Ketahui Faktor Risiko Hipospadia dan Gejalanya

Ketahui Faktor Risiko Hipospadia dan Gejalanya

Penulis: Justina | Editor: Ratna

Ditinjau oleh: dr. Tommy

Terakhir ditinjau: 24 Oktober 2022

 

Hipospadia adalah suatu kondisi di mana bayi mengalami cacat lahir pada uretra yang tidak berkembang baik di penis. Uretra sendiri merupakan saluran yang bertugas untuk menyalurkan urin dan sperma melalui penis agar keluar dari tubuh.

Akan tetapi, kondisi ini sering terjadi, dan tidak menimbulkan kesulitan dalam merawat bayi. Untuk mengobatinya, biasanya dilakukan tindakan pembedahan untuk mengembalikan penampilan normal penis bayi.

Jika pengobatannya berhasil, maka bayi akan bisa melakukan buang air kecil secara normal, dan selanjutnya ketika sudah dewasa juga memiliki sistem reproduksi yang normal.

Baca Juga: Kenali Gejala Peradangan Orchitis pada Penis

Gejala Hipospadia

Jika bayi mengalami kondisi tersebut, maka lubang uretranya akan terletak di bagian bawah penis, dan bukan di ujungnya. Dalam kebanyakan kasus, pembukaan uretra justru berada di dalam kepala penis.

Untuk kasus yang lebih jarang, lubang uretra ada yang berada di tengah atau pada pangkal penis. Sedangkan untuk kasus yang jarang terjadi, lubang uretra bisa berada di dalam atau di bawah skrotum.

Tanda dan gejala hipospadia yaitu:

  • Pembukaan uretra yang berlokasi di selain ujung penis.
  • Chordee, yaitu suatu kondisi di mana penis melengkung ke bawah.
  • Testis tidak turun, salah satu testis tidak sepenuhnya turun ke dalam skrotum (bisa terjadi pada sekitar 10% kasus).
  • Kulup belum berkembang, kulit yang menutupi kepala penis tidak lengkap, atau penis tampak tertutup karena hanya bagian atas penis yang ditutupi oleh kulup. Oleh karena itu, bayi dengan hipospadia sebaiknya tidak disunat.
  • Buang air kecil menjadi tidak normal, yaitu urine tidak menyembur dalam aliran yang lurus.

Penyebab Hipospadia

Hipospadia dapat terjadi saat lahir atau kondisi bawaan. Ketika janin laki-laki sedang terjadi perkembangan penis, maka hormon tertentu akan merangsang pembentukan uretra dan kulup.

Jika terjadi malfungsi pada hormon-hormon tersebut, maka uretra dapat berkembang secara tidak normal. Akan tetapi pada kebanyakan kasus, penyebab pasti masih belum diketahui.

Terkadang, gangguan ini bersifat genetik, tetapi lingkungan juga dapat berperan menimbulkan kelainan tersebut.

Faktor Risiko Hipospadia

Meskipun penyebab kondisi ini biasanya tidak diketahui, terdapat beberapa faktor risiko hipospadia seperti berikut ini.

  • Sejarah Keluarga. Kondisi ini lebih sering terjadi pada bayi yang memiliki riwayat keluarga hipospadia.
  • Genetika. Variasi adanya gen tertentu dapat berpengaruh terhadap gangguan hormon yang bisa merangsang pembentukan alat kelamin pria.
  • Ibu Hamil di Usia 35 Tahun. Diketahui, risiko terjadinya kelainan seperti hipospadia pada bayi laki-laki yang lahir akan meningkat saat ibunya hamil pada usia lebih dari 35 tahun.
  • Paparan Zat Tertentu Saat Hamil. Ada beberapa spekulasi mengenai keterkaitan antara kondisi hipospadia dan ibu hamil yang terpapar zat tertentu seperti pestisida atau bahan kimia industri. Akan tetapi, penelitian mengenai hal tersebut masih diperlukan lebih lanjut untuk mengonfirmasi hal tersebut.

Komplikasi Hipospadia

Jika hipospadia tidak diobati, dapat menyebabkan hal sebagai berikut:

  • Penampilan penis yang tidak normal
  • Kesulitan saat harus menggunakan toilet
  • Kelengkungan penis menjadi tidak normal saat ereksi
  • Timbul masalah yaitu gangguan ejakulasi

Perawatan atau pengobatan untuk mengatasi hipospadia tergantung pada jenis kelainan yang dimiliki anak laki-laki. Akan tetapi, sebagian besar kasus hipospadia tetap memerlukan tindakan pembedahan untuk memperbaiki kelainan tersebut.

Pengobatan Hipospadia

Hipospadia biasanya didiagnosis melalui pemeriksaan fisik setelah bayi lahir. Tujuan dari perbaikan atau pengobatan hipospadia adalah agar penis menjadi lurus dengan uretra di tempat yang tepat, yaitu di ujung penis.

Bayi dengan hipospadia juga tidak boleh disunat. Dokter bedah dapat menggunakan kulit ekstra dari kulup yang tidak disunat untuk melakukan perbaikan.

Selama operasi, ahli urologi akan melakukan hal sebagai berikut:

  • Meluruskan batang penis
  • Membuat lubang uretra baru
  • Memposisikan lubang uretra di ujung penis
  • Merekonstruksi kulup

Jika diperlukan tindakan pembedahan, pada umumnya hal tersebut akan dilakukan saat anak laki-laki sudah berusia antara 3-18 bulan. Dalam beberapa kasus, operasi dilakukan secara bertahap.

Beberapa perbaikan yang dilakukan selama tindakan pembedahan termasuk menempatkan lubang uretra di tempat yang tepat, memperbaiki lekukan pada penis, dan memperbaiki kulit pada sekitar lubang uretra.

Hal ini disebabkan karena dokter mungkin perlu untuk menggunakan kulup guna melakukan beberapa perbaikan, oleh karena itu bayi laki-laki dengan kelainan hipospadia tidak boleh disunat.

Baca Juga: Gangguan Fimosis pada Penis

Sumber

CDC. (2020). Facts about Hypospadias. www.cdc.gov

Cleveland Clinic. Hypospadias. my.clevelandclinic.org

Mayo Clinic. Hypospadias. www.mayoclinic.org

WebMD. What is Hypospadias?. www.webmd.com