Ketahui Penyebab dan Faktor Risiko Cerebral Palsy

Ketahui Penyebab dan Faktor Risiko Cerebral Palsy

Penulis: Lely | Editor: Umi

Ditinjau oleh: dr. Bianda Dwida

Terakhir ditinjau: 19 September 2022

 

Cerebral palsy (CP) atau lumpuh otak merupakan kondisi neurologis yang disebabkan oleh kerusakan otak, serta kelainan motorik dan gerakan yang menyebabkan berbagai kecacatan. Gangguan ini dapat terjadi sebelum, selama, dan setelah kelahiran, atau dalam beberapa tahun pertama ketika otak masih berkembang.

Cerebral palsy yang berhubungan dengan kerusakan otak yang terjadi sebelum atau selama kelahiran disebut cerebral palsy bawaan. Dilansir dari National Institute of Child Health and Human Development (NICHD), mayoritas anak-anak dengan cerebral palsy sekitar 85–90 persen merupakan cerebral palsy bawaan. Sayangnya dalam banyak kasus, penyebab spesifik tidak diketahui.

Meski begitu, beberapa faktor bisa meningkatkan kemungkinan seorang anak mengalami cerebral palsy. Namun, penting untuk diingat bahwa memiliki faktor risiko tidak berarti bahwa seorang anak akan mengalami CP. Beberapa faktor risiko untuk cerebral palsy bawaan adalah:

1. Hipoksia

Ketika bayi yang belum lahir berkembang atau bayi yang baru lahir menderita kekurangan oksigen (meski dalam jangka waktu singkat), dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak bayi yang sedang tumbuh. Kurangnya oksigen di otak dalam istilah medis disebut hipoksia.

Hipoksia dapat terjadi karena berbagai situasi, seperti tekanan darah yang sangat rendah pada ibu hamil, rahim yang robek, lepasnya plasenta, masalah dengan tali pusat, atau trauma parah pada kepala bayi selama kehamilan dan persalinan.

Baca Juga: Ketahui 6 Gangguan pada Plasenta yang Membahayakan Janin

2. Infeksi Selama Kehamilan

Infeksi yang dialami selama kehamilan dapat menyebabkan peningkatan protein tertentu yang disebut sitokin yang beredar di otak dan darah bayi selama kehamilan. Sitokin menyebabkan peradangan, yang dapat menyebabkan kerusakan otak bayi.

Demam pada ibu selama kehamilan atau persalinan juga dapat menyebabkan masalah ini. Beberapa jenis infeksi yang telah dikaitkan dengan cerebral palsy termasuk virus, seperti cacar air, rubella (campak jerman), dan cytomegalovirus (CMV), dan infeksi bakteri, seperti infeksi plasenta atau selaput janin, atau infeksi panggul ibu.

3. Trauma

Berdasarkan penelitian dalam jurnal Frontiers in Neuroscience, kehilangan darah atau kekurangan oksigen yang dialami akibat trauma dapat menyebabkan bayi yang sedang berkembang menderita hipoksia.

Efek fisik dari dampak traumatis ini juga dapat membahayakan bayi yang berkontribusi pada cerebral palsy.

4. Berat Badan Lahir Rendah

Penelitian yang dilakukan oleh Institute of Medicine (US) Committee menunjukkan bahwa bayi yang beratnya kurang dari 5,5 pon (2,5 kilogram) berisiko lebih tinggi terkena cerebral palsy. Risiko ini bahkan meningkat ketika berat badan bayi lahir turun.

5. Bayi Lahir Prematur

Bayi yang lahir sebelum minggu ke-37 kehamilan (terutama jika dilahirkan kurang dari 28 minggu), memiliki peluang lebih besar mengalami cerebral palsy. Untungnya perawatan intensif untuk bayi prematur telah meningkat banyak selama beberapa dekade terakhir.

Namun, meski bayi yang lahir sangat dini lebih mungkin hidup, bayi prematur tetap banyak memiliki masalah medis yang dapat membuat bayi prematur berisiko terkena cerebral palsy.

