Kenali Lebih Jelas, 3 Perbedaan Dasar Gangguan OCD dan OCPD

Kenali Lebih Jelas, 3 Perbedaan Dasar Gangguan OCD dan OCPD

Penulis: Meimei | Editor: Umi

Kebanyakan orang masih kerap kesulitan membedakan antara gangguan obsesif-kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder / OCD) dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif (Obsessive Compulsive Personality Disorder / OCPD).

Sekilas keduanya terdengar sama, tetapi ada perbedaan besar dari 2 jenis gangguan ini. Perbedaanya meliputi kecenderungan tindakan penderita, kesadaran diri, dan aspek yang terpengaruh. Sebaliknya, keduanya juga memiliki kesamaan misalnya, dalam hal pikiran obsesif yang sulit dikendalikan serta kebutuhan untuk menenangkan diri.

Dua jenis penyakit ini membutuhkan perawatan terus-menerus dan pemahaman dari orang di sekitarnya. Karena itu, sangat penting untuk mengetahui perbedaannya agar bisa menyikapinya dengan lebih tepat.

Baca Juga: Waspadai Ciri-Ciri Psikopat dan Ketahui Penyebabnya

Apa itu OCD?

OCD adalah kondisi kesehatan mental di mana seseorang memiliki pikiran yang berulang dan tidak terkendali (obsesi) dan / atau perilaku (kompulsif) sehingga penderitanya merasakan dorongan untuk mengulanginya terus-menerus.

Sekitar 2% populasi menderita OCD. Sekitar setengahnya, gejala muncul selama masa anak-anak atau remaja. Kondisi ini jarang terjadi setelah usia 40 tahun.

Seseorang dengan OCD mungkin memiliki gejala obsesi, kompulsi, atau keduanya. Gejala tersebut bisa mengganggu penderita OCD untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Obsesi adalah pikiran, gambaran, atau dorongan mental berulang yang menyebabkan kecemasan. Gejalanya termasuk:

  • Takut pada kuman atau kontaminasi.
  • Pikiran tabu atau terlarang yang tidak diinginkan, yang melibatkan seks, bahaya, atau agama.
  • Pikiran agresif terhadap orang lain atau diri sendiri.
  • Memiliki segala sesuatunya simetris atau dalam urutan yang sempurna.

Sedangkan Kompulsi adalah perilaku berulang yang dirasakan oleh penderita OCD sebagai respons terhadap pikiran obsesif. Perilaku kompulsi umumnya meliputi:

  • Mencuci tangan yang berlebihan.
  • Mengatur dan mengurutkan sesuatu dengan cara tertentu dan tepat.
  • Berulang kali memeriksa apakah pintu terkunci atau kompor mati.

Apa itu OCPD?

OCPD adalah gangguan kepribadian yang ditandai dengan kesempurnaan, keteraturan, dan kerapian yang ekstrem.

Penderita OCPD biasanya menunjukkan beberapa ciri kepribadian berikut:

  • Membuat daftar secara berlebihan, bahkan sampai ke detail kecil.
  • Perfeksionis.
  • Enggan berbagi tugas, kecuali orang yang bekerja dengan mereka setuju untuk melakukannya persis seperti yang mereka minta.
  • Bersikap kaku, mengikuti ketat kode moral dan etika pribadi tanpa memahami orang lain.
  • Menunjukkan perilaku menimbun, seperti menolak membuang barang.

Baca Juga: Gejala dan Penyebab Paling Umum Gangguan Bipolar

Perbedaan OCD dan OCPD

Minimnya pemahaman akan kesehatan mental membuat masyarakat awam masih terus kesulitan membedakan dua keluhan ini. Padahal sebenarnya amat mudah mengetahui keduanya dengan memperhatikan beberapa detail kecil.

Untuk lebih jelasnya, ada 3 hal yang bisa dijadikan patokan untuk mengetahui perbedaan antara keduanya.

