Mengenal Hidrosefalus dan Jenisnya

Mengenal Hidrosefalus dan Jenisnya

Penulis: Dita | Editor: Umi

Hidrosefalus merupakan sebuah kondisi yang terjadi ketika cairan otak menumpuk di otak dan menyebabkan pembengkakan. Hidrosefalus secara harfiah berarti “Air di Dalam Otak”. Di Indonesia sendiri, kasus hidrosefalus cukup umum terjadi.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mencatat pada tahun 2013 ada sekitar 14 ribu anak penderita hidrosefalus bawaan (kongenital). Bahkan angka ini terus meningkat dari tahun ke tahun.

Ketika seseorang menderita hidrosefalus, penumpukan cairan dapat menyebabkan kerusakan otak. Dampaknya, penderita bisa mengalami keterbelakangan baik dari segi fisik maupun mental. Sehingga diperlukan berbagai jenis perawatan dan terapi agar tidak menimbulkan komplikasi serius.

Hidrosefalus lebih sering terjadi pada anak-anak dan lansia yang berusia di atas 60 tahun. Namun, mereka yang berusia lebih muda juga bisa mengalaminya.

Baca Juga : Pahami Penyebab dan Gejala Hidrosefalus

Jenis-jenis Hidrosefalus

Berdasarkan klasifikasinya, ada 2 macam hidrosefalus yakni hidrosefalus non obstruktif (atau disebut juga hidrosefalus komunikans) dan hidrosefalus obstruktif (disebut juga hidrosefalus non komunikans).

Keduanya bisa terjadi sejak di dalam kandungan atau setelah kelahiran. Hidrosefalus non obstruktif juga dapat dibagi lagi menjadi hidrosefalus tekanan normal (NPH) dan hidrosefalus ex-vacuo.

1. Hidrosefalus Obstruktif

Hidrosefalus jenis ini terjadi ketika cairan serebrospinal (CSF) menyumbat salah satu atau lebih saluran sempit yang menghubungkan ventrikel (ruang dalam otak yang berisi cairan serebrospinal). Kondisi ini menyebabkan saluran sempit tersebut menjadi tersumbat dan mengakibatkan peningkatan tekanan di dalam tengkorak.

2. Hidrosefalus Non Obstruktif

Kondisi ini terjadi ketika cairan serebrospinal (CSF) pada otak tersumbat setelah keluar dari ventrikel. Hidrosefalus ini juga disebut dengan hidrosefalus komunikans karena cairan serebrospinal masih bisa mengalir di antara ventrikel yang tetap terbuka. Hidrosefalus non obstruktif sendiri dibagi lagi menjadi 2 jenis yakni:

Hidrosefalus Tekanan Normal (Normal Pressure Hydrocephalus/NPH)

Hidrosefalus jenis ini hanya menyerang orang-orang yang berusia 50 tahun ke atas. Kondisi ini dapat terjadi setelah seseorang mengalami cedera, infeksi, perdarahan, atau serangan stroke.

Berbeda dengan jenis hidrosefalus lainnya, NPH berkembang perlahan-lahan karena penyumbatan yang terjadi di area drainase cairan serebrospinal. Prosesnya terjadi secara bertahap yang kemudian menyebabkan penumpukan cairan. Ventrikel yang membesar lalu menekan otak dan menimbulkan berbagai gejala.

Ada gejala yang menyerupai demensia pada pasien Alzheimer. Ada juga yang berupa kesulitan berjalan seperti yang dialami pasien Parkinson. Karena gejalanya yang mirip ini, banyak terjadi kesalahan diagnosis. Untungnya, NPH masih bisa diatasi dengan pengobatan.

Hidrosefalus Ex-Vacuo

Hidrosefalus ex-vacuo terjadi karena kerusakan otak akibat penyakit degeneratif, seperti stroke, Alzheimer, atau trauma. Kondisi ini kemungkinan terjadi penyusutan karena adanya kerusakan pada otak yang dapat menyebabkan jaringan otak menyusut.

Meskipun terdapat lebih banyak cairan serebrospinal dari biasanya dan ada pembesaran ventrikel, tekanan cairan otak bisa meningkat dan bisa juga tidak. Pelebaran ventrikel yang terjadi disebabkan oleh hilangnya jaringan otak.

Selain jenis-jenis di atas, ada beberapa tipe hidrosefalus lain yang juga umum terjadi yakni:

Hidrosefalus Kongenital (Hidrosefalus Bawaan)

Hidrosefalus jenis ini merupakan kondisi hidrosefalus yang terjadi sejak bayi dalam kandungan. Kondisi ini bisa disebabkan oleh infeksi selama kehamilan karena virus (seperti rubella atau gondongan) atau cacat lahir (seperti spina bifida). Hidrosefalus kongenital merupakan salah satu penyebab berbagai masalah disabilitas yang dialami bayi seperti Down syndrome atau tuli.

Hidrosefalus yang Berkembang Setelah Lahir (Acquired Hydrocephalus)

Kondisi ini umumnya terjadi setelah seseorang mengalami stroke, tumor otak, meningitis, atau cedera kepala yang serius.

Selain hidrosefalus, ada kondisi bernama Pseudotumor Cerebri (PTC) yang disebabkan oleh tekanan tinggi dari cairan otak. Kondisi ini disebut dengan tumor otak palsu karena gejalanya mirip tumor atau hidrosefalus.

Perbedaan antara PTC dan hidrosefalus adalah cairan PTC terbungkus dalam ruang ekstraseluler (terletak di sekitar setiap sel otak) bukan di ventrikel. Untuk mendapatkan diagnosis yang tepat, dokter akan menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh.

Baca Juga : Bagaimana Diagnosis dan Pengobatan untuk Hidrosefalus?

 

Sumber

ANA Neurosurgery (2020). Types of Hydrocephalus. www.ana-neurosurgery.com
Healthline (2017). Hydrocephalus (Water in the Brain). www.healthline.com
Hydrocephalus Association (2020). Classification and Causes. www.hydroassoc.org
Medical News Today (2017). What is Hydrocephalus or Water in the Brain? www.medicalnewstoday.com
Universitas Gadjah Mada (2020). INA Shunt: Harapan Medis Penderita Hidrosefalus. pengabdian.ugm.ac.id