Memahami Lebih Dalam tentang Kekerasan Seksual dan Pencegahannya
By: Opie
Categories:
Memahami Lebih Dalam tentang Kekerasan Seksual dan Pencegahannya
Penulis: Anggita | Editor: Opie
Ditinjau oleh: dr. Tommy
Terakhir ditinjau: 6 Februari 2023
Kekerasan seksual adalah fenomena menggunung di Indonesia yang sering diabaikan. Padahal, kekerasan seksual memiliki dampak yang besar bagi korban dan penyitasnya.
Pelajari apa makna, jenis, dampak, serta bagaimana cara menghadapi kekerasan seksual pada penjelasan di bawah ini.
Baca Juga: Berbagai Macam Kekerasan Rumah Tangga dan Cara Menyikapinya
Memahami Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual merupakan berbagai bentuk pemaksaan tindakan, ancaman, atau penipuan seksual kepada orang lain.
Kekerasan seksual tidak hanya menyerang wanita, namun juga kelompok lain seperti pria, anak-anak, serta kelompok gender lainnya.
Tak jarang pelaku berasal dari lingkungan terdekat Anda sendiri atau orang-orang yang Anda kenali.
Bentuk Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual mencakup berbagai macam bentuk kekerasan, seperti:
- Pelecehan seksual
- Kekerasan psikologis atau emosional
- Pemerkosaan
- Prostitusi atau bentuk eksploitasi seksual lainnya
- Serangan seksual pada anak
- Pernikahan paksa
- Pernikahan anak
- Incest
- Menyentuh atau memegang bagian tertentu orang lain tanpa izin
- Menunjukkan kelamin atau telanjang di depan orang lain tanpa izin
- Masturbasi di tempat umum
- Menguntit
Selain bentuk-bentuk kekerasan di atas, masih ada bentuk kekerasan seksual lainnya. Misalnya kekerasan seksual yang terjadi karena penggunaan obat-obatan atau konsumsi alkohol.
Dampak Kekerasan Seksual
Setiap korban pelecehan seksual menghadapi masalahnya dengan cara yang berbeda-beda.
Ada yang berani melaporkan hal yang terjadi padanya pada pihak lain, namun tak jarang pula yang memilih untuk tetap diam.
Meski demikian, efek kekerasan seksual pada seseorang dapat terasa pada keseharian korban dan bisa memengaruhi perilaku sehari-hari korban.
Lebih buruknya lagi, dampak ini dapat terasa hingga jangka waktu yang lama.
Kekerasan seksual seringkali disepelekan oleh orang yang belum paham, padahal kekerasan seksual memiliki efek berlapis, yakni efek yang terjadi pada fisik, psikologis, hingga emosional korban atau penyintas.
Berikut adalah sejumlah dampak yang dapat terjadi pada korban dan penyitas kekerasan seksual:
- Dampak fisik
- Cedera fisik
- Kehamilan tak terduga
- Infeksi menular seksual
- Perubahan pada pola tidur
- Ketakutan akan keamanan fisik
- Respons kaget meningkat
- Dampak psikologis
- Fobia
- Kecemasan
- Depresi
- Sulit berkonsentrasi
- Gangguan stres pasca trauma
- Flashback
- Mimpi buruk
- Menurunnya kepercayaan diri
- Gangguan makan
- Penggunaan atau penyalahgunaan zat
- Dampak emosional:
- Rasa malu
- Terkejut
- Menyalahkan diri sendiri
- Penyesalan
- Ketakutan
- Tidak percaya pada orang lain
- Sedih
- Bingung
- Marah
- Mati rasa
- Kerentanan
- Mengisolasi diri
- Penyangkalan
Baca Juga: Tips Mengajarkan Anak tentang Pendidikan Seksual
Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual
Ada banyak cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah serta menghentikan rantai kekerasan seksual.
Berikut adalah beberapa cara mudah yang bisa Anda coba sebagai usaha preventif dan penanganan.:
- Tidak menyalahkan korban
Korban atau penyintas kekerasan seksual sering menjadi sasaran empuk untuk disalahkan.
Padahal, korban berisiko mengalami dampak besar yang juga bisa mempengaruhi hidupnya.
Selain itu, tidak sedikit korban yang memilih untuk tak melaporkan kekerasan seksual yang terjadi padanya, dengan berbagai macam alasan. Berikut adalah beberapa contoh alasan tersebut:
- Malu
- Khawatir tidak dipercaya publik
- Takut diserang kembali
- Mendapat tekanan dari luar
- Yakin bahwa korban hanya memiliki sedikit bukti
- Hukum yang tidak adil
- Rasa ingin melindungi pelaku
Untuk itu, sangat penting bagi Anda untuk menaruh kepercayaan kepada korban tindakan kekerasan seksual, serta fokus pada perasaannya.