1. Pola Perilaku

Gangguan obsesif-kompulsif (OCD) merupakan penyakit mental yang awalnya dikategorikan sebagai bagian dari kecemasan. Namun, Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental kemudian mengkategorikannya sebagai keluhan terpisah.

Penderita OCD biasanya merasakan kecenderungan obsesi dan kompulsi yang mengganggu aktivitas hariannya. Kedua pikiran ini ada kaitannya sebagai upaya untuk mengurangi kecemasan yang dirasakannya.

Kondisi ini biasanya juga disertai dengan gangguan tubuh-dysmorphic (kecemasan terhadap kekurangan pada penampilan fisik), kebiasaan menimbun barang, dan trikotilomania (kelainan mencabuti rambut sendiri).

Dibandingkan OCD, OCPD belum terlalu dikenal oleh masyarakat luas sehingga kerap disalahartikan. Padahal gangguan kepribadian ini bisa berdampak lebih buruk pada kehidupan seseorang.

Seseorang dengan OCPD akan terobsesi untuk mengontrol berbagai hal di hidupnya hingga ke detail terkecil. Obsesi berlebihan ini mencakup kedisiplinan, kontrol, dan perfeksionisme.

Demi kata sempurna, penderita OCPD rela mengorbankan fleksibilitas dan peluang untuk mencoba hal baru. Kecenderungan yang kaku ini juga menyulitkan hubungan sosial yang mereka jalin dengan orang di sekitarnya.

Perilaku ini juga bertahan dalam jangka panjang dan kerap diartikan sebagai ciri khas pribadi tersebut. Hal ini pula yang menyulitkan proses penanganan kesembuhan OCPD.

2. Kesadaran tentang Perilakunya

Penderita OCD tidak bisa mengontrol diri, tetapi menyadari gangguannya ini. Sayangnya, kesadaran tersebut juga kerap jadi sumber stres yang dialami dan memicu gejalanya.

Gangguan OCD biasanya muncul secara bertahap dan bisa bertahan jika tidak ditangani dengan baik. Perilaku obsesif sering kali dipicu pikiran terus-menerus mengenai hal yang agresif, ketakutan tertentu, kebersihan, dan berbagai tema sensitif di hidupnya.

Sebaliknya, perilaku kompulsif dilakukan untuk menghilangkan kecemasan penderitanya. Misalnya dengan memeriksa pintu berulang, menghitung uang, atau membersihkan sesuatu terus-menerus.

Di sisi lain, seseorang dengan OCPD percaya bahwa tindakan mereka itu memiliki tujuan yang benar. Biasanya kecenderungan ini muncul ketika usia remaja dan berkembang seiring pertambahan usia.

Perilaku itu tidak disadari sebagai sesuatu yang salah, tetapi dianggap memiliki nilai positif. Kebanyakan penderita OCPD beranggapan bahwa sikap mereka mendukung kesuksesannya baik di dunia kerja atau pendidikan.

Karena itu, gangguan OCPD sulit dideteksi sejak dini karena dianggap sebagai perilaku yang fokus pada detail. Hal ini pula yang menyebabkan penderita OCPD kerap menghindar untuk mendapatkan bantuan dari tenaga ahli.

3. Konsistensi

Gejala yang dialami oleh penderita kedua gangguan ini bisa menjadi pembeda yang sangat mendasar. Perilaku OCD datang dan pergi seiring dengan kecemasan yang dialaminya.

Sementara itu, gangguan OCPD bertahan dalam jangka panjang dan lebih konsisten.  Karena itu, menjalin hubungan dengan penderita OCPD akan terasa lebih menyulitkan karena terus-menerus merasa dimanipulasi, mengecewakan, dan penuh amarah.

Baca Juga: Ketahui 5 Macam Gangguan Jiwa yang Umum Terjadi

Sumber

National Institute of Mental Health. (2019). Obsessive-Compulsive Disorder. www.nimh.nih.gov

The Recovery Village. Obsessive-Compulsive Personality Disorder vs. OCD. www.therecoveryvillage.com

Verywell Mind. (2021). What Is Obsessive-Compulsive Personality Disorder?. www.verywellmind.com