Ketahui Gejala Hipertensi Sekunder dan Cara Mengobatinya

Ketahui Gejala Hipertensi Sekunder dan Cara Mengobatinya

Penulis: Justina | Editor: Ratna

Ditinjau oleh: dr. Putri Purnamasari 

Terakhir ditinjau: 17 April 2023

 

Hipertensi sekunder yaitu hipertensi atau tekanan darah tinggi yang disebabkan karena penyakit atau kondisi medis lainnya. Tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi di mana jumlah tekanan darah di pembuluh darah lebih tinggi daripada biasanya.

Tekanan darah tinggi yang tidak diketahui penyebabnya disebut dengan hipertensi esensial atau primer, sedangkan hipertensi sekunder memiliki penyebab yang diketahui. Hipertensi sekunder jarang terjadi, hanya terjadi pada 5 sampai 10 persen dari populasi.

Baca Juga: Berbagai Klasifikasi Hipertensi yang Wajib Dipahami

Penyebab Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder merupakan tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh penyakit atau gangguan kesehatan yang lain. Ada banyak kondisi atau penyakit yang berbeda yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder, yaitu:

1. Penyakit Ginjal

Cedera pada ginjal atau arteri yang terlalu sempit dapat menyebabkan suplai darah yang buruk ke organ ginjal. Hal ini dapat memicu produksi hormon renin menjadi lebih tinggi. Renin dapat menyebabkan produksi zat seperti molekul protein angiotensin II di dalam tubuh sehingga dapat meningkatkan tekanan darah.

2. Penyakit Adrenal

Kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal ini berfungsi untuk memproduksi dan mengatur hormon. Jika ada masalah terkait kelenjar tersebut, maka hormon di dalam tubuh menjadi tidak seimbang dan menyebabkan berbagai kondisi seperti pheochromocytoma, sindrom Conn, dan sindrom Cushing.

3. Hiperparatiroidisme

Jika mengalami kondisi ini, maka kelenjar paratiroid akan memproduksi hormon yang mengatur kadar kalsium dalam darah secara berlebihan dan menyebabkan tekanan darah inti.

4. Masalah Tiroid

Fungsi kelenjar tiroid yang abnormal juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.

5. Koarktasio atau Penyempitan Aorta

Kondisi ini melibatkan terjadinya pengencangan aorta yang dapat membatasi aliran darah normal.

6. Obstructive Sleep Apnea (OSA)

Kondisi ini akan menyebabkan seseorang sering terbangun dari tidur dan berhenti napas selama tidur karena terjadi gangguan di saluran udara bagian atas.

Efek samping dari penggunaan jenis obat-obatan tertentu juga dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Berikut obat-obatan yang dimaksud.

  • Obat pil KB atau kontrasepsi hormonal
  • Obat inflamasi non steroid (NSAID)
  • Obat untuk melangsingkan tubuh
  • Antidepresan
  • Stimulan
  • Penekan sistem kekebalan tubuh
  • Dekongestan

Gejala Hipertensi Sekunder

Gejala hipertensi sekunder dapat bervariasi tergantung dari jenis kondisi atau penyakit yang menyebabkan tekanan darah tinggi. Berikut beberapa gejala yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan yang menyebabkan tekanan darah tinggi.

  • Pheochromocytoma: tubuh menjadi berkeringat, peningkatan frekuensi, detak jantung meningkat, sakit kepala, cemas.
  • Sindrom Cushing: berat badan bertambah, tubuh terasa lemah, pertumbuhan rambut di tubuh tidak normal, tidak menstruasi, muncul guratan warna ungu pada kulit perut.
  • Masalah tiroid: tubuh terasa lelah, berat badan menjadi bertambah atau menurun, tidak bisa tahan terhadap panas atau dingin.
  • Sindrom Conn atau aldosteronisme primer: tubuh menjadi lemah karena rendahnya kadar kalium dalam tubuh.
  • Obstructive Sleep Apnea: kelelahan secara berlebihan atau mengantuk di siang hari, mendengkur, dan berhenti bernapas saat tidur.

Diagnosis dan Pengobatan Hipertensi Sekunder

Petugas kesehatan akan berfokus untuk memeriksa gejala dan tanda-tanda kondisi yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Tanda-tanda fisik dapat meliputi:

  • Perubahan berat badan.
  • Penumpukan cairan atau pembengkakan pada tubuh.
  • Pertumbuhan rambut menjadi tidak normal.
  • Muncul stretch mark pada kulit perut.
  • Terdapat aliran darah yang tidak normal ke ginjal.

Tes darah juga dapat dilakukan, seperti:

  • Tes kreatinin untuk memeriksa fungsi organ ginjal.
  • Tes kadar kalsium dan kadar kalium dalam darah.
  • Tes fungsi tiroid.

Tes pencitraan juga dapat dilakukan, seperti:

  • Ultrasonografi ginjal untuk memeriksa ukuran dan aliran darah.
  • CT scan untuk memeriksa kelenjar adrenal atau arteriogram untuk melacak aliran darah ke ginjal.

Setelah didiagnosis, petugas kesehatan akan memberikan saran pengobatan tergantung kondisi sekunder yang dialami. Hal ini karena hipertensi sekunder akan berlangsung selama masih memiliki kondisi sekunder.

Selain itu, dokter atau petugas kesehatan mungkin juga akan memberikan beberapa tips untuk mengendalikan darah tinggi seperti:

  • Konsumsi makanan sehat yang rendah sodium.
  • Berolahraga secara teratur.
  • Menghindari merokok.
  • Menjaga agar berat badan tetap sehat.
  • Membatasi alkohol.

Jika hipertensi sekunder disebabkan karena tumor, maka perlu dilakukan pembedahan. Sedangkan jika hipertensi sekunder disebabkan karena ketidakseimbangan hormon dan kondisi lain, maka pengobatan dapat dilakukan untuk mengobati hipertensi sekunder.

Baca Juga: Ketahui Penyebab Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Sumber

Cleveland Clinic. (2019). Secondary Hypertension. clevelandclinic.org

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Klasifikasi Hipertensi. p2ptm.kemkes.go.id

Mayo Clinic. Secondary Hypertension. mayoclinic.org

WebMD. (2021). Secondary Hypertension. webmd.com