Anda juga bisa mencoba untuk membiarkan korban mengambil keputusannya sendiri dan memposisikan diri sebagai pendengar yang baik.
- Berhenti mengobjektifikasi korban dan sadari bahwa korban tak selalu perempuan
Ketika membaca berita tentang korban kekerasan seksual, pernahkah Anda berpikir “Pantas ia jadi korban kekerasan seksual, pakaiannya saja terlalu seksi.“, atau “Aneh, mana mungkin laki-laki jadi korban kekerasan seksual. Tubuh laki-laki kan lebih kuat daripada perempuan“?
Berbagai tindakan objektifikasi terhadap perempuan dan laki-laki dapat bermacam-macam dan terkadang dilakukan tanpa kita sadari.
Dari mulai melakukan catcalling, memandangi bagian tubuh tertentu, berkomentar tentang penampilannya, atau bahkan melakukan kekerasan fisik seperti menyentuh bagian tubuh tertentu tanpa izin.
Objektifikasi terhadap seseorang baik wanita atau pria masih banyak dilakukan.
Tindakan yang demikian bisa memunculkan rasa maklum terhadap tindakan pelecehan seksual tanpa mengetahui konsekuensinya. Hal ini pun bisa membuat kekerasan seksual semakin mengakar jika terus dibiarkan.
- Pahami bahwa diam bukan berarti menikmati
Korban sering disalahkan dan dianggap tidak bertindak saat kekerasan seksual terjadi. Misalnya, ketika pelaku melecehkan korban, korban justru tak melawan dan hanya terdiam tanpa tindakan apapun.
Padahal, orang yang mengalami tindakan pelecehan akan sangat sulit untuk melawan pelaku.
Untuk itu, hindari menuduh korban menikmati tindakan pelecehan yang terjadi kepadanya.
- Kenali berbagai bentuk hubungan sehat
Kekerasan seksual bisa dilakukan oleh pasangan sendiri atau lingkungan terdekat.
Biasanya, kekerasan muncul ketika seseorang menjadi rentan dalam hubungan yang tak sehat.
Supaya kekerasan seksual tak terjadi, Anda perlu mempelajari bagaimana saja bentuk hubungan yang sehat dan mana yang sebaiknya tidak Anda jalani.
Berikut adalah poin-poin yang ada di dalam hubungan yang sehat:
- Adanya rasa saling percaya
- Adanya kejujuran dan keterbukaan
- Adanya sikap saling menghormati
- Adanya kasih sayang yang seimbang
- Adanya kebiasaan berkomunikasi yang baik
- Adanya sikap saling mengalah serta sikap memberi dan menerima yang seimbang
Sebaliknya, berikut adalah sejumlah pertanda ketika Anda sedang berada di dalam hubungan yang tidak sehat:
- Adanya upaya untuk mengendalikan perilaku pasangan
- Salling menghindar
- Takut untuk berpendapat
- Adanya paksaan untuk berhenti untuk melakukan hobi yang positif
- Mengkritik apa yang pasangan lakukan, dengan siapa pasangan menghabiskan waktu, bagaimana pasangan berpakaian, dll.
- Merasa harus mengubah siapa diri pasangan
- Merasa menghabiskan waktu bersama adalah kewajiban
- Kurangnya keadilan saat menyelesaikan konflik
- Kurangnya privasi
- Mengabaikan kebutuhan pribadi pasangan
- Komunikasi yang buruk
- Kontrol yang tidak setara atas benda milik bersama, termasuk uang dan transportasi
- Kebiasaan berteriak
Catatan Penting
Jika Anda mengalami dan mengenal seseorang yang mengalami kekerasan seksual, segera hubungi Sahabat Perempuan dan Anak milik Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, melalui hotline Whatsapp 08211-129-129.
Baca Juga: Kenali Lebih Jauh Tentang Trauma
SumberNational Sexual Violence Resource Center. What is Sexual Violence?. www.nsvrc.org
UNHCR. Support for those experiencing violence – UNHCR Indonesia. help.unhcr.org
Resilience. Impact of Sexual Violence | Resilience. www.ourreselience.org
CDC. (2022). Prevention Strategies|Sexual Violence. www.cdc.gov
Women & Families Center. 10 Ways to Prevent Sexual Violence – Women & Families Center (WFC) in Connecticut. womenfamilies.org
Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak. (2021). KEMEN PPPA : JANGAN TAKUT, LAPORKAN KASUS KEKERASAN SEKSUAL KE HOTLINE LAYANAN SAPA129! www.kemenpppa.go.id
Verywell Mind. (2022). How to Know If You Are In a Healthy Relationship. www.verywellmind.com