Gejala dan Penyebab Kehamilan Ektopik

Gejala dan Penyebab Kehamilan Ektopik

Penulis: Emy | Editor: Atsa

Ditinjau oleh: dr. Putri Purnamasari 

Terakhir ditinjau: 23 Oktober 2022

Pada kehamilan normal, sel telur yang telah dibuahi ditanamkan dan berkembang di dalam rahim. Pada kebanyakan kehamilan ektopik, sel telur justru mengendap di saluran tuba. Inilah sebabnya mengapa kehamilan ektopik biasa disebut “kehamilan tuba”. Kondisi ini dapat menyebabkan pendarahan hebat dan membahayakan nyawa ibu. Kondisi tersebut juga tidak dapat membuat janin berkembang hingga melahirkan.

Gejala Kehamilan Ektopik

Beberapa wanita yang mengalami kehamilan ektopik merasakan gejala seperti kehamilan biasa, yaitu mual dan muntah. Bahkan, Jika melakukan tes kehamilan, hasilnya juga akan positif.

Meski begitu, kehamilan ektopik tidak bisa berlanjut seperti biasa. Saat kehamilan semakin besar, tanda dan gejala lainnya menjadi lebih terlihat. Pengidap umumnya akan merasakan gejala sebagai berikut:

  • Pendarahan vagina ringan seperti saat menstruasi dan nyeri panggul
  • Nyeri bahu dan leher
  • Nyeri daerah panggul dan perut
  • Sering muncul keinginan untuk buang air besar
  • Sakit kepala ringan dan pingsan

Segera periksakan diri ke dokter jika Anda memiliki tanda atau gejala seperti yang dijelaskan di atas.

Jika sel telur yang telah dibuahi terus tumbuh di tuba falopi, bisa menyebabkan tuba pecah. Kemungkinan besar akan terjadi pendarahan hebat di dalam perut dan bisa mengancam jiwa.

Penyebab

Kehamilan ektopik bisa terjadi karena beberapa sebab, diantaranya:

  • Menutupnya saluran indung telur karena infeksi, peradangan, atau operasi yang melibatkan saluran indung telur.
  • Jalan sel telur menuju ke dinding rahim yang tertutup (karena infeksi atau peradangan).
  • Perkembangan abnormal dari sel telur  yang menyebabkan hasil pembuahan tidak menempel pada dinding rahim.

Faktor Risiko

Beberapa kondisi bisa mengakibatkan seseorang rentan mengalami kehamilan ektopik, diantaranya:

  • Pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya.
  • Inflamasi dan infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual, seperti gonore dan clamidia.
  • Perawatan kesuburan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita yang menjalani fertilisasi in vitro (IVF) atau pembuahan in vitro, atau sering disebut bayi tabung juga bisa meningkatkan risiko. 
  • Operasi tuba. Pembedahan untuk memperbaiki tuba falopi melibatkan saluran indung telur dapat meningkatkan risiko kehamilan ektopik.
  • Pemilihan alat kontrasepsi. Kemungkinan hamil saat menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim  atau intrauterine device (IUD) jarang terjadi. Namun, jika Anda hamil ketika IUD terpasang, kemungkinan besar menjadi ektopik. 
  • Ligasi tuba, metode kontrasepsi permanen yang biasa dikenal dengan “sterilisasi wanita”, juga meningkatkan risiko kehamilan ektopik jika sampai hamil setelah prosedur ini.
  • Merokok juga meningkatkan risiko, semakin aktif wanita merokok maka semakin tinggi risiko terkena kehamilan ektopik.

Cara Mengatasi Kehamilan Ektopik

Dokter akan melakukan tes yang mencakup tes kehamilan seperti USG untuk melihat rahim dan saluran tuba Anda. Karena sel telur yang telah dibuahi tidak dapat bertahan hidup di luar rahim, dokter perlu mengeluarkannya agar tidak terjadi masalah kesehatan yang serius. Mereka akan menggunakan salah satu dari dua metode, yaitu pengobatan atau operasi, tergantung pada kondisi kehamilan ektopik.

Baca Juga:  Cara Membedakan Flek Kehamilan dan Menstruasi

Sumber

MayoClinic. Ectopic Pregnancy. www.mayoclinic.org

WebMD. Ectopic (Extrauterine) Pregnancy. www.webmd.com

KidsHealth. Ectopic Pregnancy. www.kidshealth.org