Autisme Pada Orang Dewasa: Gejala, Diagnosa, dan Perawatannya

Autisme Pada Orang Dewasa: Gejala, Diagnosa, dan Perawatannya

Penulis: Dea | Editor: Umi

Autisme umumnya didiagnosa sejak masa anak-anak. Namun, ada beberapa kasus di mana orang dewasa didiagnosis mengalami autisme.

Orang dewasa yang hidup dengan autisme menandakan bahwa pemahaman mengenai diri mereka sendiri dan bagaimana mereka berinteraksi dengan dunia sudah lebih baik.

Autisme yang dialami oleh wanita dan pria bisa berbeda, misalnya pada wanita yang mengalami autisme cenderung akan lebih pendiam, menutupi perasaannya, tetapi lebih bisa menghadapi situasi sosial. Hal tersebut menandakan akan lebih sulit untuk mendeteksi autisme pada perempuan.

Baca Juga: Kenali Diagnosa dan Perawatan Autisme (ASD)

Gejala Autisme pada Orang Dewasa

Tidak ada penyandang autisme yang mengalami gejala yang sama. Maka dari itu, penyakit ini disebut dengan istilah gangguan spektrum autisme karena adanya keanekaragaman tanda, gejala, dan perbedaan tingkat keparahannya.

Berikut ini adalah gejala-gejala autisme yang umum muncul pada orang dewasa, yaitu:

• Kesulitan berhubungan dengan orang lain
• Kesulitan mengatur emosi
• Menjadi terikat terhadap rutinitas dan akan merasa cemas bila ada yang berubah
• Canggung
• Ketidaknyamanan dalam melakukan kontak mata
• Hanya tertarik pada topik tertentu
• Mengalami sensitivitas sensorik
• Kesulitan menafsirkan ekspresi wajah dan bahasa tubuh
• Sering melakukan perilaku berulang
• Hanya tertarik melakukan sedikit aktivitas
• Kesulitan untuk menjalin hubungan pertemanan dan lebih suka menyendiri
• Tanpa di sengaja mereka tampak seperti terang-terangan, kasar, atau tidak tertarik pada orang lain
• Suka merencanakan sesuatu dengan hati-hati sebelum ia melakukannya
• Kurangnya nada saat berbicara.

Diagnosa Autisme pada Orang Dewasa

Mendiagnosa autisme pada orang dewasa juga menjadi tantangan bagi para ahli kesehatan. Alasannya adalah orang dewasa yang tidak mendapatkan diagnosa di masa mudanya mungkin mengalami gejala yang lebih ringan. Sayangnya, hal tersebut menjadi lebih sulit diidentifikasi oleh dokter.

Selain itu, apabila mereka telah hidup dengan autisme dalam waktu lama, kemungkinan mereka lebih baik dalam menyembunyikan atau menangani gejalanya, dan sampai saat ini belum ada metode yang pasti untuk mendiagnosa autisme pada orang dewasa.

Selain itu, penggunaan tes dalam diagnosa autisme pada orang dewasa merupakan awal yang baik, yang juga bisa dijadikan bahan acuan untuk didiskusikan bersama para ahli kesehatan.

Dokter biasanya akan menentukan autisme pada orang dewasa dengan cara:

• Menanyakan gejala yang mereka alami, baik pada saat ini maupun saat masa kanak-kanak.
• Memantau dan berinteraksi dengan orang tersebut.
• Memeriksa kondisi kesehatan fisik atau mental lainnya yang berpotensi menyebabkan gejala.

Bila tidak ditemukan kondisi fisik yang mendasarinya, dokter akan menunjuk ke ahli kesehatan lainnya, seperti psikiater atau psikolog untuk membuat diagnosa.

Selain itu, apabila gejala tidak timbul pada masa kanak-kanak, tetapi baru muncul saat masa remaja atau dewasa, kemungkinan menunjukkan gangguan mental atau kognitif selain autisme.

Baca Juga: Kenali Gejala Paranoid dan Cara Pengobatannya

Manfaat Diagnosa Autisme pada Orang Dewasa

Mendiagnosa autisme saat dewasa memang rumit, tetapi hal tersebut memberikan beberapa manfaat, seperti:

• Diagnosa menyediakan kelegaan dan penjelasan mengenai tantangan yang harus dihadapi sepanjang hidup mereka.
• Diagnosa dapat membantu memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai hidup dengan autisme.
• Diagnosa juga dapat membuka akses untuk mendapatkan berbagai layanan dan manfaat, termasuk di tempat kerja atau universitas.
• Diagnosa juga berperan memperbarui diagnosis yang keliru.

Perawatan Autisme pada Orang Dewasa

Pada umumnya, orang dewasa yang mengalami ditangani dengan cara yang berbeda dengan anak-anak penyandang autisme. Berikut ini adalah cara penanganan autisme pada orang dewasa:

1. Pendidikan Khusus Autisme

Pembelajaran autisme berfungsi untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada individu dan orang terdekat mereka mengenai kondisi tersebut. Fungsi lainnya adalah untuk menyediakan solusi yang tepat bagi mereka.

2. Terapi

Terapi untuk penyandang autisme berperan untuk menangani beberapa masalah, seperti gangguan kecemasan, stres di tempat kerja, dan perasaan terisolasi. Terapi dapat dilakukan secara individu, dalam kelompok, atau keluarga.

3. Rehabilitasi Kejuruan

Rehabilitasi kejuruan berfungsi untuk membantu penyandang autisme menangani tantangan yang berkaitan dengan karir. Rehabilitasi kejuruan berperan membantu seseorang untuk mendalami pendidikan, menjadi sukarelawan, dan mengubah karirnya.

Terdapat beberapa situasi tempat kerja yang tidak nyaman, seperti terlalu bising, terlalu terang, atau letaknya tidak strategis. Namun, dengan dukungan yang memadai, orang dewasa yang mengalami autisme bisa berkembang di tempat kerja.

4. Dukungan Rekan

Para penyandang autisme juga merasa terbantu dengan berinteraksi kepada orang lain yang juga mengalami autisme. Cara ini umumnya dilakukan melalui sebuah grup, baik dari forum online maupun pertemuan tatap muka.

5. Pengobatan 

Penggunaan obat resep juga berperan penting untuk meringankan gejala yang terjadi secara bersamaan, seperti depresi dan kecemasan.

Jenis obat-obatan tersebut termasuk obat antipsikotik yang berperan untuk mengontrol agresi, dan antidepresan untuk menangani gejala autisme, seperti OCD, kecemasan, dan depresi.

Obat stimulan yang sering digunakan untuk menangani ADHD juga dapat membantu penyandang autisme yang mengalami gejala kurangnya perhatian atau hiperaktif, walaupun obat ini telah terbukti memiliki banyak efek samping berbahaya untuk anak-anak. Efek samping tersebut diantaranya masalah tidur, menurunnya nafsu makan, pusing, dan sakit perut.

Baca Juga: Tips untuk Mengatasi Tantrum Pada Anak