Berat Badan Turun Drastis? Waspadai 8 Penyebabnya

Berat Badan Turun Drastis? Waspadai 8 Penyebabnya

Penulis: Dea | Editor: Umi

Berat badan menurun secara drastis akibat stres karena masalah kehidupan, seperti dipecat dari pekerjaan, perceraian, atau kehilangan orang terdekat adalah hal yang normal. Sering kali berat badan akan normal lagi saat Anda kembali bahagia.

Bahkan berat badan yang turun secara drastis juga bisa diakibatkan oleh kelainan makan, seperti anoreksia atau bulimia.

Bila berat badan Anda turun bukan akibat dari salah satu pemicu yang disebutkan sebelumnya, atau Anda tidak melakukan penurunan berat badan melalui diet atau olahraga, segera konsultasikan pada dokter Anda. Ini karena bisa jadi Anda mengalami penyakit yang mendasarinya.

Baca Juga: Makan Banyak tapi Kurus, Ketahui Penyebabnya

Penurunan Berat Badan yang Perlu Mendapat Perhatian Khusus

Berat badan Anda bisa naik-turun secara teratur. Tapi bila berat badan Anda turun secara berkelanjutan lebih dari 5% selama 6–12 bulan, biasanya Anda perlu mendapatkan perhatian khusus.

Hal ini menjadi pertanda defisiensi gizi, kondisi tersebut terjadi ketika pola makan seseorang tidak mempunyai jumlah nutrisi yang benar. Anda perlu mendapatkan penanganan segera jika memiliki gejala, seperti:

  • Kelelahan
  • Selera makan yang menghilang
  • Meningkatnya risiko mengalami penyakit atau infeksi.

Baca Juga: Ketahui Apa itu Pedoman Gizi Seimbang?

Penyebab Berat Badan Turun Secara Drastis

Berat badan yang turun secara drastis bisa dipicu oleh beberapa kondisi mulai dari yang ringan hingga serius. Pemicunya beragam, seperti:

1. Kehilangan Massa Otot

Hilang atau menurunnya massa otot bisa memicu berat badan turun secara drastis. Gejala munculnya kondisi ini adalah otot yang melemah.

Salah satu bagian tubuh Anda bisa tampak lebih kecil dari yang lain. Tubuh kita terdiri dari massa lemak dan massa bebas lemak yang mencakup otot, tulang, dan air. Bila otot Anda menghilang, maka berat badan Anda akan turun.

Keadaan medis ini bisa muncul ketika Anda tidak memakai otot untuk sementara waktu, misalnya tidak berolahraga, bekerja di meja kerja, atau berbaring di tempat tidur. Berolahraga dan mendapatkan nutrisi yang benar akan mengembalikan otot yang hilang.

2. Penyakit Addison

Penyakit Addison merupakan kondisi saat kelenjar adrenal (kelenjar yang ada di atas ginjal), tidak memproduksi cukup hormon kortisol dan aldosteron. Kortisol berperan dalam berbagai fungsi tubuh, seperti metabolisme dan nafsu makan.

Kadar kortisol yang rendah bisa memicu penurunan nafsu makan yang berdampak pada berkurangnya berat badan Anda secara drastis.

3. Kanker

Gejala pada kanker memang bergantung berdasarkan jenis, stadium, serta lokasinya. Namun, berat badan yang turun secara drastis juga bisa menjadi pertanda kanker.

Berkurangnya berat badan secara drastis sangat sering terlihat pada kanker paru-paru dan kanker yang menyerang saluran pencernaan, seperti kanker pankreas, kanker hati, kanker perut, kanker kolorektal, kanker saluran empedu, dan kanker kerongkongan.

4. Rheumatoid Arthritis

Rheumatoid arthritis (RA) merupakan masalah autoimun yang menjadi pemicu radang sendi. Pengurangan berat badan bisa juga terjadi akibat radang kronis karena RA  mendesak tubuh untuk memakai energi lebih banyak.

Selain itu, para pengidap RA juga mengalami kehilangan otot akibat meradangnya persendian yang membuat penderitanya kehilangan kemampuan untuk beraktivitas fisik dengan rutin.

Sebagian obat yang digunakan penderita RA bisa menimbulkan efek samping, seperti diare dan berkurangnya nafsu makan, yang dapat memicu turunnya berat badan dengan drastis.

5. Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) juga menjadi penyakit yang memicu turunnya berat badan secara drastis. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang menyerang paru-paru.

Pemicu utama dari TB adalah bakteri bernama Mycobacterium tuberculosis. Nafsu makan dan berat badan yang berkurang menjadi gejala utama TB.

6. Endokarditis

Endokarditis merupakan kondisi meradangnya endokardium, lapisan dalam jantung Anda. Kondisi ini muncul akibat bakteri yang masuk ke dalam aliran darah dan berbaur di jantung Anda.

Mayoritas pengidap endokarditis menderita demam yang bisa disertai turunnya nafsu makan yang drastis. Bertambahnya suhu tubuh berdampak pada peningkatan metabolisme dan membakar lemak yang berakibat pada berkurangnya berat badan secara drastis.

7. Penyakit Paru Obstruktif Kronis

PPOK atau penyakit paru obstruktif kronis merupakan penyakit paru-paru progresif yang mencakup emfisema dan bronkitis kronis. Pada tahap selanjutnya, PPOK bisa memicu pengurangan berat badan secara drastis.

Sulitnya untuk bernapas berdampak pada terbakarnya kalori yang lebih banyak. Menurut Cleveland Clinic, pengidap PPOK memerlukan 10 kali kalori yang lebih banyak untuk bernapas dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami PPOK.

8. Penyakit Radang Usus

Penyakit radang usus merujuk pada dua masalah, yaitu penyakit Crohn dan kolitis ulseratif. Kedua kondisi tersebut mengakibatkan adanya inflamasi saluran pencernaan dengan disfungsi sistem imun.

Penyakit Crohn bisa menjadi pemicu inflamasi di bagian manapun pada saluran pencernaan, bisa dari mulut hingga anus. Sedangkan kolitis ulseratif hanya menyerang usus besar.

Radang usus bisa menurunkan kemampuan tubuh Anda untuk mencerna makanan dan menyerap nutrisi yang berdampak pada munculnya malnutrisi. Berkurangnya berat badan menjadi gejala yang sering timbul  pada dua kondisi tersebut.

Itulah berbagai penyebab berat badan turun drastis. Konsultasikan pada dokter bila Anda mengalami penurunan berat badan padahal tidak sedang melakukan program diet atau aktivitas yang menguras energi.

Baca Juga: 7 Cara Sehat dan Efektif Menaikkan Berat Badan

Sumber

Cleveland Clinic. (2018). Nutritional Guidelines for People with COPD. my.clevelandclinic.org

Cleveland Clinic. (2018). Unexplained Weight Loss. my.clevelandclinic.org

Healthline. (2019). 13 Causes of Unexplained Weight Loss. www.healthline.com

Medical News Today. (2019). What Causes Unexplained Weight Loss?. www.medicalnewstoday.com

NHS. (2019). Unintentional Weight Loss. www.nhs.uk