT dan CBT, terapi psikodinamis berfokus pada membantu pasien untuk bisa beraktivitas dengan baik sehari-harinya. Selain itu, penderita depresi akan diajak untuk merefleksikan kehidupan masa lalunya.

3. Prosedur Pengobatan Depresi Lainnya

Selain melalui medikasi dan psikoterapi, masih ada metode lain yang dapat digunakan untuk mengatasi gejala depresi, seperti:

  • Stimulasi Magnetik Transkranial (TMS). Stimulasi magnetik transkranial dapat diberikan ke pasien depresi yang tidak merasakan efek positif dari medikasi. Prosedur TMS dilakukan dengan cara memberikan gelombang magnetik secara singkat di kepala untuk menstimulasi sel saraf di otak.
  • Terapi Cahaya. Terapi cahaya cocok untuk penderita depresi yang memiliki pola musiman. Pasien akan dipaparkan dengan cahaya berwarna putih yang dapat membantu mengatur suasana hati dan mengurangi gejala depresi.
  • Terapi Elektrokonvulsif (ECT). Serupa dengan TMS, terapi ini biasanya diberikan untuk penderita depresi yang tidak kunjung membaik meskipun sudah diberikan medikasi, memiliki peluang untuk bunuh diri yang tinggi, atau tidak bisa mengonsumsi antidepresan. Saat menjalani ECT, pasien depresi akan diberikan aliran listrik ke otaknya untuk mengurangi gejala depresi.

Selalu Periksakan Diri ke Profesional

Untuk bisa mengetahui apakah Anda atau kerabat benar-benar mengalami depresi, Anda tetap perlu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan profesional, seperti psikolog dan psikiater.

Jangan asal mendiagnosis diri sendiri, tetap kunjungi psikolog atau psikiater apabila Anda mengalami gejala depresi untuk mendapatkan penanganan dan pemeriksaan yang menyeluruh.

Baca Juga: Pahami Depresi dan Cara Menanganinya

Sumber

Healthline. (2018). Can You Cure Depression?. www.healthline.com

Healthline. (2021). Everything You Need to Know About Depression (Major Depressive Disorder). www.healthline.com

Mayo Clinic. (2018). Depression (major depressive disorder). www.mayoclinic.org

NHS. (2019). Treatment – clinical depression. www.nhs.uk

Verywell Mind. (2020). The 5 Major Class of Antidepressants. www.verywellmind.com

WHO. (2021). Depression. www.who.int