Cephalosporin: Ketahui Kegunaan, Efek Samping, dan Dosis Penggunaan

Cephalosporin: Ketahui Kegunaan, Efek Samping, dan Dosis Penggunaan

Penulis: Meimei | Editor: Agnes

Konsumsi obat-obatan menjadi kebutuhan untuk mengobati berbagai penyakit yang dialami. Namun ada berbagai risiko yang harus ditanggung seperti penyalahgunaan obat, bahkan dalam beberapa kasus obat dapat menimbulkan ketagihan. Oleh karena itu, sebaiknya Anda mengenal kandungan yang ada dalam beberapa jenis obat tertentu. Begitu pun dengan pemberian obat antiobiotik seperti celaphosporin.

Obat cephalosporin sering digunakan sebagai antiobiotik. Dokter biasanya akan meresepkan cephalosporin untuk mengatasi keluhan infeksi pada pernapasan, kandung kemih, dan kulit akibat bakteri. Namun, mengonsumsi cephalosporin dalam jangka waktu yang lama juga dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Oleh karena itu, sebaiknya selalu konsultasikan dengan dokter dan tidak disarankan mengonsumsi obat ini tanpa resep dokter.

Baca Juga: Pahami Pengobatan dan Cara Mencegah Kolera

Kegunaan Cephalosporin

Salah satu zat yang sering ditemukan dalam obat sehari-hari ialah cephalosporin atau sefalosporin. Zat antibiotik ini bisa dipakai sebagai bahan baku obat-obatan untuk keluhan infeksi bakteri, seperti infeksi saluran pernapasan, infeksi kulit, dan infeksi saluran kemih.

Selain itu, zat ini juga bisa digunakan untuk mengobati masalah pneumonia dan meningitis. Antibiotik ini kerap dijadikan obat alternatif pada pasien yang alergi dengan penisilin dan jenis antibiotik lainnya.

Sefalosporin tergolong dalam jenis antibiotik beta-laktam, pemberiannya bisa dilakukan secara oral maupun disuntikkan ke pembuluh darah melalui injeksi intravena. Cara pemberiannya berbeda tergantung infeksi yang menjadi keluhan.

Pemberian cephalosporin secara oral diterapkan untuk mengobati infeksi ringan seperti radang tenggorokan. Sementara itu, cephalosporin intravena (IV) digunakan untuk mengobati infeksi yang lebih parah seperti meningitis. Ini karena cephalosporin intravena lebih cepat mencapai jaringan yang bermasalah sehingga lebih efektif dibandingkan cephalosporin oral.

Kebanyakan cephalosporin  diekskresikan dalam urin, sehingga dosisnya harus disesuaikan pada pasien yang memiliki masalah kesehatan pada ginjal. Kelebihan obat ini adalah memiliki tingkat toksisitas yang rendah, spektrum aktivitas yang relatif luas, dan kemudahan pemberian sehingga cenderung aman dikonsumsi.

Obat cephalosporin tersedia dalam beberapa merk dagang. Selain itu, penggunaannya juga disesuaikan dengan jenis kondisi dan keluhan yang Anda alami.

Sejauh ini terdapat lima jenis cephalosporin yang dibuat untuk mengobati penyakit tertentu berdasarkan jenis bakterinya. Hal ini berkaitan dengan perbedaan struktur sel bakteri seperti gram-positif dan gram-negatif. Bakteri gram positif memiliki membran lebih tebal namun lebih mudah ditembus. Sedangkan bakteri gram negatif memiliki selaput yang lebih tipis yang sulit ditembus, membuatnya lebih kebal terhadap beberapa antibiotik.

Baca Juga: Limfadenopati: Diagnosis dan Cara Mengobatinya

Efek Samping Penggunaan Cephalosporin

Cephalosporin sering direkomendasikan oleh tenaga kesehatan karena senyawanya cenderung aman bagi pasien pengidap alergi atau imunitas rendah. Meski demikian, cephalosporin juga memiliki efek samping bagi Anda yang alergi terhadap cephalosporin.

Kasusnya memang jarang ditemukan namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada Anda. Kandungan cephalosporin dapat memberikan efek samping berupa:

  • ruam kulit
  • gatal
  • wajah, tangan, atau kaki membengkak
  • pusing
  • kesulitan bernapas

Jika dibiarkan, keluhan alergi terhadap cephalosporin ini bisa berkembang menjadi lebih serius seperti:

  • muntah
  • kram perut parah
  • diare
  • demam tinggi
  • tubuh lemas
  • kejang
  • buang air besar disertai darah lemas
  • dentang jantung terlalu cepat
  • mata dan kulit menguning
  • sakit tenggorokan terus menerus
  • perubahan jumlah dan warna urin.

Jika Anda mengalami gejala tersebut, segera periksakan diri Anda ke dokter untuk mendapatkan tindakan yang tepat. Terlebih lagi jika reaksi alergi yang dirasakan cenderung parah dan mengkhawatirkan. Segera hentikan penggunaan obat untuk mencegah gejala semakin parah.

Dosis Penggunaan

Cephalosporin merupakan antibiotik yang penggunaannya harus berdasarkan resep dokter. Umumnya, antibiotik ini aman bagi semua orang termasuk ibu hamil. Bahkan banyak dokter yang meresepkannya untuk mengobati Infeksi Saluran Kelamin (ISK) pada ibu hamil.

Namun hal ini tidak berlaku bagi ibu yang sedang menyusui karena dapat berdampak buruk pada bayi. Namun, pastikan untuk memberitahu dokter soal riwayat penyakit dan penggunaan obat lainnya jika Anda sedang terapi obat-obatan tertentu.

Hal ini termasuk masalah ginjal, masalah hati, masalah perut, penggunaan alkohol, dan alergi. Beritahu pula soal termasuk suplemen, vitamin, dan obat-obatan yang dijual bebas agar dokter bisa memastikan keamanannya untuk Anda.

Baca Juga: Tidak Hanya Mengobati Wasir, Ini 9 Manfaat Daun Ungu untuk Kesehatan Tubuh

Sumber

MSD Manual (2020). Cephalosporins. www.msdmanuals.com

Medicine Net. GGeneric Name: Cephalosporins Injections.. www.medicinenet.com

National Library of Medicine. The cephalosporins. www.pumbed.ncbi.nlm.nih.gov 

Healthline (2019). Cephalosporins: A Guide. www.healthline.com

Drugs.com(2018). Next generation cephalosporins. www.drugs.com