Asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), Apa Perbedaannya?

Asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), Apa Perbedaannya?

Penulis: Marizka | Editor: Handa

Asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang menyerang organ paru-paru. Keduanya menyebabkan saluran pernapasan menyempit, sehingga menimbulkan gejala sesak napas pada penderitanya.

Walaupun terkesan sama, kedua penyakit ini adalah dua jenis penyakit yang berbeda. Berikut perbedaan asma dan PPOK yang perlu Anda ketahui.

Mengenali Penyakit Asma dan Penyakit Paru Obstruktif (PPOK)

Asma adalah suatu kelainan berupa peradangan kronik saluran napas yang menyebabkan penyempitan saluran napas (hiperaktivitas bronkus), sehingga menyebabkan gejala, seperti mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk terutama pada malam hari.

Asma menjadi masalah kesehatan global yang serius dan dialami sekitar 300 juta orang. Hingga saat ini, penyebab asma belum diketahui secara pasti. Namun, para peneliti berpikir bahwa kombinasi antara faktor genetik dan lingkungan dapat menyebabkan asma.

Jika seseorang mengidap asma, maka kemungkinan besar anaknya juga mengidap asma. Selain itu, kontak dengan alergen (zat pemicu alergi), seperti serbuk sari, tungau debu, jamur, bulu binatang juga dapat menjadi penyebab asma.

Sedangkan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah penyakit peradangan paru-paru yang telah berkembang dalam jangka waktu yang panjang. Penyakit ini ditandai dengan adanya perlambatan aliran udara karena pembengkakan dan penyempitan saluran pernapasan. Kondisi inilah yang membuat penderita PPOK sulit bernapas.

Sebagian besar penderita PPOK adalah orang-orang paruh baya yang telah berusia 40 tahun ke atas dan perokok. Dilansir dari Mayo Clinic, sekitar 20 – 30 persen perokok berisiko menderita PPOK. Hal ini karena kandungan di dalam rokok sangat berbahaya dan dapat merusak lapisan paru-paru serta jalan napas.

Baca Juga : 9 Penyebab Napas Terasa Berat yang Perlu Anda Ketahui

Apa Perbedaan Asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis ?

Asma dan PPOK memiliki kemiripan gejala, seperti sesak napas, batuk kronis, sakit dada dan mengi. Meskipun gejalanya mirip, ada perbedaan mendasar di antara kedua penyakit ini.

Secara umum, asma menyebabkan mengi dan rasa yang mengikat pada dada. Sedangkan gejala PPOK terjadi secara terus-menerus dan berupa batuk yang disertai dahak. Berikut ini beberapa perbedaan asma dan PPOK yang mungkin dapat membantu Anda mengenali kedua penyakit ini:

  • Usia. Gejala sesak napas pada asma biasanya didiagnosis sejak masih anak-anak, Sedangkan PPOK, sesak napas yang tak kunjung hilang pada orang dewasa di atas usia 40 tahun.
  • Faktor pemicu. Secara umum, asma diperparah karena kondisi alergi pasien, seperti debu atau udara dingin. Selain itu, olahraga berlebihan juga dapat memperburuk asma. Sedangkan PPOK, kondisi penderita akan semakin memburuk karena terjadi infeksi saluran pernapasan, seperti pneumonia atau flu.
  • Penyakit tertentu. Berbeda halnya dengan asma, PPOK disebabkan oleh penyakit tertentu, seperti emfisema (penyakit paru karena kerusakan dinding dan serat elastis dari alveoli) dan bronkitis kronis (saluran bronkial menyempit dan meradang, serta paru-paru menghasilkan banyak lendir sehingga menghalangi saluran udara).
  • Komorbiditas. Komorbiditas adalah penyakit dan kondisi yang diderita seseorang selain penyakit utama. Komorbiditas asma dan PPOK, meliputi hipertensi, insomnia, sinusitis, migrain, depresi, ulkus lambung, dan kanker. Bagi penderita PPOK, biasanya mengidap tiga bahkan lebih dari komordibitas ini.

Bagaimana Pengobatan untuk Asma dan PPOK?

Hingga saat ini, belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan kedua penyakit ini. Namun, ada beberapa obat yang mampu membantu meringankan gejala keduanya. Untuk penderita asma, Anda bisa menggunakan obat, seperti:

  • Beta-agonis, obat ini bekerja mengendorkan otot-otot di sekitar saluran udara.
  • Antikolinergik, obat ini berfungsi mengendurkan saluran udara dan mengurangi jumlah lendir di paru-paru.

Kedua obat tersebut sama-sama memiliki manfaat untuk mengendurkan saluran udara agar udara yang masuk kedalam paru-paru lebih banyak. Sehingga sesak napas bisa diatasi. Obat ini diminum ketika gejala asma kambuh.

Sedangkan PPOK, biasanya dokter akan memberikan obat, seperti:

  • Bronkodilator, obat ini untuk merilekskan otot-otot saluran udara Anda.
  • Kortikosteroid, obat ini membantu meredakan pembengkakan di saluran udara.
  • Inhibitor Phosphodiesterase-4 (PDE4), obat ini berfungsi menurunkan pembengkakan di paru-paru Anda. serta mencegah PPOK memburuk.
  • Antibiotik, dokter akan meresepkan obat ini untuk mengobati infeksi yang dapat memperburuk gejala PPOK.

Baca Juga : Menderita Asma? Ketahui Jenis Asma dan Cara Mengatasinya Saat Kambuh

Sumber


Healthline. 2018. Asthma and COPD: How to Tell the Difference. www.healthline.com
National Center for Biotechnology Information. 2012. Asthma and Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) – Differences and Similarities. www.ncbi.nlm.nih.gov
Pulmonology Journal. 2016. Asthma-chronic obstructive pulmonary disease overlap syndrome – Literature review and contributions towards a Portuguese consensus. www.journalpulmonology.org
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2019. Asma di Indonesia. p2ptm.kemkes.go.id
Web MD. Asthma vs. COPD: What’s the Difference? www.webmd.com