Baca Juga: Cara Merawat Bayi Prematur

6. Pendarahan di Otak

Janin yang sedang berkembang atau bayi yang baru lahir dapat mengalami stroke, yang merupakan penyebab umum pendarahan otak.

Stroke terjadi ketika pembuluh darah di otak tersumbat atau pecah sehingga mengakibatkan kerusakan otak. Masalah pembekuan darah, terbentuknya pembuluh darah yang tidak normal, kelainan jantung, dan penyakit sel sabit juga dapat menyebabkan pendarahan di otak.

7. Kondisi Medis Ibu

Beberapa penyakit yang dialami wanita hamil, seperti perubahan tekanan darah yang parah, stroke, penyakit hati, penyakit ginjal, atau penyakit jantung dapat menyebabkan gangguan dalam pengiriman darah, nutrisi, dan oksigen ke janin yang sedang berkembang.

8. Penggunaan Obat-obatan Terlarang

Penelitian dalam jurnal Neuropsychopharmacology menunjukkan bahwa penggunaan narkoba dapat memengaruhi aliran darah dan fungsi jantung ibu dan janin yang sedang berkembang dengan cara meningkatkan risiko penyakit serebrovaskular pada bayi yang belum lahir dan kemungkinan kondisi krisis selama persalinan.

9. Terkena Paparan Racun Lingkungan

Zat-zat berbahaya di lingkungan, seperti kotoran kucing, merkuri, timbal, kontaminan, dan bahan kimia industri, dapat dicerna atau dihirup oleh wanita hamil.

Racun tersebut bisa mencapai tubuh wanita hamil yang sedang berkembang sehingga menyebabkan masalah bawaan, seperti cerebral palsy.

10. Ikterus Neonatus yang Parah atau Tidak Diobati

Ikterus Neonatus adalah warna kuning yang terlihat di kulit bayi yang baru lahir. Penyakit kuning ini terjadi ketika zat kimia yang disebut bilirubin menumpuk di dalam darah bayi. Selama kehamilan, hati ibu mengeluarkan bilirubin untuk bayi, tetapi setelah lahir hati bayi harus mengeluarkan bilirubin.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menjelaskan bahwa ketika penyakit kuning yang parah tidak segera diobati, maka dapat menyebabkan kondisi yang disebut kernikterus.

Kernikterus adalah jenis kerusakan otak yang disebabkan oleh kadar bilirubin yang tinggi dalam darah bayi. Kondisi ini dapat menyebabkan kelumpuhan otak akibat athetoid dan gangguan pendengaran.

11. Kerusakan Materi Putih Otak

Materi putih otak berfungsi untuk mengirimkan sinyal ke seluruh otak dan seluruh tubuh. Kerusakan materi putih otak ini dapat mengganggu sinyal antara otak dan tubuh yang mengontrol gerakan.

Materi putih di otak janin lebih sensitif terhadap cedera antara 26 minggu dan 34 minggu kehamilan, tetapi kerusakan dapat terjadi kapan saja selama kehamilan.

12. Perkembangan Otak yang Tidak Normal

Gangguan pada proses pertumbuhan otak bayi dapat menyebabkan kelainan yang memengaruhi transmisi sinyal otak. Infeksi, demam, trauma, atau perubahan gen (mutasi) dapat menyebabkan otak berkembang secara tidak normal.

Baca Juga: Makanan Terbaik untuk Perkembangan Otak Bayi dalam Kandungan

 

Sumber
Centers for Disease Control and Prevention. (2019). What are Jaundice and Kernicterus?. www.cdc.gov
Frontiers in Neuroscience. (2018). Role of Prenatal Hypoxia in Brain Development, Cognitive Functions, and Neurodegeneration. www.frontiersin.org
National Center for Biotechnology Information. (2007). Preterm Birth: Causes, Consequences, and Prevention. www.ncbi.nlm.nih.gov
National Institute of Child Health and Human Development. (2016). What causes cerebral palsy?. www.nichd.nih.gov
Neuropsychopharmacology. (2014). Developmental Consequences of Fetal Exposure to Drugs: What We Know and What We Still Must Learn. www.nature.com