Ketahui Penyebab dan Gejala Difteri
Ketahui Penyebab dan Gejala Difteri
Penulis: Emy | Editor: Atsa
Ditinjau oleh: dr. Putri Purnamasari
Terakhir ditinjau: 9 September 2022
Difteri adalah infeksi bakteri serius yang menyerang saluran pernapasan bagian atas dan tenggorokan. Penyakit ini dapat diobati dengan obat-obatan. Tetapi pada tahap lanjut, difteri dapat merusak jantung, ginjal, dan sistem saraf Anda. Meskipun mudah menyebar atau menular, difteri dapat dicegah melalui penggunaan vaksin.
Penyebab Infeksi Difteri
Bakteri bernama corynebacterium diphtheriae menyebabkan terjadinya difteri. Kondisi ini biasanya menyebar melalui kontak orang-ke-orang, bersin, batuk, atau melalui benda-benda yang mengandung bakteri di dalamnya, seperti cangkir atau tisu bekas.
Bakteri penyebab difteri dapat menghasilkan toksin berbahaya yang menyebabkan komplikasi pada bagian tubuh lainnya. Toksin yang dilepaskan memberikan dampak:
- Menghambat produksi protein oleh sel
- Menghancurkan jaringan di lokasi infeksi
- Mengarah pada pembentukan membran
- Dibawa ke aliran darah dan didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh
- Menyebabkan peradangan kerusakan jantung dan saraf
- Dapat menyebabkan jumlah trombosit yang rendah, atau trombositopenia, dan menghasilkan protein dalam urin dalam kondisi yang disebut proteinuria
Baca Juga: Ketahui 11 Penyebab Radang Tenggorokan
Gejala yang Dapat Terjadi
Karena bakteri yang menyebabkan difteri dapat masuk dan menempel pada lapisan sistem pernapasan, maka difteri dapat menyebabkan gejala diantaranya:
- Lemas
- Sakit tenggorokan
- Demam
- Kelenjar bengkak di leher
Racun dari difteri merusak jaringan sehat dalam sistem pernapasan. Dalam dua hingga tiga hari, jaringan mati membentuk lapisan abu-abu tebal yang dapat menumpuk di tenggorokan atau hidung. Para ahli medis menyebut lapisan abu-abu tebal ini sebagai “pseudomembrane”. Dapat menutupi jaringan di hidung, amandel, kotak suara atau laring, dan tenggorokan, sehingga sangat sulit untuk bernapas dan menelan. Racun juga dapat masuk ke aliran darah dan menyebabkan kerusakan pada jantung, saraf, dan ginjal.
Baca Juga: Pentingnya Vaksin Imunisasi bagi Anak
Perawatan
Orang yang terinfeksi perlu dirawat di rumah sakit dan diobati dengan antitoksin dan antibiotik difteri dengan segera. Diphtheria antitoxin diberikan sebagai suntikan untuk menetralisir racun yang beredar di dalam tubuh dan untuk mencegah penyakit memburuk. Infeksi ini kemudian diobati dengan antibiotik yang sesuai. Beberapa pasien dengan kesulitan bernafas karena penyumbatan di jalan napas mungkin perlu meggunakan ventilasi.
Siapa pun yang berhubungan dekat dengan orang yang terinfeksi juga harus diperiksa. Mereka juga harus segera menerima antibiotik untuk mencegah penularannya ke orang lain, selain memastikan bahwa mereka telah divaksin secara memadai.
Seorang pasien biasanya menjadi tidak menular dalam waktu 48 jam setelah mulai menggunakan antibiotik. Mereka yang tidak memiliki gejala juga harus diobati dengan antibiotik jika mereka adalah pembawa bakteri.
Baca Juga: 5 Penyebab Tenggorokan Panas dan Cara Menyembuhkannya
Sumber Mayo Clinic. 2020. Diphtheria. www.mayoclinic.org Health Line. 2014. Diphtheria. www.healthline.com Medical News Today. 2018. Everything you need to know about diphtheria. www.medicalnewstoday.com CDC. 2018. Diphtheria. www.cdc.gov