Aspirin: Kegunaan, Dosis, Efek Samping, dan Risiko Penggunaannya dalam Jangka Panjang

Aspirin: Kegunaan, Dosis, Efek Samping, dan Risiko Penggunaannya dalam Jangka Panjang

Penulis: Dita | Editor: Umi

Ditinjau oleh: dr. Bianda Dwida

Terakhir ditinjau: 12 Oktober 2022

 

Aspirin merupakan jenis obat yang umum digunakan untuk mengatasi nyeri ringan (seperti sakit kepala, nyeri otot, dan sakit gigi), mengurangi pembengkakan, hingga membantu menurunkan demam. Aspirin termasuk dalam golongan obat antiinflamasi non steroid (NSAID). Obat ini juga mengandung salisilat, senyawa yang ditemukan pada tumbuhan, seperti pohon willow dan myrtle.

Sebagai obat analgesik, NSAID termasuk golongan non-narkotika. Artinya, penggunaannya tidak akan menyebabkan insensibilitas atau kehilangan kesadaran.

Aspirin sendiri merupakan merek dagang yang dimiliki oleh perusahaan farmasi Jerman, Bayer. Nama umum untuk aspirin adalah asam asetilsalisilat.

Baca Juga: Hati-hati, Konsumsi Ibuprofen Berlebihan Dapat Merusak Kesehatan Hati

Kegunaan Aspirin

Aspirin memiliki banyak sekali kegunaan, terutama mampu meredakan nyeri dan pembengkakan. Aspirin juga bisa digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi termasuk mengurangi masalah kardiovaskular bagi mereka yang memiliki risiko tinggi mengalaminya. Selengkapnya, simak ulasan berikut ini!

1. Mengatasi Nyeri dan Peradangan

Aspirin bisa membantu mengatasi nyeri dan peradangan pada tingkatan ringan hingga sedang yang disebabkan oleh berbagai macam masalah kesehatan.

Masalah-masalah kesehatan tersebut seperti sakit kepala, keseleo, kram menstruasi hingga kondisi medis jangka panjang (seperti arthritis dan migrain).

2. Mencegah Masalah Kardiovaskular

Orang-orang yang memiliki risiko mengalami masalah kardiovaskular, dapat mengatasinya dengan mengonsumsi aspirin dengan dosis rendah. Ini dapat membantu mencegah pembentukan gumpalan darah.

Selain itu, dokter juga mungkin meresepkan aspirin dosis rendah setiap hari untuk orang yang memiliki riwayat penyakit jantung atau pembuluh darah, memiliki aliran darah yang buruk ke otak, memiliki tingkat kolesterol tinggi, menderita diabetes dan merokok.

3. Mengobati Masalah Jantung Koroner

Dokter bisa memberikan aspirin segera setelah seseorang mengalami serangan jantung, stroke, dan masalah kardiovaskular lainnya. Tujuannya adalah mencegah adanya pembentukan gumpalan darah lebih lanjut yang bisa memicu kematian jaringan jantung.

Aspirin juga dapat diresepkan pada mereka yang baru saja melakukan operasi revaskularisasi, seperti angioplasti atau operasi bypass koroner, mengalami stroke ringan, atau serangan iskemik transien dan stroke iskemik, yang disebabkan oleh bekuan darah.

4. Penggunaan Lainnya

Selain manfaat yang sudah disebutkan, aspirin juga dapat membantu mengobati nyeri dan bengkak yang terkait dengan kondisi kesehatan kronis, seperti kondisi rematik, termasuk arthritis reumatoid, osteoartritis, dan kondisi radang sendi lainnya, lupus eritematosus sistemik dan peradangan di sekitar jantung (yang dikenal sebagai perikarditis).

Risiko Konsumsi Aspirin dalam Jangka Panjang

Banyak orang yang beranggapan bahwa konsumsi aspirin harian bisa membantu meningkatkan kondisi jantung. Namun, studi dalam The New England Journal of Medicine menunjukkan bahwa konsumsi aspirin dalam jangka panjang tidak selalu berdampak positif dan dapat dikaitkan dengan tingginya risiko perdarahan hebat.

Oleh karena itu, meskipun bisa memberikan sejumlah manfaat pada orang yang mengalami serangan jantung atau stroke, pastikan Anda tetap berkonsultasi pada dokter mengenai penggunaan aspirin, terutama jika dikonsumsi dalam jangka panjang.

