Cara Tepat Mencegah Penularan HIV Ibu ke Bayi

Cara Tepat Mencegah Penularan HIV Ibu ke Bayi

Penulis: Dhiya | Editor: Niahappy

Ditinjau oleh: dr. Putri Purnamasari

Terakhir ditinjau: 3 Juli 2020

 

HIV atau Virus Human Immunodeficiency adalah salah satu virus yang disebabkan oleh infeksi HIV. Penyakit HIV dapat tertular melalui hubungan seksual dengan pasangan. Terutama bagi wanita yang sedang hamil atau merencanakan kehamilan sebaiknya harus melakukan tes HIV segera mungkin. Jika Anda dinyatakan positif HIV, Anda perlu berhati-hati karena dapat menularkan HIV kepada bayi selama kehamilan, selama persalinan, atau setelah melahirkan.

Sebagian besar bayi terinfeksi HIV mendapatkan virus selama persalinan. Jika Anda memiliki infeksi HIV, kemungkinan 1 hingga 30 persen akan menularkan HIV kepada bayi. Tergantung tingkat risiko pada kesehatan Anda dan apa yang Anda lakukan untuk menjaga bayi Anda. Sebelum terlambat, ketahui beberapa cara tepat mencegah penularan HIV ibu ke bayi, simak ulasan berikut ini:

Baca Juga : Kenalli Hiv dan Gejala Awalnya

1. Periksa ke Dokter Setelah Anda Merasa Hamil

Pusat Pengendalian dan Pencegahan penyakit merekomendasikan supaya semua wanita melakukan tes HIV sebelum hamil atau sedini mungkin saat Anda merasa hamil. Jika Anda sedang hamil, bicarakan dengan dokter Anda tentang tes HIV. Wanita di trimester ketiga harus diuji lagi jika terlibat dalam perilaku yang membuat mereka berisiko terkena HIV.

Sebaiknya Anda hubungi tim medis jika merasa ada kemungkinan terinfeksi HIV. Semakin dini didiagnosis, semakin dini Anda dapat memulai perawatan dan menghindari sakit parah. Beberapa tes HIV mungkin perlu diulang 1-3 bulan setelah terpapar infeksi HIV, tetapi Anda tidak harus menunggu selama ini untuk mencari bantuan. Dokter akan mendiskusikan mengenai obat yang harus Anda minum untuk HIV.

2. Mengurangi Risiko Penularan Antenatal

Pedoman antenatal untuk ART (Antiretroviral therapy) pada dasarnya sama untuk ibu hamil dengan HIV sebagaimana mereka yang tidak hamil. Bagi wanita yang sebelumnya tidak menggunakan terapi, direkomendasikan untuk menggunakan retrovir plus epivir. Karena nukleosida seperti retrovir terbukti lebih baik menembus penghalang plasenta yang memberikan perlindungan lebih besar pada bayi dari HIV.  

3. Minum Obat Antivirus Selama Kehamilan

Sebagian besar obat-obatan HIV aman digunakan selama kehamilan. Secara umum, obat-obatan HIV tidak meningkatkan risiko cacat lahir. Penyedia layanan kesehatan dapat menjelaskan manfaat dan risiko obat-obatan HIV tertentu untuk membantu wanita dengan HIV dan membantu memutuskan obat mana yang akan digunakan selama kehamilan. Obat-obatan HIV bekerja dengan mencegah HIV berkembang biak, yang mengurangi jumlah HIV dalam tubuh.

Memiliki sedikit HIV dalam tubuh melindungi kesehatan wanita dan mengurangi risiko penularan HIV ke bayi selama kehamilan. Beberapa obat-obatan HIV dialihkan dari wanita hamil ke bayinya yang belum lahir melalui plasenta. Pemindahan obat-obatan HIV ini melindungi bayi dari infeksi HIV terutama selama persalinan. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin merekomendasikan operasi sesar yang direncanakan sebelum persalinan untuk mengurangi risiko penularan HIV.

4. Menjaga Bayi Sejak Kelahiran

Setelah melahirkan, sirup retroviral harus diberikan kepada bayi yang baru lahir dalam waktu enam hingga 12 jam setelah kelahiran. Dilanjutkan setelah itu setiap 12 jam selama enam minggu ke depan. Dosis akan terus disesuaikan saat bayi tumbuh. Selain itu, viramune oral mungkin akan diresepkan juga jika sang ibu belum menerima ART selama masa kehamilannya.

Bayi Anda akan menjalani tes darah untuk HIV dalam beberapa jam setelah kelahiran. Tes ini akan dilakukan lagi ketika bayi Anda berusia 1 bulan dan ketika bayi Anda berusia sekitar 4 hingga 6 bulan. Jika ketiga tes darah ini tidak menunjukkan adanya HIV dalam darah bayi Anda, hampir bisa dipastikan bahwa bayi Anda tidak terinfeksi virus HIV.

Namun, status tes HIV terakhir harus dilakukan ketika bayi Anda berusia 18 bulan. Kemudian dokter Anda akan sering memperhatikan bayi untuk tanda-tanda infeksi HIV. Jika satu tes darah HIV positif, dokter akan melakukan tes lagi. Bayi Anda mungkin akan mendapatkan beberapa tes lain untuk mencari infeksi HIV. 

5. Jangan Menyusui Bayi

Ibu yang mengidap HIV harus menghindari untuk menyusui bayi karena menyusui memiliki risiko yang lebih besar daripada manfaat asosiatifnya misalnya ikatan ibu. Pra-pengunyahan makanan untuk bayi juga tidak dianjurkan untuk orang tua atau pengasuh yang positif HIV. Sebab, ada potensi gusi dan luka berdarah yang dapat timbul dari kebersihan gigi yang buruk serta luka dan lecet yang terjadi selama tumbuh gigi sehingga HIV dapat ditularkan melalui ASI, sebaiknya gunakan susu formula bayi yang aman dan sehat untuk pengganti ASI.

Wanita hamil yang mengidap HIV bukan berarti bayi juga berisiko besar terkena HIV. Dengan pencegahan yang tepat, bayi yang lahir dari wanita HIV pun dapat menjadi bayi yang sehat. Jadi jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan HIV sedini mungkin ya!

Baca Juga : 6 Jenis Imunisasi Wajib bagi Bayi

Sumber

Verywellhealth. (2018). HIV and Pregnancy: Preventing Mother-to-Child Transmission. www.verywellhealth.com
NHS. (2018). Can HIV be Passed to an Unborn Baby in Pregnancy or Through Breastfeeding? www.nhs.uk
NHS. (2018). Diagnosis HIV and AIDS. www.nhs.uk
American Family Physician. (2002). Preventing HIV Infection in Your Baby. www.aafp.com
AIDSInfo. (2019). Preventing Mother-to-Child Transmission of HIV. Aidsinfo.nih.gov
HIV.gov. Preventing Mother-to-Child Transmission of HIV. www.hiv.gov