Kenali Gejala Peradangan Perut Peritonitis dan Penyebabnya

Kenali Gejala Peradangan Perut Peritonitis dan Penyebabnya

Penulis: Lely | Editor: Ratna

Ditinjau oleh: dr. R.A Adaninggar Primadia Nariswari Sp.PD

Terakhir ditinjau: 28 Oktober 2022

 

Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum, merupakan jaringan yang melapisi dinding bagian dalam perut dan menutupi serta menopang sebagian besar organ-organ dalam perut Anda. Peradangan terjadi umumnya akibat oleh infeksi bakteri atau jamur. Hal ini dapat juga akibat oleh cedera perut, kondisi medis lain yang mendasari, dan perangkat kesehatan seperti kateter dialisis atau selang makanan.

Peritonitis merupakan kondisi serius yang membutuhkan perawatan medis segera. Pengobatan bentuk antibiotik intravena (IV) sangat diperlukan untuk mengobati infeksi. Pembedahan juga mungkin Anda perlukan untuk mengangkat jaringan yang terinfeksi agar tidak menyebar dan mengancam jiwa.

Baca Juga: Ketahui Sakit Perut Berdasarkan Penyebabnya

Gejala

Peritonitis diawali dengan menurunnya nafsu makan, mual, dan sakit perut berubah menjadi parah dan rasa sakitnya terus menerus yang semakin buruk jika melakukan gerakan apapun. Gejala lainnya bervariasi tergantung pada penyebab infeksi Anda. Tanda dan gejala lain yang mungkin muncul meliputi:

  • Perut kembung
  • Mual dan muntah
  • Diare
  • Sembelit
  • Demam
  • Susah buang angin atau buang air besar
  • Kehilangan nafsu makan
  • Haus yang berlebihan
  • Kelelahan
  • Penurunan keluarnya urin
  • Asites, penumpukan cairan pada rongga perut

Penyebab

Infeksi pada peritonitis dapat terjadi karena berbagai alasan. Dalam kebanyakan kasus, penyebabnya adalah adanya luka (perforasi) pada dalam dinding perut. Meskipun hal tersebut jarang terjadi, kondisi ini bisa berkembang tanpa perforasi.  Penyebab umum robekan yang menyebabkan peritonitis meliputi:

  • Prosedur medis, seperti dialisis peritoneal, adalah cuci darah melalui perut. Metode ini menggunakan tabung (kateter) untuk mengeluarkan limbah dari darah, ketika ginjal Anda tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik. Infeksi bisa terjadi saat melakukan proses cuci darah, karena lingkungan yang tidak bersih, kebersihan yang buruk, atau peralatan yang terkontaminasi. Peritonitis juga dapat tumbuh akibat komplikasi dari operasi gastrointestinal (pendarahan saluran pencernaan), penggunaan selang makanan, atau prosedur untuk mengeluarkan cairan dari perut Anda. Namun, kasus ini jarang terjadi pada prosedur kolonoskopi dan endoskopi.
  • Apendiks yang pecah, tukak lambung, atau robekan pada dinding usus besar akibat tusukan. Salah satu dari kondisi tersebut dapat memungkinkan bakteri untuk masuk ke peritoneum melalui lubang pada saluran pencernaan.
  • Pankreatitis adalah peradangan pada pankreas yang semakin parah karena infeksi, sehingga menyebabkan peritonitis jika bakteri mulai menyebar ke luar organ pankreas.
  • Divertikulitits merupakan infeksi kantong kecil yang menggembung pada saluran pencernaan (divertikulosis). Kondisi ini dapat mengakibatkan peritonitis, jika salah satu kantung tersebut pecah dan limbah yang ada pada usus bocor ke dalam rongga perut.
  • Trauma atau cedera yang dapat menyebabkan peritonitis karena bakteri atau bahan kimia dari bagian tubuh seperti, cairan empedu atau darah yang dapat masuk ke peritoneum.

Peritonitis yang berkembang tanpa ruptur perut (lapisan tipis pada perut) biasanya merupakan bagian dari penyakit hati, seperti sirosis. Sirosis adalah kerusakan sel-sel organ hati yang membentuk jaringan parut yang dapat menyebabkan penumpukan cairan dalam jumlah yang besar pada rongga perut. Serta penumpukan cairan tersebut rentan terhadap infeksi bakteri.

Diagnosis

Untuk mendiagnosisnya, tenaga medis akan melakukan beberapa pemeriksaan terkait dengan riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik. Ketika peritonitis dikaitkan dengan dialisis peritonitis (cuci darah melalui perut), tanda, dan gejala. Terutama jika cairan dialisis keruh, kemungkinan cukup bagi dokter Anda untuk mendiagnosis kondisi tersebut.

Dalam beberapa kasus peritonitis lainnya, infeksi mungkin akibat oleh kondisi medis lain atau akibat dari penumpukan cairan pada rongga perut, dokter Anda mungkin akan merekomendasikan beberapa tes berikut, antara lain:

Tes darah

Pengecekan sampel darah ke laboratorium bertujuan untuk memeriksa jumlah sel darah putih tinggi. Selain itu, dokter juga melakukan metode kultur darah. Metode pemeriksaan ini berfungsi untuk mendeteksi adanya bakteri atau mikroorganisme dalam dalam darah.

Ultrasonografi

Metode menggunakan sinar-X bertujuan untuk memeriksa lubang atau perforasi lain yang ada pada saluran pencernaan Anda. Dalam beberapa kasus, CT-scan juga dapat menjadi salah satu pilihan.

Analisis cairan peritoneal

Paracentesis merupakan metode dengan menggunakan jarum tipis. Dokter akan mengambil sampel cairan pada peritoneum Anda, terutama jika Anda adalah seorang penderita penyakit hati yang mengharuskan untuk cuci darah lewat perut (dialisis peritoneal). Jika Anda menderita peritonitis, pemeriksaan cairan ini mungkin dapat menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih, yang biasanya menjadi tanda adanya infeksi atau pembengkakan.

Baca Juga: Cara Mengatasi Flu Perut (Gastroenteritis)

Sumber

Mayo Clinic. (2020). Peritonitis. www.mayoclinic.org

Web MD. (2019). Peritonitis. www.webmd.com

Healthline. (2018). Peritonitis. www.healthline.com

Medical News Today. (2017). Everything you need to know about peritonitis. www.medicalnewstoday.com

MedicineNet. (2020). Peritonitis. www.medicinenet.com