Selain itu, ada beberapa orang dengan kondisi kesehatan tertentu yang sebaiknya tidak mengonsumsi aspirin terutama jika Anda alergi terhadap NSAID, kecuali dengan saran dan resep dari dokter. Kondisi tersebut yaitu kelainan darah (seperti hemofilia), tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, asma, memiliki tukak lambung, serta penyakit hati atau ginjal.

Dalam pengawasan dokter, wanita hamil atau sedang menyusui boleh mengonsumsi aspirin dengan dosis rendah. Dokter dapat meresepkan aspirin dosis rendah untuk ibu hamil dengan berbagai indikasi, seperti infertilitas, gangguan pembekuan darah, atau preeklampsia.

Penggunaan aspirin dengan dosis tinggi selama kehamilan tidak disarankan karena dapat menyebabkan perdarahan pada ibu dan bayi selama persalinan.

Baca Juga: Meloxicam: Fungsi, Cara Penggunaan, dan Efek Sampingnya

Cara Penggunaan Aspirin

Konsumsi aspirin sesuai dengan petunjuk yang tertera pada label kemasan atau sesuai anjuran dokter. Jangan gunakan dalam jumlah yang lebih besar, lebih kecil, atau lebih lama dari yang direkomendasikan.

Konsumsi dengan makanan jika perut Anda sakit selagi mengonsumsi aspirin. Telan pil utuh. Jangan menghancurkan, mengunyah, memecahkan, atau membuka pil berlapis enterik atau pil perpanjangan karena dapat meningkatkan risiko efek samping.

Jika Anda memerlukan pembedahan, beri tahu ahli bedah atau dokter bahwa Anda mengonsumsi aspirin. Anda mungkin perlu berhenti menggunakannya untuk waktu yang singkat. Simpan pada suhu kamar, jauh dari kelembapan dan panas.

Apakah Aspirin Aman untuk Anak-anak?

Dokter biasanya tidak merekomendasikan aspirin untuk anak di bawah 18 tahun. Hal ini karena dapat meningkatkan risiko kondisi serius yaitu sindrom Reye, yang dapat muncul setelah infeksi virus, seperti pilek, flu, atau cacar air. Sindrom Reye dapat menyebabkan cedera otak permanen atau kematian.

Namun, dokter mungkin meresepkan aspirin kepada anak-anak dalam pengawasan jika mereka memiliki penyakit Kawasaki atau untuk mencegah pembekuan darah setelah operasi jantung. Untuk anak-anak, dokter biasanya merekomendasikan acetaminophen atau ibuprofen, dalam dosis yang sesuai, sebagai pengganti aspirin.

Efek Samping Aspirin

Kebanyakan pasien yang mengonsumsi aspirin mengalami sedikit atau tidak ada efek samping. Namun, efek samping yang serius mungkin saja terjadi.

Misalnya saja, Anda perlu mendapatkan bantuan medis darurat jika Anda memiliki tanda-tanda reaksi alergi terhadap aspirin, seperti gatal-gatal, sulit bernapas, serta pembengkakan pada wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan Anda.

Selain itu, berhenti menggunakan aspirin dan segera hubungi dokter jika Anda mengalami:

  • Telinga berdenging, kebingungan, halusinasi, pernapasan cepat, kejang
  • Mual parah, muntah, atau sakit perut
  • Tinja berdarah, batuk darah atau muntah darah
  • Demam berlangsung lebih dari 3 hari
  • Bengkak atau nyeri yang berlangsung lebih dari 10 hari.

Efek samping aspirin yang umum mungkin termasuk:

  • Sakit perut, mulas
  • Kantuk; atau
  • Sakit kepala ringan.

Baca Juga: Pilihan Obat Nyeri Sendi di Apotek

 

Sumber

Drugs (2020). Aspirin. www.drugs.com

Mayo Clinic. Is it safe to take aspirin during pregnancy?. www.mayoclinic.org

Medical News Today (2020). Uses, Benefits, and Risks of Aspirin. www.medicalnewstoday.com

Medline Plus (2018). Aspirin. www.medlineplus.gov

Healthline (2019). Doctors Warn Daily Aspirin Use Can Be Dangerous. www.healthline.com

The New England Journal of Medicine (2018). Effect of Aspirin on Disability-free Survival in the Healthy Elderly. www.nejm.org

Verywell Heatlh (2020). 10 Things You Should Know About Aspirin. www.verywellhealth.com

WebMD (2020). Aspirin Tablet. www.webmd.com