Apa Itu Sindrom Brugada?

Apa Itu Sindrom Brugada?

Penulis: Anita | Editor: Ratna

Jantung memiliki peranan yang penting dalam menopang kelangsungan hidup. Organ yang terletak di dalam dada tengah bagian kiri ini berfungsi untuk memompa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh.

Adanya masalah pada organ jantung tentunya dapat berpotensi mengancam nyawa. Meskipun jarang ditemui, gangguan pada detak jantung, seperti sindrom Brugada, tetap dapat mengancam nyawa. Lantas, apa itu sindrom Brugada?

Mengenal Sindrom Brugada

Sindrom Brugada merupakan gangguan langka pada detak jantung yang dapat diturunkan secara genetik. Penderita sindrom Brugada memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami masalah pada denyut jantung yang dimulai dari daerah ventrikel atau jantung bagian bawah.

Sayangnya, sindrom Brugada seringnya tidak terdeteksi karena tak menunjukkan tanda-tanda yang jelas. Gangguan kesehatan ini umumnya ditemukan saat tes elektrokardiogram atau elektrofisiologis jantung yang memperlihatkan detak jantung yang tidak beraturan.

Meskipun demikian, semakin parah kondisi yang diderita, semakin terlihat pula gejala dari sindrom Brugada, seperti:

  • Kejang-kejang
  • Kesulitan bernapas atau napas terasa berat, khususnya di malam hari
  • Pingsan
  • Nyeri dada
  • Pusing
  • Sesak napas
  • Sering berkeringat atau detak jantung terasa tidak beraturan
  • Denyut jantung yang cepat dan kacau

Gangguan kesehatan ini mungkin terlihat sepele, tapi jika diatasi dengan benar, sindrom Brugada berpotensi menyebabkan gagal jantung saat sedang beristirahat atau tidur, yang dapat berujung pada kematian.

Apa Penyebabnya?

Sindrom Brugada terjadi saat sinyal elektrik di bagian kanan atas jantung terganggu dan menyebabkan jantung berdetak terlalu cepat dan tidak beraturan dalam jangka waktu tertentu.

Normalnya, sinyal eletrik akan turun dari atas ke bawah jantung, tapi pada penderita sindrom Brugada, sinyal eletrik dapat bergerak dari bawah ke atas dan menyebabkan ketidakteraturan pada detak jantung.

Hal tersebut membuat jantung tidak dapat memompa darah secara maksimal ke seluruh tubuh dan dapat menyebabkan pingsan atau bahkan kematian jika tidak segera ditanggulangi.

Namun, apa yang mengakibatkan gangguan pada sinyal elektrik dalam jantung? Kebanyakan sindrom Brugada merupakan penyakit turunan yang dipicu oleh mutasi genetik, seperti SCN5A, yang menganggu kinerja ion sodium yang berperan dalam proses sinyal eletrik detak jantung.

Selain genetik, masih ada faktor lain yang dapat menjadi penyebab sindrom Brugada, seperti ketidakseimbangan senyawa kimia yang berperan dalam mengirimkan sinyal eletrik, masalah pada struktur jantung, atau pemakaian obat-obatan tertentu.

Anda akan memiliki peluang yang lebih besar untuk menderita sindrom Brugada jika memiliki kerabat yang juga mengalami masalah kesehatan tersebut, berjenis kelamin pria, berasal dari ras Asia, atau pernah menderita demam tinggi saat kecil yang berujung pada kerusakan di organ jantung.

Untungnya, Anda bisa dengan segera mendeteksi risiko mengalami sindrom Brugada dengan menjalani tes genetik.

Bagaimana Sindrom Brugada Ditangani?

Tergantung dari tingkat keparahannya, sindrom Brugada dapat diatasi dengan pemberian obat tertentu sampai pembedahan dan penanaman alat untuk mengatur detak jantung. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi sindrom Brugada:

1. Pemberian Medikasi

Apabila sindrom Brugada belum parah, dokter terkadang hanya akan meresepkan Anda obat-obatan tertentu untuk mencegah munculnya detak jantung yang tidak beraturan. Obat-obatan juga tetap dapat diberikan meskipun Anda sudah menjalani penanaman ICD.

2. Penanaman ICD

Operasi untuk memasang implantable cardioverter-defibrilator (ICD) atau alat untuk mengatur dan memantau detak jantung biasanya dilakukan jika pasien sindrom Brugada sering mengalami pingsan atau memiliki peluang yang tinggi untuk mengalami gagal jantung.

Alat ICD dapat membantu memberikan kejutan aliran listrik ke jantung untuk mengatur detak jantung yang tidak beraturan. Anda tentunya tetap perlu berkonsultasi dengan dokter secara berkala untuk mengecek kondisi alat ICD.

Operasi pemasangan alat ICD bisanya akan mengharuskan Anda untuk menjalani rawat inap selama satu malam.

3. Pembedahan Kateterisasi

Jika alat ICD tidak dapat dipasang di jantung pasien, maka dokter akan menyarankan penderita sindrom Brugada untuk menjalani operasi untuk menghancurkan jaringan jantung yang menimbulkan gangguan pada detak jantung.

Operasi ini melibatkan pemasukan kateter atau pipa panjang yang lentur ke jantung melalui pembuluh darah. Nantinya, energi panas yang tinggi akan disalurkan melalui kateter untuk menghilangkan jaringan jantung yang menjadi pemicu masalah pada detak jantung.

Apa yang Harus Dilakukan?

Jika Anda memiliki sindrom Brugada, Anda perlu selalu menjalani pemeriksaan kesehatan rutin bersama dokter, meskipun tidak ada gejala tertentu yang dirasakan. Selain itu, ada beberapa hal lain yang bisa dilakukan untuk mencegah ketidakteraturan detak jantung, yaitu:

  • Menghindari alkohol dan obat-obatan yang dapat memicu gejala sindrom Brugada.
  • Cegah dehidrasi dengan menjaga keseimbangan cairan tubuh.
  • Tidak melakukan aktivitas fisik yang terlalu berat atau yang dapat memberikan tekanan pada jantung.
  • Segera menurunkan demam.
  • Berkonsultasi dengan dokter jika gejala sindrom Brugada kambuh.

Apabila Anda merasa memiliki gejala gangguan sindrom Brugada, jangan ragu untuk menjalani pemeriksaan jantung dan mengunjungi dokter.

Baca Juga: Mengenal Tetralogy of Fallot, Kondisi Langka pada Jantung Bayi

Sumber

Healthline. (2019). How to Tell If You Have Brugada Syndrome. www.healthline.com

Mayo Clinic. (2022). Brugada Syndrome. www.mayoclinic.org

MedlinePlus. Brugada Syndrome. www.medlineplus.gov

NHS. (2020). Brugada Syndrome. www.nhs.uk