Memahami Lebih Jauh Istilah Janin Tidak Berkembang (Blighted Ovum)

Memahami Lebih Jauh Istilah Janin Tidak Berkembang (Blighted Ovum)

Penulis: Silvia | Editor: Umi

Ditinjau oleh: dr. Putri Purnamasari 

Terakhir ditinjau: 31 Januari 2023

 

Bagi seorang wanita yang sudah menikah, memiliki seorang anak merupakan anugerah Tuhan yang paling dinanti-nanti. Karenanya, para calon ibu akan senantiasa menjaga dengan baik anugerah yang ia miliki.

Misalnya saja ketika hamil, para calon ibu tentunya akan melakukan pemeriksaan rutin guna mengetahui perkembangan sang jabang bayi untuk memastikan kesehatan dan tumbuh kembangnya di dalam kandungan.

Dalam ilmu kedokteran, ada sebuah istilah yang erat kaitannya dengan ibu hamil dan cukup menjadi momok menakutkan. Istilah itu disebut dengan blighted ovum atau janin tidak berkembang. Beberapa orang menggambarkan kondisi ini dengan pertumbuhan janin yang lambat. Padahal, janin tidak berkembang artinya tidak ada kehamilan yang terjadi atau kehamilan kosong.

Baca Juga: Janin Aktif Sebelah Kanan, Apakah Berbahaya?

Apa itu Blighted Ovum?

Menurut penjelasan medis, seharusnya sel telur yang telah dibuahi menempel pada dinding rahim seperti yang terjadi pada kehamilan normal. Namun, pada kasus blighted ovum, sel telur tidak berkembang menjadi embrio sehingga menyebabkan keguguran.

Janin tidak berkembang dapat didiagnosis menggunakan ultrasound sekitar minggu ketujuh kehamilan, dengan tanda kantung kehamilan yang lebih kecil dari ukuran normalnya, bahkan pada beberapa kasus janin kosong dan tidak mengandung embrio.

Pada kehamilan normal, sperma akan membuahi sel telur segera mungkin setelah terjadinya ovulasi. Dalam beberapa jam, telur yang telah dibuahi tersebut mulai membelah dan akhirnya membentuk embrio. Implantasi memacu plasenta untuk mulai berkembang dan kadar hormon meningkat. Embrio terus tumbuh dan bisa terlihat sebagai bintik atau calon janin pada USG sekitar minggu kelima sampai keenam kehamilan.

Penyebab Janin Tidak Berkembang

Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari dua pertiga keguguran sel telur yang rusak melibatkan kelainan genetik. Telur yang dibuahi memiliki kromosom ekstra atau kehilangan satu kromosom. Ini berarti, sel telur tidak memiliki campuran materi genetik yang tepat untuk terus berkembang.

Kondisi janin tidak berkembang bisa terjadi begitu dini sehingga sulit dideteksi. Belum jelas kapan kondisi ini paling sering terjadi. Apakah pada kehamilan pertama atau kehamilan berikutnya. Sebagian besar, kasus ini terjadi sekali saja dan tidak terjadi pada kehamilan berikutnya.

Akan tetapi, apabila Anda mengalami lebih dari satu kali janin tidak berkembang, pastikan untuk melakukan tes agar diketahui lebih lanjut penyebab pastinya. Sebab, kondisi ini bisa terjadi karena ketidakseimbangan hormon atau mutasi genetik.

Gejala Janin Tidak Berkembang

Ketika mengalami kondisi blighted ovum, gejalanya akan terasa mirip dengan kehamilan pada umumnya. Banyak orang dengan kondisi blighted ovum mendapatkan hasil tes kehamilan positif dan mengalami gejala, seperti mual di pagi hari, payudara sakit, dan kembung.

Ketika sel telur yang dibuahi gagal berkembang menjadi embrio, kadar hCG mulai turun dan gejala kehamilan akan mulai hilang. Pada titik ini, mulai muncul tanda-tanda keguguran. Berikut beberapa gejala yang muncul jika mengalami blighted ovum:

  • Muncul bercak atau pendarahan berlebihan pada vagina
  • Mengalami kram perut disertai demam
  • Hilang nyeri pada payudara
  • Hasil ultrasonografi (USG) yang tidak normal
  • Menurunnya kadar hCG

Apabila mengalami tanda-tanda di atas, penting untuk segera melakukan pemeriksaan kesehatan dan USG. Jangan ragu untuk memeriksakannya dan mendapatkan perawatan medis. Sebab, jika terlambat mendapatkan penanganan nantinya bisa mengakibatkan perdarahan internal yang akan mengancam keselamatan jiwa.

Baca Juga: Ketahui 6 Gangguan pada Plasenta yang Membahayakan Janin

Mendiagnosis Janin Tidak Berkembang

Pada kasus blighted ovum, tes darah awal dan tes kehamilan biasanya akan menunjukkan bahwa kehamilan berjalan normal. Hal ini disebabkan karena kadar human chorionic gonadotropin (hCG), hormon yang diproduksi oleh plasenta selama kehamilan normal terus meningkat seiring perkembangan plasenta, meskipun embrio tidak ada.

Biasanya, dokter kandungan akan melakukan USG rutin saat kehamilan sekitar 6 minggu. Untuk kehamilan normal, embrio harus terlihat pada masa ini. Namun, pada blighted ovum, kantung kehamilan akan kosong.

Blighted ovum menjadi penyebab paling umum dari keguguran. Para ahli memperkirakan bahwa blighted ovum menyumbang sekitar 50% dari semua keguguran pada trimester pertama. Sekitar 15% dari semua kehamilan berakhir dengan keguguran sebelum 13 minggu kehamilan.

Pengobatan Janin Tidak Berkembang

Ketika mengalami kondisi janin tidak berkembang, dokter akan merekomendasikan prosedur pelebaran dan kuretase (D&C). Prosedur pembedahan ini melibatkan pelebaran serviks disertai pengangkatan isi rahim menggunakan alat melingkar yang disebut kuret. Dilanjuti dengan aspirasi vakum, saat jaringan berlebih akan dihilangkan dengan penyedotan.

Alternatif lainnya adalah menunggu terjadinya keguguran alami. Kondisi ini terkadang membutuhkan waktu berminggu-minggu dan memerlukan dokter untuk memantau prosesnya agar memastikan bahwa semua jaringan di dalam rahim telah dikeluarkan.

Namun, mengambil keputusan untuk mengeluarkan janin yang tidak berkembang bukanlah hal yang mudah bagi para calon ibu. Itu sebabnya, beberapa dari mereka memutuskan untuk mengatasinya dengan pengobatan. Meski demikian, ada pula yang memilih untuk membiarkan keguguran terjadi secara alami.

Baca Juga: Ketahui, Cara Aman Menambah Berat Badan Janin

Sumber

Verywell family. (2020). Understanding blighted ovum. www.verywellfamily.com

What to expect. (2020). What is a blighted ovum?. www.whattoexpect.com 

Web md. (2021). Blighted ovum. www.webmd.com 

Healthline. (2017). What you should know about blighted ovum. www.healthline.com